Dyandra berjalan menyusuri koridor yang sudah mulai ramai dengan beberapa siswa-siswi SMA Tunas Bangsa.
Dengan kepala yang dipenuhi banyak pikiran Dyandra memasuki kelasnya dan melangkahkan kaki ke arah bangkunya. Ia mendapati Andra yang duduk dengan telinga tersumpal earphone sambil membaca sebuah buku, entah itu buku apa.
Dyandra memicingkan matanya.
“Kenapa lo?” tanya Andra datar.
“Gue? Gak kenapa-kenapa tuh,” jawab Dyandra seadanya yang padahal ia masih berpikir keras, siapa yang membuat mama tirinya seperti itu.
Dengan santai Dyandra mendudukkan bokongnya di bangku yang padahal bukanlah bangku miliknya. Andra lah yang sedang berada di tempat duduk milik Dyandra yang berada di tepi tembok. Karena sedang tidak ingin berdebat, gadis itu memutuskan untuk duduk di bangku satunya.
Tumben gak bikin ribut, kesambet apa nih bocah?
Sepertinya itu yang ada di pikiran Andra saat ini. Tapi, tidak apa-apa. Ini lebih baik, tidak ada gangguan di pagi hari.
Dengan begitu hidup Andra sedikit tenang tanpa keributan yang biasa dibuat oleh gadis aneh itu.
“Dra ... ” panggil Dyandra pelan.
Hening.
“Eh, budek! Denger gak sih?” ucap Dyandra sedikit berteriak.
Andra melepas earphonenya.
“Apaan?” tanya Andra.
“Hari ini hari terakhir gue jadi pembantu lo, kan?” tanya Dyandra.
“Hm,”
“Nah, berhubungan hari ini adalah hari terakhir gue jadi pembantu lo, lo mau kan nganter gue ke rumah sakit? Gue gak ada duit buat naik taksi, duit gue ketinggalan,” kata Dyandra panjang lebar.
“Siapa yang sakit?” tanya Andra.
“Mama gue,” ucap Dyandra lesu.
“Oh, yang galak kemaren itu?” tanya Andra lagi.
“Udah gak galak lagi sih, Dra.”
Hening.
Tidak ada balasan dari Andra. Sifat dari seorang Andra muncul kembali.
***
Di perjalanan menuju rumah sakit tak henti-hentinya Dyandra berceloteh tidak jelas, entah apa yang dibicarakannya. Namun, dia tersadar kalau orang yang ia ajak bicara adalah bukanlah manusia, tetapi batu.
Dari tadi Dyandra berbicara, hingga setengah jam. Tidak ada balasan dari seorang Andra. Cowok itu tetap fokus menyetir mobilnya.
Percuma deh gue ngoceh dari tadi, gak bakal didengerin. Batu sih. Batin Dyandra.
“Udah sampe,” ucap Andra.
“Oh, oke. Lo gak ikut?” tanya Dyandra.
“Gak usah, deh”
“Yaudah, hati-hati,”
Setelah mobil Andra melesat menjauh dari area rumah sakit, Dyandra berjalan masuk ke dalam gedung dan menuju ruangan di mana mamanya sedang dirawat.
Tidak perlu tergesa-gesa, karena sudah ada ayahnya yang menjaga mamanya.
Tiba-tiba kaki Dyandra tersandung sehingga membuatnya tersandung. Ada seseorang yang menghalangi langkahnya.
“Eh?”
Dyandra menoleh ke belakang dan mendapati seorang gadis yang sepertinya pernah bermanusia“Rina?” gumam Dyandra. “Ngapain lo di sini?” tanya Dyandra was-was.
“Hey ... ini rumah sakit, siapa pun boleh ke sini.” Rina mendorong bahu Dyandra.
Yang dikatakan olehnya benar juga. Tetapi, sangat mencurigakan.
“Jauhin Andra, atau ... ” ia tidak melanjutkan perkataannya.
Dyandra menunggu ucapan yang akan keluar dari mulut Rina. “Atau keluarga lo akan hancur di tangan gue,” ucap Rina kemudian tertawa. Tawanya bukan seperti manusia, mungkin seperti nenek sihir.
Tunggu. Berarti ini semua ulah si Rina. Dan yang hampir membunuh mamanya adalah Rina. Oh God!
“Rina! Lo hampir aja bunuh mama gue, asal lo tau itu,” ucap Dyandra sambil menunjuk wajah Rina dengan jari telunjuknya.
Rina menepis tangan Dyandra. “Bukannya itu yang lo mau?” ujarnya sinis.
What the hell?
“Lo harus jauhin Andra. Kalau nggak, gue pastikan dalam waktu dekat, lo udah musnah di muka bumi ini.” Rina kemudia berlalu pergi.
“Lo kira gue takut? Gak, sama sekali gak.” Dyandra berujar.
Seorang pria paruh baya keluar dari ruangan.
“Eh, Papa,” ucap Dyandra.
“Kamu jaga mama dulu ya, Papa ada urusan sebentar,” ucap Aldiano.
“Okay,” ucap Dyandra kemudian masuk ke dalam ruangan.
Tanpa ia sadari ada seorang yang sedang mengawasinya dari jarak jauh. Orang itu tampak khawatir padanya. Takut-takut kalau gadis yang jauh darinya itu akan terluka.
***
TBC!
Haiiii, balik lagi nih sama DYANDRA. Btw, siapa ya yang ngawasin Dyandra dari jauh? Ada yang tau?Vote and comment yang banyak, semua itu sangat berharga bagi aku. See you next chapter...
-sppratama.
KAMU SEDANG MEMBACA
DYANDRA
Teen FictionAndra Guetta Pratama. Seorang lelaki yang dingin terhadap perempuan dan tidak banyak bicara. Ia di pertemukan dengan seorang gadis yang sangat buruk. Bisa di bilang badgirl. Tidak, bukan badgirl. Tetapi gadis yang bawel, nakal, dan tidak bisa dibil...