9. Perkara Dari Tristan

897 46 2
                                    

Typo bertebaran..
Enjoy:*

●●●●●

"Terserah mulut kamu bilang 'enggak' berapa kali pun. Karena kenyataannya mata kamu selalu bilang 'iya' ke aku"

-Pandu Afrabian

.....

PELAJARAN pertama hari ini, Bahasa Indonesia. Tentang cara-cara bernegosiasi yang benar dan baik. Ya, sedikit membosankan memang, menurut Alda. Bu Diba dengan sabar menjelaskan beberapa point-point penting saat bernegosiasi, sambil menampilkan video contoh cara bernegosiasi yang benar di depan kelas.

Terserah saja, pikir Alda. Lagi pula dia sepertinya enggan menatap layar di depan kelasnya saat ini. Nego? Yang benar saja, ia belum bercita-cita menjadi ibu rumah tangga yang kerjaannya ke pasar setiap hari, menego harga cabai, bawang, dan sayuran. Oh, ayolah. Alda masih anak kelas 10 SMA.

Alda menatap seisi kelas. Ada Riski dan Tristan yang sedang cekikikan di pojok kelas sebelah kanan.

Ito dan Sam dengan fokus menatap Bu Diba yang menjelaskan di depan kelas, meski telinga mereka disumpal earphone masing-masing.

Ada Westy, di depannya. Menatap video yang ditunjukkan Bu Diba dengan seksama, biarlah.. Westy, di sebelahnya ada Fitri. Mereka berdua adalah pemegang juara 1 dan 2 di kelas X-2 ini.

Menoleh ke kiri, Alda mendapati Satria yang sedang bermain game di handphone yang di taruh dalam tas yang ia letakkan di atas meja. Sesekali pemegang juara 4 di kelasnya itu menatap penjelasan Bu Diba sambil memasang tampang 'sok paham' andalannya.

Setelah puas menatap seisi kelas yang rata-rat sedang memperhatikan penjelasan guru mereka, Alda melirik Pandu yang sudah mendengkur kecil di sebelahnya. Dasar Kebo! Batin Alda. Ia memperhatikan wajah tampan cowok di sebelahnya itu. Ada perasaan untuk memperlakukan Pandu seperti dulu. Saat ia masih merasa Pandu adalah seorang yang istimewa.

"Saatnya istirahat, its time to have break!"

Akhirnya suara yang sejak tadi ditunggu-tunggu para siswa di SMA Satu Nusa berbunyi juga. Bel istirahat tersebut sekaligus mengakhiri pelajaran Bahasa Indonesia yang dibawakan Bu Diba. Guru tinggi itu pamit undur diri sambil melangkah keluar kelas setelah punggung tangannya disalami oleh 30 orang siswa X-2.

Sambil memperbaiki dasi abu-abunya, Alda berjalan menuju bangku untuk mengambil smartphonenya di tas.

Sesaat ia terkejut melihat begitu banyak notifikasi yang masuk, di Instagram, WhatsApp, dan Facebook.

Saat ia masih terheran-heran dengan notifikasi yang hampir 2000-an itu, ia malag dikejutkan dengan teriakan yang menyerukan namanya di koridor depan kelas.

"ALDAAA!" Ternyata itu Sri, temannya saat SMP dulu. Siswi kelas X-6.

"Apasiihh? Bisa gak lo manggil biasa aja? Ga usah treak-treak dong" Ketus Alda. Sri nyengir sambil memasang watadosnya.

"Hehe, ya kan biar lu denger, Al.." Kata gadis dengan rambut panjang sepinggang itu.

"Apa?" Tanya Alda kesal.

"Hm, gue cuma mau mastiin berita itu. Bener?" Pertanyaan Sri membuat Alda semakin heran saja. Ada apa? Berita apa?

"Berita paan Ser?" Tanya Alda balik.

THE REASON (COMPLETE✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang