Typo bertebaran..
"Kamu itu aneh. Ada aku, kamu risih. Gak ada aku, kayaknya kamu resah."
-Alda Faraday
●●●●●
KELAS X-2 seketika berubah hening. Biasanya kelas ini terkenal dengan keributannya. Tapi sepertinya tidak hari ini.Empat orang cogan pindahan SMA sebelah sedang berdiri di depan kelas itu. Entah apa yang terjadi sehingga mereka bisa pindah ke kelas yang sama. Satu diantara mereka terus menampilkan cengiran kepada Alda.
"Al, ngapain tu cowok dari tadi ngeliatin lo terus?" Tanya Riski Kyntia teman sebangku Alda sejak kelas X ini.
Alda menggeleng malas.
"Tauk!" Cetusnya singkat.
Kedatangan empat cogan pindahan di sebuah kelas tentu mendatangkan banyak pertanyaan. Terutama kelas X-2 gudangnya siswi rumpi segala topik.
Riski tak lagi menjawab Alda. Sekarang ia fokus memperhatikan Bu Ussy, wali kelas mereka yang sedang memperkenalkan keempat cogan di depan.
Sementara Alda, tampak acuh dan tak bersemangat sama sekali.Jelas saja. Itu Pandu. Si Manusia Purba.
"Nah, silahkan perkenalkan diri kalian masing-masing." Ucap Bu Ussy.
Keempatnya mengangguk bergantian.
Salah seorang dari mereka maju dengan tampang kalem. Melihat itu, cowok-cowok penghuni kelas ini memutar mata malas. Terutama Revan.
"Kenalin, nama gue Samuel Asnawi." Ucap cowok yang baru saja memperkenalkan dirinya itu. Samuel Asnawi, biasanya teman-temannya memanggil cowok keturunan Turki itu dengan sebutan 'Irit'. Tentu saja karena Samuel irit bicara, irit ekspresi, irit uang, irit segalanya.
Penghuni kelas X-2 mengangguk. Samuel mundur, gantian teman di sebelahnya yang maju.
"Gue Tristan Donzella, panggil aja Tristan. Tapi jan panggil Tresno, apalagi instan. Gue bukan mie." Ucap cowok berambut coklat tua itu, membuat beberapa siswa tertawa kecil mendengar gayanya memperkenalkan diri.
"Perkenalkan, saya Marcus Ito. Panggil saja Ito." Ito memang terbiasa berbicara formal jika memperkenalkan diri. Cowok yang hobi mengarang puisi ini tak beda jauh dengan Samuel, muka datar.
"Hai ...." ucap cowok yang berada di ujung barisan. Ia melirik Alda yang terpejam dengan kepala di atas meja. "hai, Alda.." Lanjut cowok itu kemudian.
"Alda, lo kenal sama tu cowok ya?" Tanya Riski sambil mengguncang bahu gadis itu. Mengganggu tidur siang Alda.
Alda terbangun. Ia menatap Riski dengan heran.
"Apaan, Ki?" Tanyanya serak.
Dan mata Alda yang setengah tertutup pun langsung membelalak saat sadar jika sekarang seisi kelas sedang menatap dirinya.
"Hai ...." Ulang cowok yang tengah menatapnya di depan kelas sekarang ini.
Dengan kikuk Alda membalas: "H.. Hai, Pandu." katanya sambil tersenyum kaku.
Pandu mengangguk.
"Kenalin, nama gue Pandu Afrabian. Gue, pacarnya Alda." Ucapan Pandu barusan sukses membuat seisi kelas jadi penuh bisik-membisik. Bu Ussy geleng-geleng kepala sambil tertawa kecil. Alda melotot tak terima.
Mimpi buruk dimulai.
"Oke. Silahkan kalian pilih tempat duduknya ya.. Ibu mau keluar sebentar, ada urusan di Kantor." Ucap Bu Ussy seraya berdiri dan melenggang keluar dari kelas.
Samuel, Tristan, Ito dan Pandu segera mencari tempat duduk mereka.
Samuel dan Ito duduk sebangku di belakang sekali. Keduanya memang sudah merencanakan ini sebelumnya. Alasannya karena mereka cocok. Sama-sama pendiam.
Tristan, cowok itu duduk sendirian di samping Samuel dan Ito. Dia pun segera menampakkan senyuman memikatnya kepada cewek-cewek di X-2.
Sementara Pandu? Dia mendatangi meja Alda.
"Hai, lo temennya Alda?"
"Iya." Riski mengangguk.
"Gue boleh duduk di sini, ga?" Tanya Pandu sambil menunjuk kursi yang diduduki Riski.
Kening Riski berkerut.
"Terus gue duduk di mana?" Jawabnya.
Pandu menujuk Tristan.
"Tuh, sama Tristan aja. Dia jago matematika." Ucap Pandu. Dia tak berbohong. Tristan memang ahli di bidang hitung-menghitung.
Riski mengangguk.
"Ya udah. Gue pindah ya, bye Al ...." Jawab Riski sambil menenteng tasnya dan berjalan ke arah Tristan.
Tinggal Alda yang melongo tak percaya dengan kelakuan Riski yang rela meninggalkan Alda hanya demi matematika.
Alda memandang Pandu tak suka. Tapi cowok itu, malah menyengir seperti biasa.
Cowok dengan tinggi 180 cm itu duduk di samping Alda tanpa babibu. Alda melotot.
"Siapa suruh lo duduk di sini?" Tanyanya datar.
Kembali cowok itu menyengir. Ia tersenyum sambil menatap Alda lekat-lekat. Ayolah Alda! Dia akan merusak rencana move on mu,
"Emang salah kalo gue duduk di samping pacar?" Tanya Pandu sambil menopang dagu dengan kedua tangannya. Alda mendengus kesal mendengarnya.
"Pacar?" Tanya Alda dengan nada mengejek. Sejenak matanya melirik Revan yang sedang memberengut sambil menulis entah apa di buku.
"Iya."
"Gue bukan pacar lo!" Ucap Alda lantang. Seisi kelas sontak menatap mereka berdua sekarang.
Bukannya tadi Pandu bilang dia pacarnya Alda?
Pandu berdecak kesal. Alda tak peduli dengan semua itu. Lagi pula hubungan mereka sudah lama berakhir, meski tanpa ada kata putus, bukankah waktu bisa mengakhiri segalanya?
Alda berdiri. Ia menatap seisi kelas, kemudian dengan tajam ia kembali menatap Pandu. Tapi Pandu malah tersenyum.
Dasar Purba! Umpat Alda dalam hati.
Alda berjalan keluar kelas. Pandu mengikutinya. Mereka keluar diiringi tatapan kepo dari teman-teman sekelas, kecuali Revan. Revan kesal!
Adla harus jadi miliknya. Dia yang selama ini menjaga Alda.
●●●●●
Oke next part.
Tinggalkan jejak, vote and comment guys. ❤
RafflesiaAT.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE REASON (COMPLETE✔)
Novela Juvenil#2melodylan 1-01-2020 #1 erisca oktober-november-desember 2019 #1 melodylan #2 i'myours 29-09-2018 #4 alasan 24-05-2019 "Alda, gue suka sama lo." Selalu kalimat itu yang diucapkan Pandu setiap hari. Benar-benar setiap hari. Alda bahkan sudah bosan m...