24th

6.9K 219 0
                                    

Amara meremas jari-jari tangannya sambil berdoa agar Fernandes maupun Romeo tidak akan mengganggu mereka lagi.

Flo yang tengah mengemudi mobil melirik Amara. Sebelah tangannya meremas lengan Amara pelan. "Tenang, Amara. Semua akan baik-baik saja. Aku akan bawa kamu ke tempat yang aman."

"Flo, kenapa kamu membantuku?"

Flo tersenyum lalu menepikan mobilnya. "Kita sama-sama wanita. Aku tahu hal ini pasti sulit buat kamu. Aku juga tidak suka terjepit oleh dua orang."

Amara tersenyum tipis. "Flo, aku tahu tempat yang aman dan tentunya tak akan terpikirkan oleh semua orang."

Flo mengerutkan keningnya. "Di mana?"

***

"Shit!" umpat Romeo. "Aku tidak mau tahu! Kalian semua harus menemukan Amara," bentak Romeo pada semua anak buahnya.

Para anak buah Romeo yang berjumlah sepuluh orang itu mengangguk, lalu segera pergi dari hadapan Romeo.

Romeo memijit pelipisnya lalu menjatuhkan diri di atas sofa yang berada di dalam ruangan kantornya. "Pasti Fernandes yang telah menyembunyikan keberadaan Amara. Benar-benar brengsek kau Fernandes!"

Tak lama terdengar suara ketukan pintu dan pintu terbuka. Menampakkan Anneta dan juga Devita. "Tumben sekali kalian kemari. Ada apa?" tanya Romeo sarkasme.

"Apa sudah ada perkembangan mengenai keberadaan Amara saat ini?" tanya Anneta sembari duduk di sebrang Romeo diikuti oleh Devita.

Romeo menghela napas lalu menggeleng. "Aku yakin bahwa Fernandes yang sudah menyembunyikan Amara."

Anneta mendesah kecewa.

"Aku akan coba berbicara dengan Mr. Hugo," ucap Devita tiba-tiba.

Romeo menggeleng. "Percuma, karena Amara sendiri yang tidak mau pulang."

Anneta dan Devita tersentak lalu menunduk lesu.

"Ini semua adalah salahku," lirih Romeo.

"Tidak, Mr. Stevano. Aku yakin bila kami yang membujuknya, dia pasti mengerti dan mau pulang," ucap Devita sambil menatap Romeo serius.

"Aku setuju. Kita sesama wanita pasti saling mengerti. Hanya perlu bicara dari hati ke hati. Lagipula aku sangat mengenal Amara. Dia gadis yang baik dan penurut."

Romeo menghela napas lalu mengibaskan tangannya di udara. "Terserah apa kata kalian. Tapi, jangan salahkan aku apabila kalian mendapatkan respon yang tak sesuai."

"Tak masalah. Yang penting kami sudah mencoba," ucap Anneta.

Romeo mengedikkan bahu lalu mengetik sesuatu di ponselnya. "Alamat rumah keluarga Hugo sudah aku kirimkan ke email-mu," ucap Romeo lalu menyimpan ponselnya ke dalam saku celana.

Devita segera memeriksa ponselnya lalu tersenyum senang. "Terima kasih banyak, Mr. Stevano."

"Panggil saja Romeo."

Devita hanya tersenyum. Ia dan Anneta lalu berdiri. "Kalau begitu kami permisi dulu, Romeo," pamit Devita sopan.

Romeo hanya mengangguk mengiyakan. Devita dan Anneta lalu keluar dari ruangan Romeo. Romeo menghela napas lalu menatap tumpukan berkas yang ada di atas meja kerjanya.

"Ck! Kapan pekerjaan ini akan selesai?"

***

Fabian tengah fokus pada pekerjaannya saat Luciella tiba-tiba saja masuk ke dalam ruangannya. Fabian melirik ke arah Luci kemudian tersenyum. "Hei, Baby."

My Sexy Lady | ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang