21. Penguntit?

565 30 5
                                    

Typo bertebaran.
Vote sebelum baca ya.
Happy reading 🌹

"Aku hanya ingin menjadi satu-satunya wanita yang menemani suka dukamu, jatuh bangunmu, hingga usia senja."

-AldaFaraday

●●●●●●
SETELAH selesai makan siang, mereka pun berencana kembali melanjutkan perjalanan.

"Pa, masih jauh ya?"

"Bentar lagi, kenapa?"

"Pegel," ujar Pandu.

Martin tersenyum meremehkan, "sok-sokan bawa anak gadis orang kamu, begitu aja pegel." Pandu melongos kesal.

"Papa mah enak ada yang mijetin."

"Iya dong. Emang kamu?" Mely menimpali sambil tertawa kecil.

"Gak adil kalo gitu."

"Adil dong."

"Papa curang."

"Ya udah, kan kamu bisa minta pijetin sama Alda," canda Martin seraya membuka pintu mobil.

"Emang boleh?" Pandu bertanya dengan girang, dan menyengir saat Mely melotot mendengar pertanyaan anaknya itu.

"Kan ada kakak kamu Pandu." Mendengar pernyataan Mely, Pandu melirik Sabrina yang sejak tadi sibuk sekali dengan ponselnya tanpa sedikitpun peduli dengan sekitar, termasuk Alda yang kelihatan tidak nyaman karena tidak pernah diajak mengobrol oleh yang lain.

"Oke, kita jalan sekarang."

"Sip, Pa." Pandu menghampiri Alda, menggenggam gadis bertopi hitam itu dengan lembut. Alda menatapnya berterima kasih. "Kamu oke kan?" Tanya cowok itu. Alda mengangguk.

"Nanti di sana ada Riski juga kok."

Mata Alda berbinar, "beneran?"

"Iya, rumah neneknya kalo gak salah juga deket sama rumah tempat kita nanti."

Alda tersenyum lebar, "Makasih," ucapnya sambil memeluk Pandu dari samping sebentar, "makasih udah mau ngajak aku liburan, disusahin aku,"

"Al ..., Gak usah ngomong gitu."

"Aku cuma bilang makasih. Masa gak boleh,"

"Gak usah makasih."

"Terus apa?"

"Pijetin aku aja ntar."

●●●●●●

Dua mobil sejajar itu melaju dengan kecepatan sedang, pasalnya mereka sudah hampir sampai di tujuan. Sementara di belakang, sebuah mobil hitam pun turut mengurangi kecepatan.

Tidak ada yang menyadari jika mobil mereka sedang diikuti. Jalanan sepi dan lengang, mobil hitam semakin menjaga jarak mengurangi kecepatan.

Beberapa puluh menit kemudian, Keluarga Pandu dan teman-temannya memasuki sebuah desa.

Jika tadinya jalanan normal, di sini jalanan tidak seluas tadi, dan ada beberapa lubang di jalan. Meski sudah hampir pukul 3 sore, namun memasuki kawasan ini, udara terasa segar. Banyak pepohonan rindang dan rerumputan liar seperti ilalang di kiri kanan jalan.

THE REASON (COMPLETE✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang