Happy reading..
Jangan lupa vote vote vote ❤"Emang sekarang dia hilang boongan?" Tanya Tristan.
"Diem lu tae!"
"Ehh tunggu-tunggu keknya gue liat...."
"Apaan?" Pandu sontak berdiri tegak saat mendengar Tristan berbicara seperti itu.
Firasatnya mengatakan jika yang dimaksud Tristan itu Alda.
"Gue liat ada pondok di sana.. Mungkin Alda ada di situ," ujar Tristan.
Keempatnya meneliti arah yang ditunjuk Tristan, sebuah pondok kecil di dalam hutan, tidak ada penerangan di sekitarnya, hanya pepohonan dan semak belukar. Langit sudah gelap, dan mereka hanya berbekal senter handphone masing-masing.
"Ayok ke sana," Pandu berjalan memimpin.
"Lo yakin? Sekarang udah gelap."
Pandu menoleh pada Sam yang keliatan khawatir dengan keadaan di hutan ini.
"Lo takut?" Tanya Ito.
"Ya enggak lah, gue cuma takut kita kenapa-napa."
"Kita harusnya lebih khawatir sama Alda. Dia cewek, sendiri, dan parahnya kita belum berhasil nemuin dia." Ujar Tristan.
Mereka lalu menyusul Pandu yang sudah lebih dulu. Berjalan perlahan-lahan karena tumpukan daun kering yang mereka injak selalu menimbulkan suara berisik.
●●●●●●
"Makan sayang?"
"Revan, aku mohon.. Lepasin aku ya?" Alda terus berusaha melepas ikatan di tangannya.
"Tapi kenapa?" Mata Revan menyendu. Ia menaruh piring berisi makanan itu, dan mendekati Alda. "Kamu mau pergi dari aku lagi ya?"
"Enggak kok.." jawab Alda tersedu. Ia ketakutan dengan sikap Revan sekarang. Apalagi ia tidak tau sedang di mana. "T-tangan aku sakit, Rev.."
Ekspresi Revan pura-pura terkejut. "Sakit? Aku juga sakit ngeliat kamu sama Pandu. Padahal aku lebih sayang sama kamu Al, aku yang selalu ada buat kamu selama ini. Bukan cowok brengsek itu. Tapi kamu? Kamu milih dia, dan ninggalin aku." Jawab Pandu mulai marah. Suaranya meninggi seraya mengelus pipi Alda yang basah oleh airmata.
"Ka-kamu salah... Revan, kita-kan sahab—"
"ENGGAK!! AL, KAMU HARUSNYA SADAR AKU SUKA SAMA KAMU! KENAPA KAMU NOLAK AKU HA? APA YANG KURANG DARI AKU SELAMA INI ALDA!!"
Alda tersedu-sedu menahan ketakutannya, ia kembali menunduk dengan nafas tak beraturan. Terlalu terkejut dengan sikap Revan yang tiba-tiba berubah mengerikan seperti ini.
"Maafin aku Re, maa—"
"Sayang.. Kamu gak perlu minta maaf, sekarang kamu udah jadi milik aku kan.. Kita akan hidup bahagia selamanya."
Alda menggeleng lemah berulang kali. Tak habis pikir, ada apa dengan Revan sahabatnya yang dulu.
Revan menarik rambut gadis itu hingga Alda mendongak menatapnya yang sudah berdiri di depan Alda. "Kenapa kamu geleng-geleng? Kamu mau ninggalin aku ya? Alda gak sayang sama Revan, hm?"
Alda meringis saat Revan menarik rambutnya lebih keras. "R-rev.. Aku m-mohonnn, lep-as.."
Jjddug!
"GAK AKAN!!" Revan mendorong Alda sekuat tenaga ke dinding hingga kepala gadis itu terantuk kayu pondok, Alda kembali menangis dengan posisinya yang meringkuk.
Tak lama kemudian Revan menarik lembut gadis itu ke pelukannya, mengusap-usap kelapa Alda penuh cinta. "Sayang.. Jangan berniat ninggalin aku ya.. Revan sayang Alda. Gak mau Alda tinggalin." Ucapnya seraya membawa Alda ke pelukan.
Alda diam tak bersuara, hanya airmatanya yang terus mengalir deras, sejak tadi ia terus menangis dengan perlakuan Revan padanya.
"Sayang..."
"...."
"Sayang?"
"Sayang kok diem? JAWAB AKU!"
"I-i-iya Rev.."
Revan melotot, kembali menarik rambut Alda sampai Alda menengadah, kemudian
Plakk!
"PANGGIL AKU SAYANG! JANGAN REVAN! KAMU MILIK AKU, JADI KAMU HARUS IKUT KEMAUAN AKU!!"
Alda gemetar ketakutan. Pipinya perih karena tamparan Revan tadi. Sungguh Alda tak pernah merasakan Revan berlaku kasar sedikitpun kepadanya selama ini.
"Rev.. S-ssakit.." lirihnya saat tanpa sadar Revan terus memperkuat tarikan pada rambutnya.
"Maaf sayang.." sesal Revan. Di raihnya pipi Alda yang memerah lantas Revan mengecup pipi itu.
Alda kembali menangis deras. Jijik dan benci melihat Revan sekarang. Sejak tadi ia terus berharap agar Pandu atau siapapun menolongnya dari Revan yang sepertinya sudah kehilangan akal sehatnya ini.
Revan kembali mengelus rambut Alda dan sesekali mengusap pipinya. Alda tam bersuara lagi, ia lelah dengan semua ini.
Tiba-tiba Revan berdiri, "sayang.. Maaf aku lupa kamu belom makan ya," katanya meraih piring tadi.
"Kamu pasti laper ya?"
Alda menggeleng berulang kali. "Rev.. aku moh-on, t-t-tolong lepasin aku, aku bisa makan sen-diri kok.."
"Kenapa minta dilepas sayang? Kamu mau lari ya?"
"Eng-eng-enggak.. hiks.. tangan aku sakit Rev," jawab Alda tersedu.
Revan membawa Alda ke dadanya, memeluk gadis itu dengan sedikit kesadaran, mungkinkinkah sikapnya ini keterlaluan? Tapi ia lakukan semua ini demi Alda.
"Sayang.."
"I-iya say-a-ng?"
Revan tersenyum mendengar jawaban Alda, ia kembali mengusap pipi gadis itu.
"Revan sayang banget sama Alda, kalo Revan lepas ikatannya, Alda janji ya jangan pergi ninggalin Revan lagi.."
Alda kembali menangis dalam diam, bingung harus bersikap bagaimana menghadapi Revan yang begini, "i-i-iya Rev.."
●●●●●
Woke sekian dulu, abis ini end ya. Makasih udah baca TR sampe ke sini. Kalian the best. Luvyuall.
See you next part.BilqisAT
KAMU SEDANG MEMBACA
THE REASON (COMPLETE✔)
Ficção Adolescente#2melodylan 1-01-2020 #1 erisca oktober-november-desember 2019 #1 melodylan #2 i'myours 29-09-2018 #4 alasan 24-05-2019 "Alda, gue suka sama lo." Selalu kalimat itu yang diucapkan Pandu setiap hari. Benar-benar setiap hari. Alda bahkan sudah bosan m...