“Mau kemana lagi?” tanya Dyandra.
“Pulang,” jawab Andra singkat.
“Ih, jangan pulang dulu dong. Gue gak tau mau ngapain kalau di rumah. Bosen,” ujar Dyandra pelan.
“Lalu lo mau ngapain? Diem di pinggir jalan?” tanya Andra kesal.
“Gak gitu juga, gimana kalau kita jalan,” ajak Dyandra.
“Gue? Jalan sama lo?”
Dyandra mengangguk semangat, “Iya.”
“Ogah,”
“Andra,,, ayolah. Gue bosen kalau di rumah,” ucap Dyandra, lirih.
“Iya deh iya,”
Akhirnya Andra menyetujui permintaan Dyandra itu. Dyandra tersenyum senang.
Tanpa disadari senyum Andra mengembang melihat Dyandra yang senang saat itu.
Andra masuk ke dalam mobilnya lalu menyalakan mesin mobil lalu menjalankannya keluar dari kawasan toko buku itu.
“Mau kemana kita?” tanya Andra yang kini sudah mulai akrab bersama Dyandra.
“Gimana kalau ke toko roti? Tapi lo yang bayarin,” ujar Dyandra diiringi cengiran khasnya.
Andra menghela napas kasar. Untung saja dia baru mendapatkan uang bulanan dari orang tuanya.
Beberapa menit kemudian mobil Andra sudah terparkir rapi di halaman toko roti yang luas itu.
Andra dan Dyandra turun dari mobil dan memasuki toko roti yang besar itu.
“Selamat datang di Bakery National Jakarta,” ucap seorang karyawati toko itu.
Andra dan Dyandra tersenyum kepada karyawati itu.
“Andra! Semuanya enak banget deh kayaknya!” seru Dyandra yang melihat berbagai macam jenis roti dengan mata yang berbinar-binar.
“Emang enak, tapi gak usah semuanya juga dibeli. Yang ada gue bangkrut nanti,” ucap Andra sambil berjalan-jalan memilih roti yang enak.
Toko itu tidak hanya menjual roti saja, tetapi menjual berbagai macam jenis cake.
Dyandra mengambil beberapa bungkus roti dengan varian rasa yang berbeda.
“Andra, gue beli yang ini juga ya,” ucap Dyandra menunjukkan kotak yang berisi donat.
“Iya, ambil aja sesuka lo,” ucap Andra.
Setelah selesai Dyandra mengantarkan belanjaannya ke kasir dan akan dibayar oleh Andra.
“Udah yuk pulang,” ajak Andra.
“Kalau kayak gini gue yang jadi pembantu lo. Belanjanya aja banyak banget, melebihi bosnya. Bisa bangkrut gue,” kesal Andra yang ditanggapi Dyandra dengan cengiran khasnya.
“Hehe, sebagai ganti kalau lo udah buat tangan gue jadi memar gini,” ucap Dyandra tersenyum dan menunjukkan pergelangan tangannya yang memerah.
Diperjalanan menuju mobil yang terparkir Dyandra menabrak seseorang. Tepatnya ditabrak oleh seorang perempuan dan membuat Dyandra terjatuh.
Dyandra meringis, “aww.”
Dyandra melihat lututnya yang berdarah.
“Andra! Sakit!” rengek Dyandra.
Andra membantu Dyandra berdiri dan mengambil tas plastik yang berisi roti yang dibelinya tadi.
“Andra?” gumam perempuan itu.
Andra menaikkan satu alisnya, “ada apa?”
“Andra! Gue kangen banget sama lo. Lo kemana aja?” ujar perempuan itu lalu memeluk Andra.
Andra melepaskan pelukan itu, “Udah deh! Lebih baik lo pergi Rin. Gue gak suka liat lo disini,” usir Andra pada perempuan. Perempuan yang bernama Rina itu.
“Dra, maafin gue. Gue gak bermaksud begitu dulu,” ucap Rina memohon.
Sedangkan Dyandra, serasa menjadi batu yang tidak dianggap keberadaannya. Dyandra merasa dongkol saat ini.
“Maafin gue Dra. Kenapa lo jadi sebenci ini sama gue? Sebenarnya lo masih cinta kan sama gue? Kan?” desak Rina.
Mendengar kata cinta Dyandra menjadi paham. Ia beropini bahwa perempuan ini adalah mantan kekasih Andra.
Andra hanya diam dan hendak pergi dari tempat itu, tetapi ditahan oleh Rina.
Rina menatap Dyandra dengan tatapan menyelidik, “Dia siapa Dra? Oh jadi perempuan ini yang buat lo ngebenci gue,” ujar Rina asal.
“Hah? Kenapa jadi gue? Gue aja gak tau apa-apa. Malah nuduh-nuduh nih cewek, belum pernah liat macan marah kalik ya,” batin Dyandra.
“Udah yuk Ra, gue anter pulang,” ajak Andra..
Rina menatap Dyandra penuh dengan kebencian.
“Liat aja, hidup lo gak akan tenang,” batin Rina.
Andra dan Dyandra masuk ke dalam mobil.
“Cewek tadi itu siapa Dra?” tanya Dyandra hanya untuk memastikan bahwa opininya benar.
“Bukan urusan lo,” jawab Andra singkat.
Dyandra mendengus kesal. Ia meletakkan tas plastik yang berisi roti di pahanya. Tetapi bukannya berada di paha malah terkena lukanya yang ada di lututnya.
“Aww,” ringis Dyandra pelan.
“Lo berdarah? Kenapa bisa gini?” tanya Andra khawatir. Andra memang memiliki sifat yang dingin terhadap cewek. Tetapi ia sangat peduli kepada cewek.
“Tadi kan gue jatuh, makanya berdarah,” kesal Dyandra.
Andra mengambil tissu yang ada di mobilnya lalu membersihkan luka Dyandra.
“Pelan-pelan Dra, sakit.” ucap Dyandra lirih.
“Iya, ini juga udah pelan.” ucap Andra.
Setelah selesai ia membuang tissu itu dan menjalankan mobilnya ke rumah Dyandra.
Tak memakan waktu yang lama. Kini mobil Andra sudah berada di depan gerbang rumah Dyandra.
“Gak mampir dulu Dra?” tanya Dyandra.
“Gak usah deh,” jawab Andra.
“Ya udah, makasih ya.” ucap Dyandra.
“Iya, besok gue jemput,” ujar Andra lalu pergi meninggalkan Dyandra.
Dyandra membuka pagar rumahnya dan masuk ke halaman rumahnya.
Dyandra melihat Indri yang sedang meyiram tanamannya.
“Mama,” panggil Dyandra.
“Eh? Kamu kemana aja sih? Lama banget pulangnya,” ucap Indri kemudian menghentika aktivitasnya.
“Tadi abis dari jalan, ma,” ujar Dyandra.
“Mama mau roti?” tawar Dyandra.
“Siapa yang beliin?” tanya Indri.
“Temen Dyandra, ma,” jawab Dyandra.
“Ya udah yuk masuk, kamu ganti baju dulu sana!” perintah Indri pada anaknya.
“Iya, ma,”
Dyandra menaiki anak tangga menuju kamarnya untuk mengganti baju.
***
TBC!
Hello guys, DYANDRA update lagi nih. Gimana dengan part ini? Comment di bawah. Jangan lupa vote😉.
-sppratama.
KAMU SEDANG MEMBACA
DYANDRA
Teen FictionAndra Guetta Pratama. Seorang lelaki yang dingin terhadap perempuan dan tidak banyak bicara. Ia di pertemukan dengan seorang gadis yang sangat buruk. Bisa di bilang badgirl. Tidak, bukan badgirl. Tetapi gadis yang bawel, nakal, dan tidak bisa dibil...