Part 11

9.9K 664 43
                                    

Pekikan suara wanita itu mengejutkan dua insan yang hampir saja menyatukan bibir mereka.

Greta menutupi wajahnya yang merona merah ke dada bidang Arnold. Ia malu terpegok hampir berciuman di dalam kamar seperti saat ini. Ia tidak tahu siapa wanita itu. Yang jelas ia tidak ingin wanita itu melihat wajahnya.

Arnold menoleh ke asal suara, " What are you doing here?" tanyanya dengan tatapan mengintimidasi.

Jika saja bukan adiknya, tentu wajah orang itu sudah babak belur dipukulnya karena sudah mengganggu privasinya. 'Awas kau, Vio. Aku hampir saja menciumnya tadi jika kau tidak mengganggu kami.' Arnold mengumpat dalam hati.

Mendapat tatapan intimidasi dari kakak tertuanya, Violetta bukannya takut malah menggoda Arnold. "Oopss,, sepertinya aku salah masuk kamar. Emm...kalian lanjutkan saja lagi ciuman kalian yang tertunda tadi." Violetta mengedipkan sebelah matanya lalu pergi tanpa rasa bersalahnya karena telah menganggu aktivitas Arnold.

Sesaat sebuah ide jahil muncul di otak wanita cantik itu. Ia berbalik dan menyebulkan kepalanya di pintu kamar. "Hei,, jika kalian ingin berciuman atau hal yang lain pastikan pintu kamar dalam keadaan terkunci. Jadi tidak ada yang menganggu kalian seperti tadi."ejek Violetta yang langsung menutup pintu dan tertawa keras sembari memegang perutnya.

Dari dalam kamar, terdengar suara teriakan Arnold. "VIO.........!!!!!!"

Violetta kembali tertawa keras dan berjalan menuju kamarnya.

Wanita itu adalah Violetta Aurellyne Herwingson. Ia merupakan putri tunggal dari adik Wilbern Herwingson. Kedua orang tua Violetta meninggal dalam kecelakaan saat melakukan perjalanan bisnis. Saat itu, Violetta masih berusia dua tahun. Di usianya yang masih balita dan belum mengerti apa apa, ia harus dihadapi kenyataan pahit yang menjadikan dirinya seorang anak yatim piatu.

Semenjak kejadian itu, orang tua Arnold bersaudara, Wilbern dan Arlyncia mengasuh Violetta dan menganggapnya seperti anak kandung mereka sendiri. Sama halnya dengan Arnold bersaudara. Mereka menganggapnya seperti adik mereka sendiri walau tidak sekandung.

Karena hanya Violetta adik perempuan mereka, tak jarang adik bungsunya itu memeras uang dari kakak-kakaknya hanya untuk berbelanja. Padahal, ia sendiri sudah bekerja sebagai model ternama di Los Angeles.

"Apa kau akan terus berada di atas tubuhku seperti ini? Atau ingin melanjutkan yang tadi?"tanya Arnold dengan senyum menggoda dan menaikkan sebelah alisnya.

Greta langsung mengangkat kepalanya lalu segera beranjak dari atas tubuh Arnold. Ia merapikan penampilannya yang sedikit berantakan. Ia menunduk bersalah seraya menetralisir irama detak jantungnya yang berpacu cepat. "Maaf atas kecerobohanku tadi." ucapnya lirih.

Arnold juga berdiri dan membenarkan kemejanya. "Sudahlah, lupakan kejadian tadi. Sebaiknya kita segera pergi."

Arnold berjalan terlebih dulu di depan disusul Greta yang berjalan di belakang dengan menenteng sepatu heelsnya. Ia memilih melepasnya dan akan memakainya jika sudah sampai nanti.

Saat Violetta ingin ke dapur untuk mengambil air minum, ia melihat Arnold dan seorang wanita berjalan keluar dari kamar. Tanpa mereka ketahui, Violetta bersembunyi di balik dinding.

Dengan kening berkerut Violetta memperhatikan Greta yang berjalan di belakang Arnold, "Siapa wanita itu? Aku belum pernah melihatnya. Apa dia kekasih kakak? Sejak kapan?" Pertanyaan demi pertanyaan yang ia lontar sendiri membuatnya semakin bingung dan penasaran. Ia tersenyum misterius dan menjentikkan jarinya sebelum ide cemerlang muncul di otak cerdasnya. "Aku harus mengikuti mereka."

Violetta berjalan pelan seraya mengendap-endap agar tidak diketahui oleh Arnold. Melihat mereka sudah menaiki mobil, Violetta pun bergegas menaiki mobil yang tidak jauh dari mobil Arnold.

*****

Pemandangan kota Madrid di malam hari begitu menggoda penglihatan Greta dari balik kaca mobil. Namun pikirannya kembali pada tujuan utamanya pergi ke Los Angeles untuk mencari keberadaan Mark, kekasihnya yang hingga kini ia masih belum menemukannya.

Arnold pun hanya diam menatap lurus ke depan memperhatikan jalanan walau sesekali ia melirik Greta yang diam menatap ke arah kaca mobil.

Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing dalam diam dan enggan untuk berbicara.

Violetta yang berada di belakang,  menjaga jarak mobilnya dengan mobil Arnold, matanya tak luput dari mobil Arnold. "Sebenarnya ke mana mereka akan pergi?"gumamnya sendiri.

Sekilas Arnold melihat dari kaca spion mobilnya, tampak sebuah mobil bugatti veyron berwarna pink berada tiga mobil di belakang mobilnya.

Arnold tersenyum miring dan bergumam dalam hati, 'Kau ingin mengikutiku, little girl. Baiklah, kita akan sedikit bermain-main."

Arnold mempercepat laju mobilnya, membuat Greta tersadar dari lamunannya. "Apa kau sudah gila, hah??? Pelankan laju mobilmu ini."teriak Greta histeris ketakutan sembari memegang kursi yang ia duduki dengan kuat. Ia tidak pernah menaiki mobil dengan kecepatan tinggi seperti ini. Ia memejamkan matanya rapat, jantungnya pun berdetak cepat dan keringat dingin mulai membasahi keningnya. Wajahnya terlihat pucat pasi.

Arnold menahan tawa mendengar teriakan Greta dan sedikit pun tidak menggubris perkataannya.

"Ah,, sial !!!!! Sepertinya kakak tahu jika aku mengikutinya." umpat Violetta dan mengikuti alur permainan Arnold yang mempercepat laju mobilnya.

Arnold melihat ke arah spion, mobil Violetta masih berada di belakangnya. 'Ternyata, ia masih bisa menyusulku. Lihat ini. Tidak akan ku biarkan kau mengikutiku, little girl.' desisnya dalam hati.

Bibirnya menyeringai licik, Arnold semakin menambah kecepatannya di jalan raya yang masih ramai akan kendaraan. Gerakan mobilnya melesat sempurna ketika menyelip setiap mobil yang berada di depannya.

Suara deru mesin dan gesekan ban dengan aspal menyatu dalam keramaian.

Di persimpangan empat, Arnold membelok ke kanan dengan cepat ketika sebuah minibus berada di belakang mobilnya dan menghalangi pandangan Violetta. Mobil yang dikendarai Violetta melaju lurus tanpa disadari jika mobil Arnold berlainan arah.

Perlahan Arnold mengendurkan laju mobilnya ketika dilihat dari spion mobil Violetta tidak terlihat lagi.

Arnold tersenyum penuh kemenangan dan melirik ke samping. Mata Greta yang masih terpejam rapat akhirnya terbuka oleh suara Arnold bernada ejekan. "Kenapa kau tegang seperti itu, Greta? Apa kau takut??"

Greta menoleh ke arah Arnold, menatapnya penuh aura kemarahan dan memakinya kesal. "Kau ingin membunuhku, hah?? Apa kau tidak bisa mengendarai dengan kecepatan sedang? Jika kau ingin balapan, jangan mengajakku."

Arnold tertawa keras dan menanggapinya lucu, "Itu belum seberapa Greta. Jika kau ingin, aku bisa menambah kecepatannya melebihi dari yang tadi."

Greta memukul kuat tangan Arnold seraya mengeluarkan rasa kesalnya. Namun pukulan Greta itu tidak berpengaruh pada tangan Arnold, malah membuatnya tertawa keras dan menambah kekesalan Greta.

Tak lama kemudian, mobil Arnold terparkir di depan 'Aerley Restaurant'. Sebuah restoran mewah milik adik Arnold, Peter Herwingson. Bisnisnya membuka restoran telah merambah luas ke sejumlah negara. Salah satunya di kota Madrid ini.

Greta turun dari mobil dan terperangah kagum melihat kemewahan restoran itu. Arnold yang sudah turun, menggandeng tangan Greta memasuki restoran mewah itu.

*****

Pagii semua..

Aku update awal nihh..
Terimakasih yang sudah vote dan memberi komentar kalian di part sebelumnya.

Terimakasih juga yang masih setia menunggu lanjutan ceritaku..

Happy reading all..
Vote dan komentarnya,,yaa..
Thank you..😊😊

Be My Queen ✔ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang