Part 10

10.1K 682 39
                                    

Pipinya merona merah mendengar bisikan pelan itu. Hatinya berbunga-bunga dan bahagia. Baru saja ia diterbangkan tinggi oleh keromantisan Arnold. Namun suara tegas yang  memanggilnya telah menghempaskannya terjatuh dalam kenyataan.

"Apa yang kau lamunkan? Aku memanggilmu dari tadi tapi kau tidak mendengarnya." protes Arnold memasang raut datar yang membelakanginya dan memasukkan kedua tangannya di saku celananya.

Greta berbalik dan menatap datar Arnold. 'Ternyata tadi hanya lamunanku saja. Andai tadi itu nyata.'batin Greta bergumam lirih. Segera ia menggeleng pelan kepalanya sembari menepis lamunannya tadi takkan sesuai dengan kenyataannya.

'Tidak boleh..!!! Kau tidak boleh terpesona dengan ketampanannya. Ingat, kau masih harus mencari kekasihmu.'protes suara batin Greta yang lain.

Arnold memperhatikan penampilan Greta dari atas hingga bawah. Sepasang mata Arnold tidak berkedip melihat kecantikan Greta malam ini ketika wanita itu membalikkan tubuhnya. Rambut pirangnya yang panjang dibiarkan terurai indah dan di wajahnya sedikit terpoles make up tipis namun tidak sedikitpun mengurangi kadar kecantikannya. Ditambah dress yang dibelinya di butik sepupunya.

Setelah tiba di Spanyol sore tadi, Arnold berencana akan mengajak Greta untuk makan malam nanti jika urusannya selesai tepat waktu.

Ia bahkan menyempatkan diri membeli dress untuk Greta kenakan nanti malam di sebuah butik sepupunya, Eyrlisha Lequint yang merupakan seorang designer ternama dan pemilik butik terbesar di Spanyol. Ia tidak mengerti perihal fashion. Oleh karena itu, Arnold meminta bantuan Eyrlisha untuk memilih dress yang terbaik.

Ia mungkin bisa saja menyuruh orang lain untuk membelinya di saat ia memiliki urusan yang harus segera ia selesaikan. Tetapi entah kenapa Arnold merasa harus membelinya sendiri tanpa ada campur tangan siapapun. Seakan tidak ada yang boleh menyentuh miliknya. Padahal, wanita itu bukanlah siapa siapa dirinya. Hanya seorang sekretaris di kantornya, tidak lebih.

Dress yang dibelinya sangat pas di tubuh Greta. Salahkan Eyrlisha yang telah memilih dress yang  modelnya sedikit terbuka hingga mengekspos jelas pundak dan kaki jenjang wanita di depannya yang putih nan mulus.  Jika ia tahu seperti ini dress pilihan sepupunya, tentu akan ia tolak keras. Dan sepertinya Eyrlisha memang sengaja memilih dress itu.

Melihat penampilan Greta malam ini sukses membuat miliknya mulai mengeras. Sebuah gelenyar aneh meresapi setiap detak jantungnya. Perasaaan aneh yang belum pernah ia rasakan. Arnold memejamkan matanya sesaat lalu menggeleng kepalanya pelan seraya membuang jauh rasa aneh itu.

"Maaf, aku tidak......"ucapan Greta terpotong oleh Arnold yang menyelanya dengan sindiran.

"Sepertinya kau memang memiliki hobby melamun." sindiran Arnold sukses membuat Greta mendengus kesal dan menatap Arnold tajam. Arnold berusaha mengontrol gairahnya.

"Bukan urusanmu, Mr. Arnold."desis Greta tajam dan penuh penekanan.

Arnold tersenyum geli melihat ekspresi kesal Greta. Ia merasa senang telah membuat Greta marah atau kesal. Sedangkan Greta hanya memutar bola matanya.

Entahlah, dirinya pun merasa aneh dengan ketertarikannya memberi 'permainan'  dalam kata-katanya yang berhasil mengubah raut wajah Greta menjadi kesal seperti saat ini.

'Ini waktunya.'ucap Arnold dalam hati seraya menyunggingkan seringai licik.

"Benarkah? Lalu bagaimana dengan lipstick murahan yang kau gunakan?"tanya Arnold ketus.

Greta mengerut kening bingung dan mengumpat dalam hati. 'APA???? Murahan katanya. Huh,, sombong sekali. Mentang mentang dia kaya,seenaknya menghinaku.'
"Apa maksudmu?"

Arnold tersenyum miring dan menaikkan sebelah alisnya lalu bertanya dengan nada sarkastik, "Apa kau lupa jika lisptikmu sudah mengotori mobilku beberapa hari yang lalu?"

Pertanyaan telak Arnold membuat Greta diam mematung. Ia tidak tahu harus berkata apa.

Arnold terus memperhatikan raut wajah Greta yang diam tanpa ekspresi. Bibirnya mengulas senyum kemenangan.

"Bagaimana kau tahu?"tanya Greta dengan susah payah mengontrol detak jantungnya yang berpacu cepat.

Arnold tertawa pelan, "Sangat mudah. Dengan uang, aku bisa mendapat informasi apapun termasuk kau yang melakukannya. Tenang saja, kau tidak perlu takut. Aku tidak akan membawamu ke kantor polisi. Tapi ada satu syarat yang perlu kau lakukan."

"Apa kau sedang melakukan penawaran denganku?"

"Tentu saja tidak. Anggap saja syarat itu sebagai bayaran atas apa yang sudah kau perbuat."

"Aku melakukannya karena itu semua berawal darimu yang tidak becus mengendarai mobil hingga mencipratkan genangan air ke bajuku."protes Greta yang tidak rela dituduh sebagai pelaku utama.

Arnold bergeming dan tetap mengajukan syarat itu. "Baiklah, aku anggap kau setuju akan syaratnya."

Greta mengerut kening tak percaya akan keputusan Arnold yang diambil sepihak tanpa persetujuan darinya.

Arnold melirik jam di pergelangan tangannya lalu berkata, "Jika kau sudah siap, sebaiknya kita segera pergi."

"Kita akan pergi ke mana?"tanya Greta memastikan jika pria di depannya tidak sedang memiliki niat terselubung padanya.

"Makan malam."ucap Arnold singkat.

"Okay, wait a minute." Greta memakai sepatu heelsnya. Karena tidak terbiasa memakai heels yang terlalu tinggi, membuat kakinya melangkah berat menyesuaikan keseimbangan tubuhnya.

Greta berjalan pelan membuat Arnold yang sudah berjalan di depannya menghentikan langkah dan menoleh ke belakang.

"Apa kau tidak bisa berjalan lebih cepat sedikit, hah!! Gaya berjalanmu itu seperti siput."gerutu Arnold kesal dan menarik kasar tangan kanan Greta.

Seketika Greta limbung dengan menarik tangan Arnold hingga pria itu berbalik menghadapnya lalu secara tidak disengaja Greta mendorong tubuh Arnold hingga terjatuh ke lantai.

Bughhh.......

"Awww..." Arnold meringis sakit ketika punggung kokohnya menyentuh lantai dengan cukup keras. Ditambah Greta berada di atas tubuhnya dengan mata yang terpejam dan menumpukan kedua telapak tangannya di dada bidang Arnold.

"Kau itu ceroboh sekali."umpat Arnold kesal.

Mendengar umpatan Arnold, kedua mata Greta terbuka dan membulat sempurna menatap mata Arnold.

Dengan jarak yang begitu dekat, mereka berdua bisa merasakan deru nafas masing-masing. Saling menatap dalam hingga hanyut dalam suasana. Tanpa disadari, tangan Arnold sebelah kiri memeluk erat pinggang Greta. Sedangkan tangan sebelah kanannya meraih tengkuk leher Greta. Saat bibir Arnold hampir menyentuh bibir Greta, seseorang masuk dengan ekspresi terkejut dan rasa bersalahnya.

"OH MY GOD.....!!!"pekik seorang wanita yang baru saja ingin masuk ke dalam kamar namun disuguhkan pemandangan yang tidak layak untuk ia lihat.

*****

Hayyy semua..
Terimakasih banyak yang sudah memberi vote n komentar kalian.

Maaf baru bisa update karena banyak pekerjaan dan sibuk.
Semoga masih setia menunggu lanjutan ceritaku yaa...

Vote dan komentar yaa..
Terima kasih..
Happy reading all..

Be My Queen ✔ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang