*
*
*Tiin tiiin...
Klakson mobil terdengar di depan Yoongi. Bahkan angin yang dilewatinya menerpa rambut pemuda manis itu. Mobil itu berhenti. Kemudian sang pengemudi membuka kaca mobil tersebut, menyembulkan kepalanya sehingga Yoongi menengok kesitu.
"Ayo pulang." Ajak si pengemudi.
Yoongi berdecak kesal, "Lama sekali, kau kemana saja?"
Orang itu terkekeh, "Maaf, dosen tadi lama sekali keluarnya."
Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Yoongi segera masuk kedalam mobil hitam itu. Kemudian menutupnya dengn keras seolah menunjukkan kekesalannya pada pria disampingnya ini.
"Aku lapar." Ucap Yoongi dengan intonasi datar.Tidak mendapatkan respon dari si pengemudi, Yoongi menoleh. "Jimin, aku lapar!" Dia lebih mengeraskan suaranya kali ini.
Jimin hanya bergumam.Sementara Yoongi yang mendapat gumaman ingin rasanya melempar pria itu keluar.
"JIMIIIINNNN... aku lapar" teriaknya lagi."Iya aku tahu. Kau mau makan dimana?" Jimin masih fokus pada jalanan yang entah kenapa hari ini lebih ramai.
Yoongi berdecak, "Terserah, yang penting ada ayamnya."
"Oke."
.
.
.
.
.Sampailah mereka ke restoran tujuan. Yoongi bilang daging ayam disini rasanya enak. Padahal dalam hati Jimin berkata daging ayam itu sama saja. Tapi memang keluarga Yoongi itu pecinta daging. Jadi tahu mana daging yang enak dan daging yang buruk. Yoongi bilang, ilmu keturunan dari buyutnya.
Dua orang itu hampir mengelilingi seisi restoran. Karena saat melihat, tak ada meja yang kosong kecuali satu, meja yang berada di pojok di dekat wastafel pencuci tangan. Mau tidak mau Yoongi duduk disana. Walaupun sedikit paksaan Jimin. Aneh memang, yang lapar siapa, yang maksa siapa.
"Pesan cepat"
Jimim sedikit berdecak saat Yoongi melontarkan kata kata itu. Sebenarnya siapa yang lapar?
Jimin memencet bel diatas meja yang memang dikhususkan untuk memanggil pelayan. Tidak lama setelah ia menekannya, seorang pelayan datang ke meja keduanya.
"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya si pelayan.
"Cheesecake satu, ayam panggang dua. Chocolate milkshake dua."
Dengan spontan Jimin langsung memesan makanannya tanpa basa basi terlebih dahulu. Memang tipikal Jimin yang dikenal Yoongi.
Pelayan itu langsung mencatat apa saja yang dipesan oleh Jimin pada notenya. Lalu ia membungkuk, "Mohon ditunggu tuan." Ucapnya sebelum berbalik meninggalkan meja mereka berdua.
Sepeninggal si pelayan, Yoongi langsung menghadapkan kepalanya pada Jimin dengan bertumpu dagu pada tangan kanannya.
"Tak pernah lupa, Jim?"Jimin tersenyum tipis mendengarnya, "Bagaimana bisa lupa kalau kita selalu bersama selama dua puluh tiga tahun, Yoongi sayang." Pria tampan itu menaik turunkan alisnya, membuat Yoongi mendengus.
"Tapi maaf tuan Park, hidupku bukan hanya untukmu."
"Woah lihat... bahkan kau tak bisa berpaling dariku."
Balasan tidak jelas dari Jimin membuat Yoongi hanya memutar mata jengah. Pria didepannya ini memang sedikit edan kalau bicara tentang dirinya.
.
.
.
.
.Malam ini Yoongi ditinggal lagi. Orang tuanya sibuk di jepang sejak sore tadi berangkat. Yoongi itu anak tunggal. Jadi, sudah terbiasa ia tinggal sendiri jikalau orang tuanya sedang berbisnis.
Yoongi menaruh camilannya diatas meja. Kemudian ia duduk pada sofa didepan tv. Pemuda Min itu hanya mengganti channelnya acak, dan berhenti pada film action yang baru tayang. Yoongi tak fokus pada tvnya, Ia malah membuka hpnya dan membuka grup chat teman-temannya.Ia terkesiap saat pintu depan terbuka. Ia tak kaget sebenarnya karena sudah tahu siapa yang akan kerumahnya.
"Kejutan."
Yoongi hanya terkekeh, "Kejutan apanya kalau aku sudah tahu, Park?"
Jimin hanya cengengesan tak jelas. Pria itu berjalan ke arah sofa dan duduk disebelah Yoongi yang masih asik dengan chatnya.
"Yoongi, ini aku bawakan tiramisu."
Yoongi menoleh, "Sungguh, Jim? Woahh Jeongmal daebak."
Jimin mengernyitkan alisnya. Ia tak tahu jika Yoongi juga memiliki jiwa tak jelas sepertinya.Ia membuka kotak kue tersebut diatas meja. Namun, Yoongi dengan kurang ajarnya langsung mengambil satu potong tanpa menghiraukan Jimin yang belum mengambil satu pun. Jimin sih tak ambil pusing, toh mereka sudah biasa seperti ini.
Lama mereka berdua duduk diam seperti itu. Akhirnya Jimin membuka percakapan.
"Yoongi, aku suka padamu." Ucapnya.
"Aku tahu."
"Yoongi ini tak seperti biasa. Aku benar benar menyukaimu. Jadilah pacarku."
Yoongi membulatkan matanya. Apa maksud pria ini?
"Jimin kau tak bercanda kan?"Jimin menggeleng santai, "tidak tentu saja. Jadilah milikku, Yoongi"
"Ta-tapi Taehyung-"
"Bisakah kita menjalaninya tanpa memikirkan adanya Taehyung?"
Yoongi terdiam. Jujur, ia memang nyaman pada Jimin selama ini. Tapi ia tak tahu perasaan apa itu. Menurutnya itu hanyalah perasaan nyaman sebagai seorang sahabat yang terbiasa bersama sejak kecil. Ia salah mengartikan."Jimin, bisakah kita menjalaninya sebagai sahabat?"
Jimin menggeleng, "Yoongi, aku sudah menanahannya selama lima tahun. Apa aku harus menahannya lagi?"
Tanpa sadar air mata Yoongi jatuh. Ini pilihan yang rumit, sungguh. Yoongi bingung, Taehyung atau Jimin? Ini adalah pilihan dimana kau harus memilih antara kekasihmu yang sudah sejak lama bersamamu. Atau sahabatmu yang sejak memakai popok sudah bersama? Sungguh pilihan yang sangat membingungkan bagi Yoongi.
"Halo, Taehyung."
"Halo, sayang. Kau sendirian lagi?"
"Iya-shhh, Jimin."
"Kau bersama Jimin?"
"Iya, dia datang. Jiminnhhh.."
"Kau...kau dan Jimin sedang apa?"
"Jimin mengambil kueku, Taehyung. Aku marah padanya."
"Ohhh begitu. Terdengar seperti kau sedang mendesah, sayang."
"Berhentilah berpikiran mesum, Taehyung. Aku membencimu."
"I love you too, baby."
"Jimin, kau benar-benar-"
"Maaf sayang, aku tak tahan untuk tidak menggigitmu."
"Brengsek."
"I love you too."
Daripada susah, kenapa tidak ambil keduanya? Yoongi tak perlu memikirkan resikonya. Toh, jika Taehyung tahu, dia masih ada Jimin.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.End
Uhuuuyyy. Akhirnya.... sampai jumpa minggu depan :)
Vommentnya donggg...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetie ✔ [bts x myg]
Short Storykumpulan drabble unfaedah antara bts & yoongi namgi, hopega, minyoon, taegi, kookga.