"Lana!" Lana yang baru sampai di depan gerbang rumahnya langsung menolehkan wajahnya saat dirasanya ada yang memanggilnya. Ia mengerutkan keningnya saat melihat Akmal yang sedang berjalan ke arahnya.
"Maaf, Lan. Tadinya, aku mau jemput kamu ke kantor kamu lagi. Tapi kamu gak balas pesan dari aku. Rencananya, aku mau ngajak kamu keluar hari minggu nanti." Lana mencoba mencerna ucapan Akmal barusan. Akmal mengajaknya jalan-jalan?
"Jalan-jalan? Sama temen-temen Mas?" Akmal tersenyum dan menggeleng.
"Enggak. Cuma berdua sama kamu." Lana kini tercengang. Apa lelaki itu baru saja mengajaknya untuk berkencan?
"B-berdua?" Akmal mengangguk.
"Iya. Kamu mau, 'kan?" Lana terlihat ragu. Ia teringat dengan apa yang dilihatnya tadi di halaman pribadi Akmal.
"Kamu gak ada acara kan hari minggu?" Lana menggeleng. Kebetulan jadwalnya beristirahat sepuasnya di rumahnya pada hari itu.
"Enggak, Mas." Akmal tersenyum.
"Yaudah. Nanti hari minggu aku jemput ke rumah kamu dan minta izin ke orang tua kamu. Gimana?" Lana akhirnya mengangguk. Ia terlalu bingung sekarang. Hatinya seakan tidak sinkron dengan pikirannya saat ini. Akmal tersenyum.
"Yaudah kalau gitu. Aku pamit dulu, Assalamualaikum." pamitnya sambil membalikkan tubuhnya meninggalkan Lana di sana sendiri.
"Walaikumsalam." Lana memutuskan untuk segera masuk ke dalam tak peduli dengan satpam rumahnya yang tersenyum penuh arti kepadanya saat melihat interaksinya tadi dengan Akmal.
***
Lana memandang penampilannya saat ini di depan cermin. Dress putih tulang selutut yang terlihat anggun dan lembut membuatnya terlihat cantik natural dengan riasan ala kadarnya. Cukup dengan menyapukan bedak padat, maskara, dan lip gloss pink rose yang membuat wajahnya terlihat lebih segar dan bercahaya. Ia mengambil jepit mutiara di dekatnya dan memasangkannya di depan rambutnya. Setelah merasa penampilannya cukup, ia memutuskan untuk beranjak keluar kamarnya. Ia menuruni tangga dan menemui mamanya yang sedang berkutat di dapur dengan resep-resep kue barunya. Lana menghela nafas sejenak. Ia merasa gugup. Ia memang sudah meminta izin untuk pergi keluar dengan Akmal. Mamanya sempat terkejut saat mendengar putrinya akan pergi berdua bersama duda tetangga barunya itu. Amy tak pernah melihat mereka dekat sebelumnya. Setelah mendengar penjelasan putrinya, meski agak setengah hati, akhirnya ia mengizinkannya saja.
"Ma...." panggilnya. Amy yang sedang mengocok adonan dengan mixer dalam wadah besar langsung menolehkan wajahnya. Ia meneliti penampilan putrinya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Lana meremas tangannya gugup.
"Kamu jadi pergi hari ini?" Lana mengangguk.
"Iya, Ma. Gak apa-apa kan kalau aku jalan berdua sama Mas Akmal?" Amy menghela nafas sejenak. Ia menatap putrinya.
"Kamu sudah dewasa, Lan. Selama kamu bisa menjaga kepercayaan kami, Mama atau Papa boleh-boleh aja. Nanti Mama mau ngomong dulu sama dia." Lana mengangguk. Mungkin insiden putusnya dengan Barra yang berujung buruk membuat mereka lebih berhati-hati lagi bila putrinya dekat lagi dengan seorang lelaki, dan Lana paham akan itu karena semua orang tua akan berpikiran sama bila menyangkut anaknya.
"Iya, Ma. Nanti Mas Akmal-nya bentar lagi ke sini." Amy mengangguk.
"Assalamualaikum!" terdengar suara bel dan orang yang mengucap salam.
"Itu pasti Mas Akmal."
"Biar Bibi yang bukain, Mbak." pembantu rumahnya mendahuluinya untuk membuka pintu di depan. Lana dan Amy mengikutinya menuju ruang tamu di depan. Dilihatnya Akmal yang sudah rapi dan tampan dengan kemeja panjang biru tua kotak-kotak dan celana jeans hitam yang membuatnya terlihat begitu manly. Lana sempat terpana dengan Akmal saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second
Romansa(CERITA INI SUDAH TERBIT DI EBOOk. SILAKAN CEK DAN DOWNLOAD DI PLAYSTORE) Duren? Satu kalimat yang membuat Lana ingin tertawa mendengarnya. Kesan pertama saat ia pertama melihat seorang lelaki yang berstatus duda yang juga merupakan tetangganya. Tap...