Happy reading all..
*****
"Baiklah, aku akan ke sana nanti malam." Arnold memutuskan panggilannya setelah mendapat kabar dari Billy mengenai tempat persembunyian musuhnya.
"Sebenarnya apa yang terjadi, nak?" tanya Wilbern lalu berdiri di samping Arnold yang sedang termenung menatap lautan biru dari atas balkon kamarnya.
Arnold mengulas senyuman tipis, "Nothing Dad."
Jawaban Arnold membuat Wilbern menaikkan alisnya sebelah. "Nothing..??" Wilbern mengulang ucapan Arnold lalu tertawa pelan dan melanjutkan, "Ada pepatah tidak ada asap jika tidak ada api. Kau tahu artinya? Sama halnya dengan dirimu dan Greta. Pasti ada sesuatu yang membuat Greta syok dan belum sadarkan diri hingga sekarang." ucap Wilbern dengan tatapan menyelidik. Dia diam menunggu jawaban dari putra sulungnya.
Arnold menghela nafas pelan dan diam membenarkan ucapan ayahnya namun lidahnya kelu untuk mengatakan yang sejujurnya. Karena dia tidak ingin ayahnya mengkhawatirkan dirinya. Ini semua adalah masalahnya. Maka dia sendiri yang harus menyelesaikannya.
Arnold menatap ayahnya, "Sungguh Dad ini bukan masalah yang besar. Hanya sebuah insiden kecil jadi Dad tidak perlu khawatir.." Arnold menjeda ucapannya lalu mengalihkan pembicaraannya, "Ah..aku akan ke kamar Greta dulu untuk melihat kondisinya." Arnold pamit lalu berbalik meninggalkan Wilbern yang menatap punggung Arnold menghilang dari balik pintu.
Wilbern tahu jika Arnold sedang menyembunyikan sesuatu. Dirinya mempunyai firasat tidak baik, entah apa itu sepertinya ada masalah besar yang sedang dihadapi putra sulungnya dan calon menantunya saat ini. Dia mengambil ponselnya lalu menekan nomor seseorang dan menempelkan benda pipih itu ke telinganya. Beberapa saat kemudian terdengar panggilannya dijawab seseorang.
"Ada tugas yang harus kau lakukan untukku sekarang..." gumam Wilbern dengan tatapan misterius.
*****
Greta menggeliat dalam tidurnya dan tertegun oleh rasa hangat di tangannya.
Rasa hangat yang selalu ia rindukan. Kehangatan seorang ibu yang selalu membawa kedamaian dan ketenangan dalam hatinya.
Perlahan Greta membuka matanya hingga sempurna. Yang dia lihat pertama kali adalah langit-langit sebuah kamar yang berbeda dengan apartemennya. Lalu kepalanya menoleh ke tangan yang digenggam seseorang.
"Mom.." ucapnya pelan setelah melihat ke samping. Ada seorang wanita paruh baya yang sudah dianggapnya seorang ibu sedang tertidur dengan posisi duduk di kursi sambil menggenggam tangannya.
Arlyncia mendongak kepalanya dan melihat Greta sudah terbangun dari pingsannya. "Kau sudah bangun nak?"
Greta mengangguk lemah, "Ya Mom.."
Greta berusaha bangkit untuk duduk dengan bantuan Arlyncia. Lalu dia menyenderkan punggungnya di kepala ranjang.
"Kenapa Mom tidur di kursi bukan di kamar?"
Arlyncia menggeleng kepalanya, "Mom tidak mungkin meninggalkanmu di saat kau masih sakit seperti ini. Mom akan setia menjagamu hingga kau benar pulih-pulih."
Greta terenyuh oleh ucapan Arlyncia. Dia tidak menyangka Arlyncia begitu menyayanginya layak anak kandungnya.
Sebulir air mata keluar dari sudut-sudut matanya. "Terima kasih Mom." gumamnya lirih.
Arlyncia segera menghapus air mata Greta dengan lembut. "Kenapa kau menangis, hem? Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu, nak?"
Greta menunduk lalu mengangguk samar. "Iya Mom. Aku rindu dengan ibuku, Mom. Perhatian Mom mengingatkan ku bagaimana ibuku merawatku ketika aku sedang sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Queen ✔ (SUDAH TERBIT)
Romance# 1 in conflict (24-6-2018) # 1 in action (22-11-2018) Sebagian part sudah dihapus karena novel sudah terbit. Bagi yang mau beli, masih bisa di Shopee. Ketik aja dennaasmara, di sana sudah ada novel BE MY QUEEN. Terima kasih ... *** Greta Monica, se...