5. Pandu Aneh

1.1K 59 1
                                    

Typo bertebaran..

"Kalo masih suka, bilang. Jangan dipendam aja."

-Pandu Afrabian

....

SENIN.

Upacara jelas-jelas menjadi rutinitas dihari ini. Alda sekarang resah, karena Revan dari tadi belum kelihatan juga. Padahal upacara sebentar lagi akan berakhir. Kemana cowok itu?

Alda sekali lagi mencuri-curi pandang ke sekelilingnya, takut ketahuan Bu Zoya, Guru Killer yang terkenal dengan cubitan mautnya. Sekali cubit langsung biru.

Tidak ada. Kemana Revan? Apa cowok itu sakit? Apa Revan bolos? Ayolah, itu tidak mungkin, bukan? Walau tidak pintar, Revan itu siswa teladan, rajin dan pastinya jarang berbuat yang tidak-tidak. Bolos? Itu konyol.

Ketika sedang mencari-cari keberadaan Revan, mata Alda malah menangkap Pandu yang menatapnya dari dua baris di samping Alda sekarang. Cowok itu tersenyum. Alda memutar bola mata malas.

Bagaimana caranya melupakan masa lalu yang selalu mengikuti kita menuju masa depan?

Entahlah. Sebaiknya Alda pikirkan itu nanti. Pandu masih menatapnya. Sedangkan Alda, ia bukannya membalas tatapan Pandu, tapi malah melirik Bu Zoya yang semakin mendekat.

Mampus! Batinnya sambil tersenyum kecil.

Bu Zoya yang menyadari Pandu tidak mengikuti Upacara dengan fokus langsung saja mendaratkan jurus mautnya.

"Adaoww!.. Sa.. Sakit!!" Pekik Pandu tepat saat sebuah cubitan membuat lengannya membiru.

Teman-temannya bergidik ngeri. Langsung yang tadinya ngobrol, pura-pura fokus dan tegap layaknya anak paskibraka.

Pandu menatap Bu Zoya sambil meringis.

"Sakit, Buk." Cicit cowok bermata coklat itu.

Bu Zoya tersenyum miring. "Makanya perhatiin. Abis istirahat ke ruang BK!" Tegas Guru cantik dengan badan berisi itu.

Apa daya Pandu. Ia hanya mengangguk lesu. Alda terkikik.

Pandu menghabiskan sisa upacara dengan kesakitan sambil sesekali mengelus bekas cubitan Bu Zoya yang membiru sambil terus memikirkan bagaimana bisa cubitan Bu Zoya begitu ampuhnya.

●●●●●

Sekarang jam kosong bagi kelas X-2. Pak Pak Danu guru Fisika sedang ada rapat mendadak dengan beberapa guru dari sekolah lain di kota. Entahlah, ini menjadi masalah atau kebahagiaan, minggu depan ulangan fisika sudah direncanakan oleh Pak Danu.

Terserah. Yang pasti murid X-2 menikmati tiga jam kosong ini dengan hati riang. Mereka segera melakukan berbagai hal, ada yang mengobrol, menggosip, main hp, bernyanyi, menyalin pr teman, berteriak, pergi ke kantin, tidur, nonton di hp layaknya bioskop, berselfie ria, atau sekedar hilir mudik saja di depan kelas, mengisi waktu.

X-2, satu-satunya kelas X yang dicap sebagai kelas paling ribut seantero sekolah oleh para guru. Tapi di balik itu, kelas ini memegang kategori kelas terkompak, penuh rasa simpatik satu sama lain, dan tentu berpretasi.

Alda, sekarang ia tengah memperhatikan Riski menyalin pr Agama yang sampai empat lembar, tugas di pelajaran dijam berikutnya. Sungguh Alda ingin tertawa sekarang, bagaimana tidak? Ekspresi Riski benar-benar konyol saat ini.

"Wooy! Tip-x gue mana?" Tanya Riski panik.

Tak ada yang menjawab. Mungkin karena suara di sana sudah seperti di pasar saja. Setiap sudut ada saja yang bersuara.

"Tip-x woy! Tip-x! SIAPA YANG MINJEM TIP-X GUE BALIKIN SEKAR—"

Takkk!

"Aduh!" Pekik Riski tepat setelah sebuah tip-x berwarna merah mengenai kepalanya. Entah siapa yang melempar itu, yang jelas Riski langsung bungkam setelah itu juga.

Sementara Pandu dkk, mereka sedang di Kantin, tapi sekarang berjalan menuju kelas dengan perut kenyang masing-masing. Sesampai di kelas mereka langsung saja melakukan kegiatan sendirin-sendiri.

Pandu segera duduk di sebelah Alda setelah mengusir Riski terlebih dahulu.

"Hai Pacar." Sapanya pada Alda yang jelas-jelas meliriknya tidak suka.

"Lagi ngapain lo?" Tanya Pandu. Alda memutar mata malas.

"Kepo." Balasnya ketus.

Pandu cemberut. "Alda.." Panggilnya sembari menoel pipi Alda.

"Apaan sih?"

"Anu.."

"Apa?" Sembur Alda tak sabar.

"Itu.. Gue.."

Alda menatap Pandu dengan galak.

"Gu.. Guue.. Gue sayang sama lo.." Tuntas Pandu. Alda mendelik sebal.

Selalu saja Pandu membuat pertahanannya. Ada apa dengan Pandu? Apa dia kerasukan?

"Lo sehat?" Tanya Alda datar.

Pandu lagi-lagi mendengus sebal sambil cemberut.

"Alda.."

"Gue sayang sama lo.. Gue suka sama lo.. Jadi pacar gue ya?" Desak Pandu sambil mengguncang bahu Alda tak sabaran.

Alda melotot. What the—

Cup!

Sukses kecupan yang diberikan Pandu di kening Alda membuat gadis itu mematung.

Terkejut.

Tegang.

Bahagia?

Marah.

Geli.

Astaga. Alda terperangkap lagi dengan manusia purba ini.

"Alda, lo mau gak jadi pacar gue lagi?"

●●●●●

Next... Vote dan commentnya ya..
Salam dari author awam..
RafflesiaAT

THE REASON (COMPLETE✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang