Udara sejuk pegunungan terasa begitu dingin menusuk kulit. Lana membuka jendela kamar villanya dan pandangannya langsung tertuju pada berbagai tanaman bunga yang indah yang ditanam untuk menghiasi taman villa yang luas itu. Ia tersenyum lebar dan menghirup udara segar itu dalam-dalam. Ia membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju meja saat melihat ponselnya yang bergetar. Ia mengambilnya dan membaca satu pesan yang masuk dari temannya.
'Gimana Lan malam pertamanya? Sukses, gak? Lo bisa jalan gak sekarang?'
Lana mendengus saat melihat pesan dari Hana. Tidak tahu saja kalau Lana masih perawan dan belum dijebol. Bagaimana mau dijebol, orang ia sedang palang merah sekarang. Ia tertawa pelan. Ia membalas pesan teman seperjuangannya itu. Ia memutuskan untuk keluar dari kamar mencari suaminya.
Setelah sampai di ruang makan, ia melihat Bi Ratmi, pembantu di sana sedang menyiapkan sarapan pagi untuk mereka.
"Bi, lihat suamiku, gak?" wanita paruh baya itu mendongakkan kepalanya.
"Tadi Bibi lihat Aden keluar pake kaos training. Mungkin ada di luar, Mbak." Lana mengangguk.
"Oh..., makasih, Bi. Nanti aku cari suamiku dulu, ya?!" Bi Ratmi hanya tersenyum dan mengangguk. Lana keluar dari villanya untuk mencari suaminya. Ia berjalan melewati taman villa yang begitu sejuk dan asri dengan berbagai tanaman hijau yang menghiasinya. Ia menengokkan wajahnya ke kanan dan ke kiri untuk mencari sosok suaminya. Pandangannya terjatuh pada sosok lelaki yang sedang berdiri di depan sebuah kolam yang tak jauh dari villanya. Ia tersenyum dan berjalan menghampiri suaminya.
"Gak bilang-bilang ih kalau mau jalan-jalan!" Akmal yang sedang asyik menikmati segarnya udara pagi di sini menolehkan wajahnya ke belakang saat mendengar suara lembut istrinya.
Glekk ....
Ia menelan ludahnya saat melihat tampilan istrinya yang memakai kaos santai dengan celana hotpans yang memperlihatkan paha putihnya yang mulus. Rambut Lana yang dicepol ke atas dan memperlihatkan leher jenjangnya menambah keseksian istrinya saat ini. Ingin rasanya ia menarik Lana sekarang ke ranjang jika ia tak ingat bahwa istrinya sedang tidak boleh disentuh saat ini. Ia mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya, takut ada lelaki yang kebetulan lewat dan ikut menikmati keindahan tubuh Lana yang hanya miliknya.
"Lana...." Lana mengerutkan keningnya saat mendengar suara suaminya yang tertahan.
"Ganti celanamu sekarang! Aku gak suka kamu pakai celana kayak gitu di luar rumah. Aku tak mau sampai ada lelaki selain diriku yang melihat tubuhmu." wajah Lana langsung memanas saat meneliti penampilannya saat ini. Ia bahkan tak sadar sudah berpenampilan seseksi ini yang sungguh menggoda iman kaum adam. Ia hanya menyengir.
"Hehe... Oke, Mas." ucapnya sambil berbalik kembali. Akmal berusaha untuk meredam gairahnya yang sudah naik saat memperhatikan lekuk tubuh Lana yang sempurna dari kejauhan. Ia mengusap wajahnya frustasi.
"Ya Allah... Apa aku bisa tahan menunggu untuk tidak menyentuhnya selama beberapa hari ke depan?" gumamnya dengan nada lemah.
***
Pagi ini, Akmal dan Lana berjalan mengitari daerah sekitar villa. Pemandangan perkebunan yang hijau dan segar begitu menyejukkan mata dan menenangkan pikiran. Benar-benar tempat yang cocok bagi pasangan yang berbulan madu seperti dirinya dan Akmal.
"Kapan-kapan kalau libur, kita ke sini lagi yuk, Mas?!" tanyanya kepada suaminya. Akmal mengangguk.
"Iya. Kita bisa bikin anak yang banyak di sini." Lana setengah terkejut saat mendengar ucapan suaminya. Ia memukul lengan Akmal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second
Romance(CERITA INI SUDAH TERBIT DI EBOOk. SILAKAN CEK DAN DOWNLOAD DI PLAYSTORE) Duren? Satu kalimat yang membuat Lana ingin tertawa mendengarnya. Kesan pertama saat ia pertama melihat seorang lelaki yang berstatus duda yang juga merupakan tetangganya. Tap...