20. Pergi bareng Keluarga Pandu

562 32 4
                                    

Typo bertebaran.
Enjoy 😴

●●●●●●

"Dalam hidup itu harusnya kita banyak-banyak bersyukur untuk nikmat dari Tuhan, yang kita rasakan setiap hari."

-PanduAfrabian

●●●●●●

PAGI-pagi sekali Pandu sudah menggedor pintu kamar Alda dari luar. "ALDA!! BANGUUUNN!"

Dugh!
Dugh!
Dughhh!!

"ALDAAAA!!!"

"AAALLLLLL!"

Alda membuka pintu dengan malas, terutama saat melihat Pandu yang mengganggu tidurnya di depan pintu. "Kenapa?" Tanyanya serak, masih dengan muka bantalnya dan rambut yang jauh dari kata rapi.

"Kamu belum siap-siap juga?"

Alda menekuk wajahnya, bingung terutama saat ini kesadarannya masih belum 100%, "Siap-siap apaan?"

"Kita berangkat hari ini, sayang. Kan kemarin udah dikabarin, tadi malem juga udah aku telepon kan?" Jawab Pandu pelan. Seraya menyisir rambutnya ke belakang, Pandu menatap gemas gadis itu.

"Hm, iya aku lupa."

"Ya udah cepetan siap-siap gih."

"Sip,"ujar Alda lalu berbalik dan menutup pintu dengan sekali hempasan.

Alda mengambil handuknya lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah selesai, Alda segera packing, pakaiannya serta segala keperluannya saat pergi nanti. Tentunya Alda bergerak dengan sangat santai.

Sementara di lantai bawah, Pandu menunggu gadis itu dengan gelisah. "Emang kalo cewek ribet banget ya." Lirihnya berbicara sendiri.


Alda turun ke ruang tamu dengan sebuah tas hitam kecil di pundaknya dan sebuah koper kecil yang ia tarik dengan wajah malas. "Bawain dong,"

"Males," jawab Pandu.

"Aku gak jadi ikut deh," Pandu berdiri sebal, mengangkat koper milik Alda sambil mengumpat tak jelas.

●●●●●●

Sam, Tristan dan juga Ito sudah menunggu di mobil sampai-sampai mereka kembali tertidur. Pukul setengah tujuh pagi, tentu saja. Bahkan Martin, papanya Pandu sudah bermimpi indah di mobil satunya.

"Lama banget," ucap Tristan saat menyadari Alda dan Pandu yang sudah masuk ke mobil.

"Cuma kita doang?"

"Ada kak Sabrina nanti ikut juga," jawab Pandu.

Semetara, papa dan mamanya Pandu berada di mobil satunya sudah lebih dulu, mobil Pandu menyusul dari belakang.

Mereka langsung melanjutkan perjalanan setelah menjemput Sabrina di sebuah mall. Sepertinya si kakak membeli banyak kebutuhan dan persiapan.

Sabrina lalu masuk ke mobil Pandu, duduk di sebelah Alda yang baru saja pindah dari depan. Sementara Ito pindah ke depan di sebelah Pandu.

Alda tersenyum manis kepada Sabrina yang berwajah jutek. "Kenalin kak, aku Alda." Ujarnya sambil mengulurkan tangan bermaksud memperkenalkan diri.

Sabrina menatap Alda sebentar, kemudian menyambut uluran tangannya, "Sabrina," Alda mengangguk paham. Sudah cukup baginya mengetahui nama cewek cantik di sebelahnya ini. Sepertinya Sabrina tak terlalu senang ditanyai banyak hal.

Mereka lalu melanjutkan perjalanan menuju kampung halaman Martin. Di sepanjang jalan, Alda sesekali memperhatikan Sabrina yang terus-terusan mengetik sesuatu di ponselnya.

"Pan, pan, pan anti pecah!"

"APA!"

"Berhenti bentar, gue mau pipis." Jawab Tristan sambil memegangi celananya.

"Pipis ... pipis ..., mau pipis di mana lo? Di semak-semak?"

"Yaelah, biasa. Di mana aja deh. Kebelet nih!"

"Makanya kalo minum jangan kaya onta." Ito menambahi. Dibalas tatapan sewot dari Tristan.

Pandu memelankan laju mobil, kemudian berhenti di tepi jalan. Seketika itu juga Tristan meloncat keluar dari mobil dengan gaya lebaynya, sambil celingak-celinguk mencari tempat yang aman untuk menuntaskan panggilan alamnya.

"CEPETAN TAN!"

"IYA-IYA SABAR DONG!"

"Emang dasar manusia heboh," komentar Alda. Sam mengangguk setuju.

Lima menit kemudian, Tristan berjalan ke arah mobil dengan wajah sumringah, kemudian masuk dan menepuk pundak Pandu, mengisyaratkan agar Pandu kembali menjalankan mobil, melanjutkan perjalanan.


●●●●●●

Beberapa puluh meter di belakang ada sebuah mobil yang terus mengikuti Pandu dan kawan-kawan, tanpa menimbulkan rasa curiga, mobil itu terus menguntit hingga Pandu dan mobil Ayahnya berhenti di depan sebuah rumah makan.

"Kenapa stop?" Tanya Sabrina.

"Kita makan dulu kak," jawab Alda pelan.

"Gue gak nanya lo, gue nanya Pandu."

Alda terdiam, kemudian berusaha tersenyum tipis sambil menunduk dan keluar dari mobil.

Sepertinya kali ini Martin ingin mengajak keluarganya serta teman-teman Pandu untuk mencoba mencicipi makanan di Rumah Makan.

Mereka lalu memesan dan mulai makan saat pesanan datang. Setelah itu sholat di tempat yang disediakan Rumah Makan tersebut karena jam sudah menunjukkan waktu dzuhur.

Semetara mobil hitam yang tadi mengikuti mereka terlihat parkir beberapa meter di dekat rumah makan. Dengan jendela mobil yang sedikit terbuka, seorang laki-laki sedang memantau kegiatan yang dilakukan Pandu dan teman-temannya.

●●●●●●●

Ada yg tau siapa yg ngikutin mereka gak?
See you next part, jgn lupa vote dan komen ya,
Jambi, Kamis, 18 Oktober 2018.
RafflesiaAT

THE REASON (COMPLETE✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang