Part 19

9.4K 638 74
                                    

"Oh ya, perkenalkan dia adalah kekasihku Greta Monica." ucap Arnold seraya memperhatikan perubahan mimik wajah Herald alias Mark itu yang terlihat kaget setelah mendengar nama Greta.

'Greta Monica...?? Apa dia gadis yang sama dengan salah satu korbanku dulu?? Tidak... tidak mungkin...dia berbeda dengan Greta yang ku kenal. Tapi bagaimana bisa namanya sama persis dengan dia???' Herald membatin.

Greta mengulas senyuman manis di depan Herald dan mengulurkan tangannya, "Perkenalkan namaku Greta Monica."

Herald tidak membalas uluran tangan Greta melainkan menatap wajah Greta lekat-lekat dalam diamnya.

Arnold tersenyum penuh kepuasan menatap ekspresi Mark yang diam mematung. 'Rencana awal ku berjalan dengan lancar.'  gumamnya dalam hati.

Jullie merengut kesal memperhatikan tatapan tunangannya yang terpaku pada Greta. Lalu dia menggoyangkan lengan Herald pelan seraya membangunkannya dari lamunan. "Dear, kau kenapa menatapnya seperti itu? Apa kau mengenalnya?" tanyanya dan menatap tidak suka pada Greta.

'Tidak mungkin wanita secantik ini adalah Greta korbanku dulu. Hanya nama yang sama bukan berarti orang yang sama juga kan...' batin Herald meyakinkan.

Herald mengerjapkan matanya beberapa kali, ia tidak menjawab pertanyaan Jullie melainkan membalas cepat uluran tangan Greta. "Salam kenal. Namaku Herald Wood dan.." dia melepas uluran tangannya lalu memegang pundak Jullie dan lanjutnya, "Ini tunanganku, Jullie Hawkins."

Greta tetap dengan senyuman manisnya dan mengulur tangannya ke arah Jullie, "Salam kenal. Namaku Greta."

Jullie menatap tangan Greta dan wajah Greta bergantian. Dia tersenyum paksa dan membalas salam sekilas lalu mengajak Herald untuk berkeliling menyambut tamu undangan yang lain. Herald dan Jullie berpamitan dan mempersilakan mereka untuk menikmati hidangan yang telah disediakan.

'Setelah aku menemukanmu, beginikah akhir pencarianku? Kau bertunangan dengan wanita lain. Kenapa aku begitu bodoh bisa mencintai pria brengsek sepertimu, Mark??' ucap Greta lirih dalam hati seraya menatap punggung Herald alias Mark yang semakin jauh.

Tak terasa air mata yang sedari tadi ia tahan dalam, menetes di pipinya. Meratapi nasib asmaranya yang begitu menyedihkan dan menyakitkan hati.

Arnold menghapus air mata Greta dengan ibu jarinya lalu menangkup wajah Greta, "Sudahlah lupakan dia. Untuk apa kau menangisi seseorang yang sama sekali tidak mencintaimu. See, rencana awal kita berjalan lancar. Dia terlihat tidak mengenalimu."

Greta menghela napas dalam dan tersenyum getir, "Ya.. kau benar Arnold. Pria seperti dia sangat tidak pantas untuk dicintai. Terima kasih kau sudah membantuku."

Bibir Arnold terangkat sebelah, "Masih ingin lanjut rencana yang ke dua??"

Greta mengangguk semangat, "Tentu saja."

*****

Golbert juga diundang dalam acara pertunangan putri Louis Hawkins ini. Dia datang bersama putrinya.

Dari kejauhan, Golbert dan Caren melihat Arnold dan Greta sedang berbincang dan sesekali tertawa.

"Ternyata berita itu benar Dad. Arnold sudah memiliki kekasih." ucap Caren pelan dengan sedikit kesal melihat Arnold begitu dekat dengan Greta.

Golbert menggeleng pelan, "Seharusnya kau jangan percaya dengan berita murahan itu. Benar atau tidaknya berita itu, kau jangan berputus asa. Kita masih punya banyak peluang untuk mewujudkan rencana kita. Gunakan otak cantikmu itu." tukas Golbert dengan berbisik pada putrinya yang berdiri di sampingnya.

Caren menatap tajam ke arah Greta sembari mencerna ucapan ayahnya dengan baik. Dia mulai memikirkan rencana untuk membuat insiden kecil.

Caren melirik ayahnya sekilas sambil berbisik pelan, "Dad tunggu di sini sebentar. Aku akan menyingkirkan wanita itu dari Arnold."

Golbert menahan lengan putrinya. "Kau jangan gegabah. Pikirkan secara matang rencanamu itu. Kita harus bermain bersih tanpa diketahui Arnold." desis Golbert pelan sembari memperhatikan keadaan sekitar.

Caren menggenggam tangan ayahnya, "Dad tenang saja. Aku yakin rencanaku akan berhasil." ucap Caren menatap ayahnya yakin.

Melihat keyakinan pada kedua bola mata Caren, Golbert mengangguk. "Baiklah, tapi perlu kau ingat jangan pernah meremehkan Arnold.Sebaiknya kau berhati-hati." Golbert melepas cekalan tangannya dan mulai memperhatikan gerakan putrinya yang mengambil segelas minuman lalu berjalan ke arah Arnold dan Greta.

*****

Arnold senang melihat Greta yang mulai menunjukkan tawanya. Dia sedikit menceritakan kejadian lucu pada Greta agar Greta tidak larut dalam kesedihannya.

Di sela candaannya dengan Greta, Arnold melihat dari sudut matanya ada seorang wanita sedang berjalan ke arahnya dengan segelas minuman di tangannya. 'Gerak geriknya sangat mencurigakan.' batin Arnold.

Caren berjalan santai dengan memegang minumannya sambil menoleh ke sana kemari.

Caren berencana menyenggol Greta dan berpura-pura tidak sengaja menumpahkan minuman yang ia bawa ke gaun Greta. Dengan begitu Greta akan ke toilet untuk membersihkan gaunnya yang terkena noda minuman itu. Setelah itu ia akan mendekati Arnold saat Greta tidak ada.

Namun rencana yang sudah disusunnya dengan baik seketika harus gagal.

Ketika Caren hampir mendekati Arnold dan Greta, dengan cepat Arnold memeluk pinggang ramping Greta dan menarik tubuh Greta ke pelukannya.

Greta terkejut, secara tiba-tiba Arnold menarik tubuhnya. Dirinya harus menahan nafas ketika berada di pelukan Arnold. Arnold menurunkan tatapannya dan bertanya, "Kau tidak apa-apa?"

Greta mendongak menatap Arnold. Lidahnya terasa kelu. Dirinya tak mampu berkata apa-apa selain mengangguk sebagai jawaban.

Di waktu yang bersamaan, minuman yang dipegang Caren itu seharusnya mengenai gaun Greta. Namun perkiraannya salah. Minumannya tumpah mengenai gaun orang lain yang kebetulan berada di samping Greta.

Pekikan suara seorang wanita membuat acara sedikit ricuh. Arnold dan Greta menoleh ke samping mendengar wanita di sampingnya memekik marah. Sedangkan Caren, dia membelalak matanya dan menutup mulutnya dengan sebelah tangannya. Para tamu lainnya mengelilingi mereka. Golbert yang sedari tadi memperhatikan putrinya segera menghampiri Caren dengan tergesa-gesa.

Wanita itu adalah Mrs. Levana Riddet, istri dari Mr. Arthur Riddet, seorang pengusaha berlian asal California. Dengan tatapan nyalang dan berkacak pinggang, Mrs. Levana memarahi Caren. "Apa apaan kau ini. Lihat, gaunku menjadi kotor karena ulahmu."

'Benar kata Dad. Arnold tidak boleh diremehkan. Dia seolah tahu akan rencanaku. Awas kalian berdua, tidak akan kubiarkan kalian bahagia. Lihat saja nanti.' Caren membatin.

Caren meminta maaf dengan tatapan memelas, "Maaf aku tidak sengaja."

Mrs. Levana tidak terima atas perbuatan Caren. Dia akan menuntut Caren nanti dan Mr. Arthur segera mengajak istrinya untuk pulang.

Caren sungguh malu oleh perbuatannya sendiri. Dia segera berlari melewati kerumunan para tamu dan meninggalkan pesta itu bersama ayahnya.

Arnold menatap tajam ke arah punggung Caren. 'Kurasa wanita itu punya niat terselubung. Aku harus mencari tahu siapa wanita itu.' ucapnya dalam hati.

*****

Akhirnya bisa update lagi..

Vote dan komentarnya ya.
Terima kasih..

Be My Queen ✔ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang