17. Persiapan yang Gagal

605 36 2
                                    

Typo bertebaran.
Happy reading...

"Rasa bisa disampaikan, tapi tidak semua rasa harus tersampaikan dan diterima."

—Alda Faraday

●●●●●

KEADAAN Revan sedang tidak baik. Lebih aman jika Alda jangan menemui Revan dulu, Alda terus teringat pesan Bunda Bunga, mamanya Revan dua minggu lalu.

Hari ini Revan tidak masuk sekolah lagi. Cowok itu, sejak kejadian yang membuat Alda menjauhinya, dia sering tidak sekolah.

Pernah saat Revan masuk sekolah, Alda merasa tak tenang karena Revan terus menatap Alda sampai-sampai Pandu harus mengingatkan cowok itu. Revan sekarang berubah aneh.

"Alda?"

"Hm," jawab gadis itu dengan gumanan di balik lamunannya.

Pandu mencebik, ada apa lagi dengan cewek ini. "Alda, ayok pulang. Katanya mau makan Pecel Lele yang di deket rumah,"

Alda mengangguk, beberapa hari ini ia sering memikirkan Revan. Dan entah mengapa sekarang ia sama sekali tak berniat menolak Pandu mendekatinya. Hatinya terasa hampa melihat keadaan sahabat dekatnya berubah seperti itu.

Hari ini ujian kenaikan kelas terkahir selesai dilaksanakan. Wajah-wajah para siswa yang baru saja melepas lelah tampak sumringah. Tapi tidak dengan Alda, gadis itu masih saja muram.

"Yuk," tiba-tiba Alda bersuara. Menggandeng tangan Pandu menuju parkiran.

Pandu kaget sambil berkedip tak percaya beberapa kali. Biasanya Alda bersikap apatis padanya. Tapi lihat sekarang, gadis itu berjalan pelan sambil menarik tangan Pandu.

Mobil mereka berjalan menjauhi parkiran SMA Nusa Bangsa. Menyusuri jalanan padat pengendara, menuju tempat selanjutnya.

"Al?"

"Iya? Kenapa?"

"Lo gak pa-pa kan? Beberapa hari ini gue liat lo kayak sedih gitu,"

Mendengar pertanyaan Pandu, Alda yang tadinya memandang jalanan ramai, beralih menantap Pandu. Gadis itu justru tersenyum lembut.

"Gue gak pa-pa kok,"

Pandu tak lagi menjawab. Sekarang ia fokus menyetir, jalanan selalu macet pada jam-jam sekarang.

Beberapa menit kemudian, mereka berhenti di depan warung pecel lele yang ada di pinggir jalan. Ternyata di sana sudah ada Sam, Ito, Riski, dan Tristan yang sedang menunggu mereka berdua.

"Aldaaaaaaaaaaaaaaa!" Pekik Riski saat melihat Alda keluar dari mobil. Alda menyambut pelukan Riski dengan datar. Sesaat kemudian baru gadis itu tersenyum tipis.

"Kalian ke sini juga?" Tanya Alda. Pandangannya menyapu teman-teman di depannya.

"Iya,"

"Pandu yang nyuruh." Jawab Sam, diangguki oleh Ito dan Tristan.

"Lo yang nyuruh?"

"Iya."

THE REASON (COMPLETE✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang