2. Pengganggu

1.7K 80 4
                                    

Typo bertebaran..

"Kenapa aku kembali? Karena aku sudah lelah memendam rindu dalam diam selama ini"

-Pandu Afrabian

●●●●●
BEL pulang baru saja berbunyi kencang. Tampak wajah bahagia para siswa yang lelah menahan kantuk dengan beberapa pelajaran membosankan.

Saat inilah yang paling ditunggu-tunggu setiap murid di sekolah. Alda Faraday murid kelas X-2 segera merapikan buku-bukunya yang berserakan di meja.

"Alda, pulang bareng Revan, gak?" Tanya Budi. D. Revanza tetangga sekaligus sahabatnya sejak TK.

Alda menggeleng.

"Kenapa?"

"Hari ini Alda pulang sama Papa, mau jalan-jalan" Jawab Alda riang.

Revan mengangguk.

"Ya udah, Revan pulang, ya! Assalamualaikum.."

"Wa'alaikumsalam.."

Gadis itu berjalan ke arah pintu seraya menyampirkan tas berwarna hijau toska kesukaannya di bahu. Ia ingin segera keluar dari kelas ini. Jelas saja, karena sekarang dia adalah penghuni tunggal kelas dengan cat biru itu. Sambil berjalan pelan, Alda menelan salivanya, merinding.

Dan jantung Alda hampir saja melompat keluar melihat hant—

Bukan. Itu bukan hantu. Ternyata dia, orang yang selama ini ingin sekali Alda lupakan. Tapi faktanya, setelah hampir 2 tahun berpisah, cowok yang sangat Alda benci itu malah sekarang berdiri di depannya dengan cengiran lebar.

"Hai, pacar!" Ucap cowok itu.

Astaga! Demi hiu terbang, unta menyelam! Alda rasa-rasanya ingin cepat bangun sekarang. Apakah dia bermimpi? Cubit Alda.

"Pandu.." desis cewek bermata coklat tua itu.

Pangeran Kehancuran itu kembali, Alda. Sadarlah! Apa kamu lupa? Dia, Pandu Afrabian. 

"Lo.. Manusia Purba ga punya perasaan, ngapain lo di sini?!" Teriak Alda ketus.

Pandu tersenyum lebar. Senyum penuh kemenangan.

"Gue mau gangguin hidup lo! Persis gimana lo ganggu hidup gue waktu itu!" Jawab Pandu sambil menunjuk kening Alda dengan jari telunjuknya.

"Bacot."

"Cih! Inget ya, Alda Faraday status lo masih pacar gue." Bisik cowok itu, sukses membuat Alda melotot tak percaya.

Pacar?  Ayolah.. ini sudah dua tahun. Bukankah semua sudah lama berakhir.

"Ogah!" Umpat Alda. Ia berlalu kemudian dengan langkah terburu-buru meninggalkan Pandu yang sekarang mengejarnya.

Dengan mudah tangannya itu diraih oleh Pandu. Memaksa Alda untuk berhenti.

"Lepasin!"

"Ngomong sama pacar yang sopan." Jawab Pandu sambil menatapnya intens. Alda segera menunduk. Ia tak mau masuk ke lubang yang sama untuk kedua kalinya.

"Gue bukan pacar lo!" Tegasnya, sambil membalas tatapan Pandu dengan tajam. Ia menjitak kepala Pandu kuat-kuat dengan tangan kirinya. Menyentak tangan Pandu dan segera meninggalkan cowok yang menurutnya gila itu.

Pandu berlari mengejar Alda sampai melewati gadis itu dan menghadangnya. Alda mendengus kesal.

"Heh. Cowok Aneh. Lo ngapain ha? Udah sana balik ke asal lo. Ngapain lo ke sini?"

"Mulai besok gue sekolah di sini." Jawab Pandu lantang.

Mampus! Apa dia bilang mulai besok? Sepertinya usaha move on Alda akan terhambat. Bahkan mungkin gagal.

"Kenapa diem? Lo seneng?"

"Hhhh.. Seneng? Yang ada gue jadi males sekolah kalo ada lo." Ujar Alda sambil melangkah hendak melewati Pandu yang menurutnya sudah berubah sekarang.

Pandu berubah, dari seorang idola yang patut diidolakan, cool, kalem, dan tentunya pendiam menjadi seorang pengganggu yang menyebalkan, banyak bicara, aneh, gila dan terlalu pede.

"Alda.." Panggilan itu kembali menghentikan langkah Alda.

"Apasih!?" Jawabnya ketus.

"Gue cinta sama lo.."

Deg!

Lagi?! Harusnya Pandu tak mengucapkan itu, bukan? Bukan Pandu banget.

"Bodo ya!" Balas Alda.

Senyuman Pandu seketika menghilang mendengar umpatan itu. Pandu menggeram kesal. Dia mengungkapkan cintanya dengan tulus dan lihat apa balasan Alda?

"Batu!" Balas Pandu.

"Sinting!" Alda tak mau kalah.

"Bolot!"

"Terserah lo, gue mau pulang. Bye!"

"Alda, gue serius ...." Ucap Pandu. Ia mengejar Alda dan mulai mensejajarkan langkahnya dengan gadis itu.

Kening Alda berkerut. Dalam hati ia menertawakan kata-kata Pandu barusan. Hahaha? Dasar Aneh, batinnya, kemarin-kemarin dia ada di mana. Alda bahkan belum memaafkan kesalahan Pandu dua tahun yang lalu.

"Alda ... Jangan cuekin gue," Pandu menarik rambut gadis di sampingnya kuat-kuat.

"Aduh! Sakit bego! Lo kenapa sih?" Teriak Alda sambil meringis menggosok-gosok kepalanya.

"Makanya jangan kacangin, Al!" Balas Pandu.

Sekarang mereka sudah sampai di depan pintu gerbang. Alda mencari Papanya. Tapi nihil. Tak ada seorang pun selain Pandu di sini.

"Lo nyari siapa?"

"Papa."

"Emang Papa lo mau ke sini?" Tanya Pandu, tak lupa dengan cengirannya.

"Ih, lo kepo banget kek cew—"

Drrtt.. Drrtt..

Ponsel Alda bergetar. Itu pesan dari Papanya.

Papa Sibuk: Alda, maaf ya. Papa ga bisa jempu kamu. Ada meeting mendadak. Lain kali aja jalan-jalannya sayang.

Seperti biasa. Dasar pembohong, batin Alda. Sekarang dia terpaksa mencari taksi untuk pulang. Bagaimana dengan cowok ini?

"Ngapain lo masih di sini? Pulang sana!" Bentak gadis itu persis setelah menyadari bahwa Pandu sedang menatapnya sambil tersenyum.

"Gue kan pacar lo,"

Nah, lebih baik Alda pulang bersama Revan saja tadi. Semua ini salah Papanya , sekarang Alda harus terjebak dengan Pandu, Mantan Idolanya.

Pandu melirik layar ponsel Alda.

"Gue anter pulang." Katanya sambil menarik lengan Lada dengan paksa.

"Apaan sih. Gue ga mau. Gie pulang naik taksi aja. Kalo perlu becak, jalan kaki juga gapapa dari pada dianterin lo!" Jawab Alda sambil menatap Pandu tajam.

"Gue ga peduli. Ayo pulang!"

"Ish! Enggak!"

"Harus!" Tegas Pandu

"Iya, Purba." Daripada jalan kaki, Alda lagi-lagi membatin.

"Kenapa lo manggil gue Purba?" Tanya Pandu sedikit kesal.

"Karena lo dateng dari masa lalu.."

●●●●●

Next?
RafflesiaAT.
Makasih udah baca..
Jangan lupa vote ya.

THE REASON (COMPLETE✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang