6th

12.1K 351 2
                                    

Amara sudah siap dengan dress panjang hingga mata kaki tanpa lengan berwarna hitam dipadu dengan wedges berwarna senada. Rambutnya digerai begitu saja. Wajah cantiknya hanya dipolesi make up tipis dengan bibir berwarna merah merekah bagaikan kelopak mawar. Amara menjinjing tas tangan prada berwarna hitam keluar dari kamarnya.

"Mau ke mana kamu, Sayang?" tanya Ana lembut.

"Aku harus menghadiri acara penting, Ma."

"Kamu sendirian? Jika iya, sebaiknya kamu pergi dengan kakakmu."

Amara menggeleng cepat. "Tidak, Ma. Aku bersama seseorang."

"Siapa? Pria atau wanita?"tanya nando tiba-tiba terkesan over-protactive.

"Nanti kalian bisa lihat sendiri"jawab amara datar dan dingin.

Nando menarik pundak Amara agar menghadapnya. Nando menatap manik mata Amara dengan lekat. Amara menelan ludahnya susah payah saat melihat tatapan kilat dari manik mata berwarna biru itu.

"Apa kamu sedang dekat bersama seorang pria?" tanya Nando dengan suara beratnya.

"Maaf, jika saya mengganggu." Suara interupsi seseorang membuat mereka mengalihkan perhatiannya pada tamu tak diundang itu.Andaara. Tubuhnya dibalut kemeja hitam dengan dua kancing atas terbuka dan dipadukan jas berwarna biru tua.

"Mr. Hugo?" kaget Nando.

Siapa yang tidak mengenal CEO Hugo Company saat ini? Apalagi CT Group menjalin hubungan kerja sama dengan Hugo Company.

"Maaf, jika saya lancang masuk ke dalam. Saya hanya ingin menjemput Ms. Amara," ucap pria itu dengan sopan.

"Jadi, kamu akan pergi dengannya?" tanya Ana pada Amara dan hanya dijawab dengan anggukan kepala.

"Ah! Maaf sebelumnya karena kami tak menyambut kedatangan Anda," ucap Nando.

Pria itu tersenyum kecil. "Tak apa. Lagipula kami sedang buru-buru."

"Jadi, kita berangkat sekarang? Aku sudah siap," timpal Amara tiba-tiba. Nando berbalik menatap Amara dengan tajam, tapi Amara malah tak mengacuhkannya.

"Kalau begitu, hati-hati dijalan ya, Nak," ucap Ana. Amara hanya mengangguk, lalu menghampiri Mr. Hugo.

"Kalau begitu kami permisi dulu, Mrs. Tanoto dan Mr. Nando."

Ana mengangguk mengiyakan sembari tersenyum lebar. Sedangkan, Nando menatap keduanya dengan pandangan tak suka. Kedua tangannya terkepal kuat saat Mr. Hugo dan Amara sudah hilang dibalik pintu.

"Mereka serasi, ya? Mama seperti melihat Nendo dan Amara," ucap Ana tiba-tiba. Membuat suasana hati Nando semakin buruk.

"Aku tidak suka mereka berdekatan."

"Kenapa?" tanya Ana bingung.

"Mama tidak tahu saja bagaimana dunia malam seorang Fernandes Hugo," jawab Nando dengan nada kesal. "Dia hanyalah pria brengsek yang mengganti wanita layaknya mengganti celana dalam! Aku yakin dia sedang mengincar Amara dan takkan kubiarkan itu terjadi."

Ana menutup mulutnya tak percaya. Sekarang perasaannya tak karuan. Dia takut putrinya yang polos dipermainkan oleh player seperti Fernandes Hugo.

***

Keheningan menyelimuti mereka berdua. Keduanya sibuk dengan aktivitas masing-masing. Fernandes yang fokus menyetir dan Amara yang sibuk dengan ponselnya.

"Ehem..." Pria itu berdehem untuk menarik perhatian Amara dan berhasil. Amara menatap Fernandes dan menaikkan satu alisnya.

"Sepertinya Mr. Nando tidak menyukai kau pergi bersamaku."

Amara mengedikkan bahunya cuek. "Maybe just your feelings."

"I don't think so. By the way, malam ini kamu sangat cantik."

"I know and thanks. Anda juga tampak menawan dengan setelan itu, Mr. Hugo."

Fernandes menggeleng pelan. "Jangan terlalu kaku dan formal. You can call me Fernandes."

"Tidak sopan jika—"

"Aku yang menyuruhmu jadi kamu tak perlu sungkan, Ms. Amara," potong Fernandes cepat.

"Fine! Kalau begitu sebaiknya kamu juga memanggilku Amara saja. Kita hilangkan embel-embel Mister and Miss."

"Deal!"seru Fernandes cepat.

"Ngomong-ngomong kenapa harus aku yang menjadi pasanganmu?" tanya Amara. Menyuarakan pertanyaan yang sedari tadi menghantuinya.

Fernandes menyeringai "Karena aku ingin."

Amara memutar bola matanya malas. "Apa itu pantas disebut jawaban?"

Fernandes mengangguk. "Apapun yang aku katakan itu berarti benar."

Amara mendengus kesal. "Pria arrogant!"

Fernandestersenyum miring. "Lalu, apa bedanya dengan dirimu, Nona arrogant?"

Amara memilih untuk tidak menjawab dan mengalihkan perhatiannya keluar jendela.

"Jangan merajuk seperti anak kecil," sindir Fernandes.

"Kau menyindir siapa? Aku sama sekali tidak merajuk."

"Really?"

"Masih jauhkah tempatnya?" tanya Amara mengalihkan pembicaraan.

"Tidak. Sebentar lagi kita sampai."

Amara hanya mengangguk-anggukan kepala.

***

"Oh! Welcome to my party, Mr. Hugo." Sambut seorang pria yang tampak seumuran dengan mereka. Pria itu cukup tinggi dan tampan memakai setelan abu-abu itu. Kulitnya putih bersih dan rambutnya yang cepak.

"Jangan berlebihan, Demian."

"Kamu datang bersama Amara???" kaget Demian.

"Kamu mengenalku?" tanya Amara tiba-tiba. Spontan membuat Demian terkekeh.

"Of course, Lady. Siapa yang tidak mengenal model sexy seperti dirimu? Amara Chandra Tanoto. Well, aku senang kamu mau menginjakkan kaki cantikmu ke acaraku yang biasa-biasa saja."

Amara mengerucutkan bibirnya. Apa pria itu buta? Pesta ini sungguh glamour dan dihadiri oleh orang-orang penting tapi, dia malah mengatakan ini biasa-biasa saja. Lalu, hal luar biasa apa yang ada di matanya?

"Tapi, dengan kehadiranmu di sini. Pesta ini jadi luar biasa, apalagi kau datang bersama sahabatku."

Amara memutar bola matanya malas. Pria dan semua bualannya. Tiba-tiba Demian mendekat lalu berbisik di telinga Amara. "Kau harus hati-hati, Nona. Di luar sana banyak sekali predator yang ingin mengklaim dirimu. Kau tentu tahu seberapa ganasnya serigala yang sedang mengincar mangsanya. Be careful."

Demian lalu menjauhkan dirinya dan tersenyum lebar pada Amara. "Mungkin kamu belum mengenalku. Namaku Demian Orlando Hans. Kau cukup memanggilku demian. Ini adalah pesta peresmian cabang ketigaku di Amerika."

"Kalau begitu, ku ucapkan selamat atas keberhasilanmu, Demian." Ucap Amara sambil mengulurkan tangannya untuk dijabat oleh Demian. Dengan senang hati, Demian menerimanya. Dia mengecup telapak tangan Amara sekilas, lalu tersenyum manis.

Fernandes langsung menepis tangan Demian dan menatapnya tajam.

""Oh! Wow... Sorry, dude. Kalau begitu silakan nikmati pestanya. Aku harus menyapa tamu lainnya." Setelah mengucapkan itu, Demian pun menghilang ditelan keramaian para tamu undangan.

"Dia pria yang menarik," gumam Amara yang dapat didengar oleh Fernandes.

"Ayo! Kita cicipi makanannya, ku yakin kamu kelaparan," ucap Fernandes sembari menarik tangan Amara menuju meja panjang dengan makanan lezat berjejer di atasnya.






To be continue....

My Sexy Lady | ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang