The Truth 3

2.4K 327 71
                                    

By MinGyuTae00

.
.
.

Tolong tinggalkan jejak kalian berupa vote dan coment. Jangan jadi siders ya guys. Mohon maaf bila terdapat TYPO diantara penulisan. Kritik dan saran sangat diterima.

.
.
.

Happy Reading

Song : Shin Jae - Tears Are Falling ( 49 Days Ost)

**************************
Note : Ini masih flashback.

Jungkook melempar sebuah batu untuk kesekian kalinya kedalam sungai. Sudah delapan belas tahun lamanya setelah peristiwa dan penyerangan itu terjadi. Ia tumbuh menjadi remaja tangguh dan tampan namun dingin seperti ayahnya. Jungkook mengetahui semuanya saat usianya beranjak enam tahun, itupun Hyekoo lah yang memberitahunya. Pantas saja ketika ia selalu menanyakan keberadaan ibunya, ayahnya itu akan diam. Walau raut wajahnya datar, ia dapat melihat pandangan mata ayahnya menjadi sendu.

"Chogiyo...bisakah kau berhenti melempar batu-batu itu? Bagaimana jika kau menyakiti ikan-ikan disana"

Jungkook menoleh keasal suara. Ia melihat seorang pemuda manis bertubuh mungil sedang menatap garang padanya. Jungkook mengerenyitkan dahinya. Bagaimana mungkin pemuda itu berlaku dan berbicara tak sopan padanya.

"Kau mendengarku? Apa kau tuli?"

"Tidak"

Jimin berdeham sebelum menjawab. "Baguslah, aku tidak tahu apa tujuanmu dan kau sedang apa. Tapi berhentilah untuk melempari batu-batu itu. Selain kau bisa melukai ikan-ikan, kau juga mengangguku"

"Aku tidak menganggumu"

"Ya...ya...ya...terserah apa katamulah, yang jelas kau sudah mengangguku memancing. Karena kau semua ikan-ikan itu berlari menjauh"Jimin bersidekap dada.

"Sepertinya kau baru disini, aku tak pernah melihat wajahmu disini"Jungkook berdiri kemudian membersihkan celananya dari bekas-bekas tanah.

Jimin menjadi gugup, matanya bergulir gelisah. Hal ini ditangkap oleh Jungkook. Jungkook menyeringai kecil. Ia berjalan mendekati Jimin.

"M...mwo?"Jimin memundurkan wajahnya sedikit kebelakang ketika Jungkook mendekatkan wajahnya dan menatapnya intens.

"Kau bukan anggota pack ini ya kan?"

Jimin berdiam diri. Ya, ia memang bukanlah anggota dari pack. Ia merupakan seorang rouge. Kedua orang tuanya meninggal akibat mendapat serangan dari beberapa vampire. Entahlah walaupun kedua orang tuanya masih hidup, ia juga tak yakin asal usulnya. Sejak ia kecil, ia hanya hidup bertiga saja, tanpa pack dan sanak saudara. Ia kemari pun tak tahu jika wilayah ini merupakan kawasan milik pack pemuda didepannya ini.

"Apa kau berubah menjadi bisu?"

"Mian, aku harus pergi"

Belum sempat Jimin melangkah pergi, Jungkook sudah menahan lengan mungil Jimin hingga membuat si mungil memekik kaget dan nyaris terjerembab jika saja Jungkook tidak kuat menahannya.

Hati Jungkook berdesir ketika melihat manik kecoklatan pemuda didepannya. Tatapannya begitu dalam seakan menyeretnya masuk kedalam kubangan lensa itu. Katakanlah Jungkook hiperbola, namun apa yang ia alami memang benar apa adanya.

.
.
.

Jimin terdiam gugup. Berkali-kali ia merutuki Jungkook yang seenaknya saja menyeretnya untuk bertemu dengan sang alpha. Jungkook hanya mengulum senyum. Ia akui memang, ia sedikit keterlaluan menyeret Jimin untuk diperkenalkan kepada ayahnya.

My Luna,  My Love ( KookMin /VMIN ABO) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang