18. Misi Pendekatan

12.2K 625 3
                                    


"Mas nanti beli kue dulu ya di sebelah sana!" pinta Lana pada suaminya yang sudah siaga di depan kantornya. Ia baru saja pulang dan selesai bekerja. Akmal mengangguk. Mereka berencana akan menjenguk Elvira yang belum sembuh di rumah mantan istri Akmal. Lana tetap berusaha untuk mencoba mengambil hati kedua anak tirinya. Ia mencoba untuk bersabar dan tidak memaksakan mereka untuk bisa menerimanya sebagai pendamping ayah mereka. Ia yakin, mereka pasti akan membuka hati untuknya seiring berjalannya waktu. Untuk itu, ia ingin berusaha untuk menyayangi dan merangkul mereka terlebih dahulu sebelum mereka mau menerimanya.

Motor Akmal sudah melaju meninggalkan kantor. Mereka mampir sebentar di sebuah toko kue yang dituju Lana untuk membeli buah tangan untuk anak tirinya nanti. Setelah mendapatkan apa yang dibutuhkannya, mereka kembali melanjutkan perjalanan.

***

Akhirnya, mereka berdua sudah sampai di rumah mantan istri Akmal. Lana turun dari motor sambil melepas helmnya. Mereka berdua berjalan untuk masuk ke dalam rumah itu.

"Assalamualaikum!" seru Akmal dari balik pintu. Terdengar suara langkah kaki dari dalam.

"Walaikumsalam." jawab suara dari dalam. Siska tersenyum tipis saat melihat siapa yang datang.

"Akmal, Alana, ayo masuk!" Lana tersenyum dan berjalan mengikuti suaminya di depan untuk masuk ke dalam rumah.

"Sayang, ini ada Ayah sama Tante Lana!" seru Siska kepada kedua anaknya yang sedang asyik bermain di ruang tengah. Lana dan Akmal tersenyum melihat mereka yang sedang bermain kartu di karpet tebal yang digelar di lantai. Kedua anak itu menolehkan wajahnya.

"Ayah!" seru Elvira sambil tersenyum lebar. Akmal mendekati putrinya dan mencium puncak kepalanya sayang.

"Gimana sakitnya? Vira udah sembuh, sayang?" Elvira tersenyum dan mengangguk.

"Udah, Yah. Besok aku mau sekolah lagi. Aku bosen di rumah terus." Akmal tersenyum dan mengacak pelan rambut putrinya.

"Nanti kalau udah sembuh bener. Kamu masih pusing gak, sayang?" gadis kecil itu mengangguk.

"Iya, Yah." Akmal tersenyum lagi.

"Kalau masih pusing, Vira istirahat dulu ya, sayang! Harus rajin makan dan minum obat, biar cepet sembuh." Elvira hanya mengangguk. Akmal mengalihkan pandangannya pada istrinya dan menyuruhnya untuk mendekat. Lana yang masih berdiri berjalan mendekat ke arah mereka. Ia tersenyum kepada Elvira.

"Hai, sayang. Gimana kondisinya? Udah sembuh?" tanyanya sambil mengelus rambut hitam gadis kecil itu. Elvira hanya menatap Lana lurus.

"Salam dulu sama Tante, sayang!" pinta Akmal sambil menatap putranya dan putrinya bergantian. Panji yang sedari tadi memperhatikan mereka langsung menyalami Lana, juga adiknya. Lana mengusap pelan rambut ikal Panji.

"Kamu gak maen, sayang?" tanyanya kepada bocah itu. Panji menggeleng.

"Enggak, Tan." Lana hanya tersenyum. Ia tak akan memaksa mereka untuk memanggilnya dengan sebutan 'Mama' untuk saat ini. Mereka pasti butuh waktu. Biarlah untuk saat ini ia tak masalah dipanggil Tante oleh mereka. Mereka mau dekat dengannya saja itu sudah cukup. Ia hanya mencoba untuk bersabar saja. Ia mengalihkan pandangannya pada Elvira.

"Vira udah makan belum? Ini Tante bawa kue kesukaan kamu." gadis kecil itu mengangguk.

"Baru tadi pagi makannya. Sekarang belum mau makan lagi." jelas Siska yang duduk di sofa. Lana menatap kembali Elvira.

"Mau gak Tante bikinin nasi goreng? Kamu harus makan ya supaya cepet sembuh?" Elvira hanya diam.

"Kamu makan dulu ya, sayang?! Tante Lana nanti bikinin kamu makanan. Katanya mau cepet sekolah." bujuk Akmal kepada putrinya. Mendengar kata sekolah, akhirnya Elvira mengangguk. Lana mendesah lega. Tak begitu sulit membujuk putri tirinya itu. Kalau hanya membuat nasi goreng, Lana tidak terlalu kesulitan.

The SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang