Part 6

10.5K 728 37
                                    

"Greta.. sepertinya kau sedang dalam masalah besar."

"Menurutmu, apa yang harus aku lakukan sekarang?" Jantung Greta berpacu cepat melihat ada satu mobil polisi terparkir di pelataran kantor.

Greta sangat gugup dan gemetar ketakutan. Bagaimana jika lamunanku tadi pagi menjadi kenyataan? Apa yang harus aku lakukan? batin Greta bertanya.

*****

Tangannya bergetar dingin. Jantungnya pun berdetak cepat. Greta menggigit bibir bawahnya dan hanya duduk diam dengan tatapan bersalahnya. Ia mengusap kedua telapak tangannya menetralisir rasa ketakutannya.

Sejak Greta tiba dan duduk di kursinya, ia belum melihat polisi-polisi itu keluar dari ruangan Arnold.

Ia sungguh tidak fokus pada pekerjaannya. Ketakutan dan kegelisahan telah mendominasi tubuh dan pikirannya saat ini.

*****

Arnold yang sudah datang lebih awal, menghubungi tiga polisi khusus yang merangkap sebagai detektif itu untuk datang ke kantornya.

Tentunya, mendahului pegawai-pegawainya yang lain termasuk sekretarisnya, Greta. Arnold ingin pembicaraannya dengan tiga polisi itu tidak didengar banyak pihak. Bisa dibilang sangat private.

Kini Arnold dan tiga polisi itu duduk berhadapan di sofa mewah di ruangannya. Membicarakan masalah yang serius membuat Arnold hanya menanggapinya santai. Namun, tidak dengan tatapan tajamnya. Ia duduk dengan menyenderkan punggung kokohnya dan bertanya, "Lalu bagaimana hasil penyelidikan kalian?"

Kedua bola mata Arnold menatap tiga polisi itu bergantian, menanti jawaban atas pertanyaannya.

"Mr. Zeerland mulai mengembangkan bisnis gelapnya ke pasaran Benua Eropa. Termasuk wilayah kekuasaan anda di Spanyol, Sir.." polisi ber-name tag Billy Sharpen itu memaparkan sedikit hasil dari penyelidikan bersama teamnya sembari memberi sebuah amplop coklat berisi informasi penting dan rahasia yang dibutuhkan Arnold mengenai gerak gerik para musuhnya, termasuk Leo Zeerland.

Arnold menerima amplop itu lalu membukanya. Sembari membaca berkas-berkas itu, Arnold tersenyum miring. "Sudah kuduga."

"Lalu, apa yang akan Sir lakukan setelah ini?"tanya Billy.

Bibir Arnold mengulas seringaian licik dan berkata, "Kita lihat saja nanti. Dia dengan nyalinya mulai berani mengusik wilayahku. Itu sama saja dia menantangku. Akan ada sedikit kejutan untuknya."

Mendengar kata 'sedikit' membuat tiga polisi itu bergidik ngeri. Itu berarti alarm bahaya telah berbunyi dan akan ada sesuatu mengerikan terjadi.

Sosok Arnold yang kejam tak banyak orang yang mengetahuinya kecuali tiga polisi itu dan asistennya beserta para bodyguardnya.

"Tentang pria itu, kalian sudah menyelidikinya?"

"Sudah Sir.. Pria itu bernama asli Alfonso Elkariano. Ia berasal dari Meksiko. Telah banyak wanita yang menjadi korban penipuannya dengan berbagai kasus. Dengan memakai banyak identitas baru memudahkan dia untuk mengelabui wanitanya. Rata-rata korbannya anak orang kaya. Terakhir dia memakai identitas sebagai Herald Wood."

Arnold diam menyimak penjelasan dari Billy seraya mengambil satu amplop lagi yang diberikan Billy.

"Di dalam amplop itu terdapat identitas yang pernah digunakannya. Ada foto dan identitas para wanita yang menjadi korbannya."

Arnold melihat beberapa lembar foto wanita yang menjadi korban Alfonso. Sampai pada lembar foto ke 10 membuat dirinya sedikit terkejut lalu tersenyum pelan. 'Lagi-lagi wanita ini. Sungguh malang nasib percintaannya.'batin Arnold.

"Aku ingin kau menyelidiki wanita ini. Lengkap dengan riwayat kehidupannya."pinta Arnold yang memberi salah satu foto wanita yang ingin diselidiki kepada Billy dan langsung diterimanya.

"Baiklah Sir.. Secepatnya kami akan memberi hasilnya."kata Billy dan ketiga polisi itu menunduk sejenak lalu beranjak berdiri dan meninggalkan ruangan Arnold.

Namun, belum sempat Billy membuka pintu, Arnold memanggilnya.

"Satu lagi yang harus kau lakukan untukku sekarang."ucap Arnold yang berjalan mendekat Billy.

*****

Terukir jelas raut wajah Greta begitu khawatir, sesekali ia melirik sekilas pintu ruangan Arnold. "Sebenarnya apa yang sedang dibicarakan Mr. Arnold di dalam dengan polisi sedari tadi? Apa benar ia akan menyuruh polisi itu untuk menangkapku?"gumamnya sendiri.

Dua menit kemudian, pintu ruangan itu terbuka. Ketiga polisi itu berjalan menuju lift.

Greta menghela nafas lega, "Hufftt...untung saja polisi itu tidak menangkapku. Semoga Mr. Arnold tidak mengetahui jika aku yang sudah merusak mobilnya."

Setelah itu, dari intercom mengeluarkan suara tegas sang boss untuk menyuruhnya masuk.

Greta menarik nafas dalam dan menghembuskannya pelan.

'Semoga tidak terjadi sesuatu yang besar'. doa Greta dalam hati.

Ia beranjak dari kursinya menuju ruangan Arnold. Ia mengetuk pintu lalu masuk setelah mendapat izin masuk dari Arnold.

Tampak Arnold sedang sibuk dengan berkasnya.

"Maaf Sir.. ada apa Sir memanggil saya?"

"Apakah hari ini ada jadwal meeting?"tanya Arnold yang masih fokus dengan berkasnya itu.

"Ya. Di restoran Alpha dengan Mr. Golbert 2 jam lagi."

"Baiklah. Segera kau siapkan berkas untuk meeting nanti. 20 menit lagi kita pergi."ucap Arnold dengan nada dingin menatap Greta.

"Kita..?"

"Ya.. tentu saja. Kau adalah sekretarisku. Sewajarnya bukan jika kau ikut denganku. Apa kau menolak?"

"Tentu tidak. Baiklah, saya siapkan semua yang dibutuhkan nanti. Permisi Sir.."pamit Greta, lalu pergi meninggalkan ruangan.

Sedangkan Arnold sedang menahan tawa sembari menatap punggung Greta yang menghilang dari balik pintu.

'Sebentar lagi, , permainan dimulai.' ucap Arnold dalam hati seraya tersenyum misterius.

Sambil menyenderkan punggungnya di kursi kebesarannya, tangannya mengambil ponsel yang ada di saku celananya dan menghubungi 'Ryan', asistennya.

"Ryan,, segera kau batalkan meeting dengan Mr. Golbert hari ini. Ubah jadwalnya menjadi besok. Dan jangan katakan apapun pada Greta. Kau mengerti?"

"Baik Sir.. akan saya lakukan sesuai perintah Sir.."

Panggilan pun diputus Arnold sepihak.

*****

Hayoo,, kira2 apa ya rencana Arnold...??

Tunggu next part yaa.. see u..

Vote dan komentar ya.. thanks^^

Be My Queen ✔ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang