35th

6.3K 180 2
                                    

"Kak..."

Nando yang berjalan di sebelah Amara ikut menghentikan langkah kakinya saat Amara berhenti dan menghadap ke arahnya. Nando menaikkan sebelah alisnya dan menatap Amara bingung.

"Ada apa, hm?"

Amara melepaskan jas Nando yang menutupi tubuhnya dan mengembalikannya kepada Nando. "Ada sesuatu hal yang harus aku urus dulu. Bisakah kakak pulang terlebih dahulu?"

Nando tersenyum kecut lalu menyampirkan jas tersebut di bahu sebelah kirinya. "Fernandes?"

Amara mengangguk ragu dan sedikit menunduk. Tidak berani menatap mata suaminya. Dia sadar jika hal ini pasti menyakiti perasaan Nando. Tidak pernah ada istri terang-terangan ingin menemui pria lain disaat suaminya sendiri sedang ada di hadapannya.

"Ra..."

"Kakak tenang saja. Di sini ada papa dan mama. Nanti aku akan pulang dengan mereka."

"Tapi—"

"Kakak besok harus berangkat ke China, bukan? Jadi, ku kira sebaiknya kakak lekas pulang dan beristirahat," ucap Amara dengan senyum manisnya.

Nando tersenyum kecil, lalu menepuk puncak kepala Amara pelan. "Baiklah. Jaga dirimu baik-baik, wife."

Tubuh Amara menegang saat mendengar panggilan Nando. Pasalnya, Nando terlihat seperti mengingatkannya bahwa kini statusnya adalah sebagai seorang istri.

Nando kemudian berbalik dan berjalan keluar dari ballroom hotel.

Amara menghela napas kasar dan berbalik ke tengah ruangan. Matanya meneliti setiap tempat untuk menemukan Fernandes dan sebuah senyum kecil terbit kala melihat pria itu tengah menikmati minumannya sendirian. Dengan langkah anggun, Amara menghampiri pria itu. Jantungnya berdebar-debar saat jarak di antara mereka semakin dekat. Amara semakin mempercepat langkahnya tanpa mempedulikan jika saat ini dia tengah memakai long dress berwarna merah.

Fernandes seolah menyadari kehadirannya dan menatapnya begitu intens. Amara tidak mengerti arti tatapan itu, tapi dia malah tersenyum kepada pria itu.

Saat tiba di hadapan pria itu, Amara meraih gelas yang tengah dipegang oleh Fernandes dan meminum sisa champagne itu hingga habis. Dia menyerahkan gelasnya pada salah seorang pelayan yang lewat, sedangkan Fernandes sendiri hanya diam karena masih terkejut dengan aksi wanita itu.

"Maaf jika aku menghabiskan minumanmu. Aku sangat memerlukan air untuk menetralkan degup jantungku," ucap Amara yang mampu mengembalikan kesadaran Fernandes.

"Ah! Tak apa. Asalkan kau tidak keberatan meminum bekasku."

Amara tersenyum simpul lalu matanya mengitari ruangan. Saat ada seorang pelayan mendekat, dia meraih dua champagne dan menyerahkan salah satunya kepada Fernandes. "Itu pengganti minumanmu."

"Ah! Terima kasih. By the way, bukankah tadi kau telah pulang bersama Nando?"

'Iya, tapi ada sesuatu hal yang harus ku bicarakan terlebih dahulu denganmu."

Fernandes menaikkan sebelah alisnya. "Oh, ya? Apa itu?"

Tiba-tiba Saja Amara refleks memeluk Fernandes dengan erat. Dia menempel wajahnya di dada bidang milik pria itu. Dengan ini, dia bisa mendengar dengan jelas degup jantung pria itu. Amara sedikit mengernyit saat merasakan degup jantung Fernandes yang sangat cepat. Namun sedetik kemudian, dia merasakan kenyamanan.

"Aku menyukai bagaimana caraku memelukmu. Membuatku bisa mendengar degup jantungmu yang membuat diriku merasakan kenyamanan setiap detiknya."

Hati Fernandes seketika merasa hangat saat mendengar penuturan Amara. Tetapi, Fernandes sadar jika kalimat manis itu ditujukan untuk Nendo, bukan dirinya. Fernandes menghela napas untuk menetralkan degup jantungnya. "Amara..."

My Sexy Lady | ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang