Part 25

9.4K 600 127
                                    

Happy reading all..

*****

Malam ini, Arnold dan Greta berangkat ke Finlandia dengan pesawat pribadinya untuk meminta restu dan membicarakan tentang pertunangan mereka kepada orang tua Greta.

Sepanjang perjalanan dari mansion orang tuanya, Arnold sesekali memperhatikan gerak gerik Greta yang diam dan menatap kosong ke arah jendela.

Kini mereka sudah berada di dalam pesawat milik Arnold. Greta yang sedari tadi hanya diam membuat Arnold bertanya, "Apa ada yang membebani pikiranmu?"

Wanita yang duduk di sampingnya itu menoleh ke arah Arnold dan tersenyum tipis. "Nothing, Ar.." ucapnya singkat lalu kembali menatap ke arah lain.

Arnold yakin pasti ada sesuatu yang sedang dipikirkan Greta. Arnold memegang dagu Greta agar wanita itu menatap dirinya. "Aku bisa menjadi pendengar yang baik. Ceritalah apa yang membuatmu diam dan melamun sedari tadi. Setidaknya setelah kau menceritakannya padaku, hatimu akan terasa lega."

Greta menatap mata Arnold lekat-lekat dan menghela nafas pelan. "Aku tidak tahu apakah Daddy akan memaafkanku atau tidak." ucap Greta pelan. Dirinya menunduk menyembunyikan matanya yang mulai memanas. Perlahan air matanya mulai membasahi pipinya. Jemari kokoh Arnold menghapus lembut air mata Greta.

Greta melanjutkan, "Aku pergi dari rumah untuk mencari keberadaan Mark di Los Angeles. Karena saat itu orang tuaku tidak menyetujui hubungan kami. Setelah beberapa minggu, aku memberanikan diri untuk menelpon kedua orang tuaku. Tapi yang mengangkat panggilan dariku selalu Mommy. Sedangkan Daddy tidak mau bicara padaku lagi karena aku sudah menjadi anak yang pembangkang. Dan sampai saat ini hubungan aku dengan Daddy tidak berjalan mulus, Ar. Menurutmu, apa Daddy akan memaafkanku??"

Kedua tangan Arnold menangkup wajah Greta. "Setiap orang tua pasti memaafkan kesalahan yang diperbuat oleh anaknya. Dan aku yakin Ayahmu juga demikian.." Jemari Arnold menghapus air mata yang tersisa di sudut mata Greta , "Jadi berhentilah menangis. Karena matamu terlalu indah untuk meneteskan air mata."

Greta tertegun oleh ucapan Arnold. Segera ia memalingkan wajahnya yang sudah merona merah.

Arnold terkekeh pelan melihat wajah Greta yang memerah hanya karena ucapannya tadi. "Sebaiknya kau beristirahatlah di kamar. Karena perjalanannya masih jauh. Mungkin besok pagi kita baru tiba di Finlandia."

Entah kenapa Greta merasa berat untuk meninggalkan Arnold sendirian. "Lalu kau akan tidur di mana?" tanyanya penasaran.

Pertanyaan Greta membuat Arnold tersenyum tipis. "Di pesawat ku ini terdapat banyak kamar. Jadi kau tidak perlu khawatir aku akan tidur di mana." Arnold menaikkan alisnya sebelah dan tersenyum menggoda, "Atau.... kau ingin aku tidur denganmu??"

Pipi Greta memerah kedua kalinya. "Tidak...!!! Tidak perlu. Aku bisa tidur sendiri. Lagipula kita bukan suami istri yang bisa tidur bersama." ucapnya pelan namun masih bisa didengar oleh Arnold.

"Jika kau menginginkannya, aku akan membatalkan pertunangan kita."

Alis Greta bertaut bingung, "Kenapa?"

"Karena aku akan menikahimu agar kita bisa tidur bersama."

Ketiga kalinya pipi Greta memerah lagi. "Aku akan ke kamar untuk istirahat. Good night Arnold." Greta mengalihkan ucapan Arnold dan segera beranjak menuju kamar.

"Good night too." Arnold tersenyum seraya menatap punggung Greta yang semakin jauh berjalan menuju kamar.

Sesampai Greta di kamar, ia duduk di tepian ranjang sembari memegang kedua pipinya yang sudah tiga kali memerah di depan Arnold. "Memalukan. Kenapa wajahku gampang memerah hanya karena ucapannya saja..??" Greta mengerang lalu menutup wajahnya dengan bantal. Dirinya menarik nafas dalam lalu menghembuskannya pelan. Dia membaringkan tubuhnya seraya menatap langit langit kamar di pesawat itu. "Sepertinya hatiku sudah bisa menerima kehadirannya. Tapi apakah dia juga merasakan hal yang sama denganku??" Greta bermonolog dan memiringkan tubuhnya lalu memejamkan matanya. Tak lama dia terlelap dalam tidurnya.

Be My Queen ✔ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang