Jepang , Tokyo
Kelulusan sudah diterima oleh Igari, seperti adat keluarga yang lainnya di Jepang, saat kelulusan pasti akan merayakan sebuah pesta,
canda tawa juga dentingan gelas dan tumpahnya berbagai cerita terdengar dari rumah sederhana di sudut kota.
"Lihat bu aku mendapatkan nilai tertinggi" kata Igari dengan bangga sambil memperlihatkan hasil belajarnya yang di dalamnya menunjukan huruf A yang berjejer rapih
"wah anak ibu pintar sekali...ibu bangga sayang" kata ibunya sambil melihat buku hasil belajarnya itu, namun berkebalikan dengan raut wajah wanita berumur 40 tahun itu nampak sedih walau dia selalu mencoba untuk tersenyum.
"siapa dulu dong cucu nenek" timpal neneknya dengan bangga.
raut wajah Igari langsung berubah ketika melihat ke arah ibunya yang memancarkan kesedihan, walau senyumnya selalu menutupinya.
"ibu kenapa?ibu tidak senang aku mendapatkan juara 1 di sekolahku bu?, kenapa ibu nampak sedih"
Kata Igari sambil melihat wajah ibunya dengan heran."tidak sayang ibu sangat senang, ibu senang punya anak yang pintar sepertimu,"
Jawab ibunya sambil memeluk Igari sesekali dia menyeka air matanya di balik punggung Igari agar anaknya tidak mengetahui kalau dia sedang menangis."waah apakah aku terlambat datang?" suara yang tidak asing ditelinga Igari sontak Igari langsung melihat kearah suara itu,terlihat seseorang yang sedang berdiri di dekat pintu sambil membawa tentengan kantong belanjaan.
Hancur, sakit, dan marah itu yang Igari rasakan sekarang, namun jauh dilubuk hatinya dia merasa senang karena dia dapat melihat sosok itu lagi,
rasanya dia ingin menangis dan berlari memeluknya, tapi semua itu tertutupi oleh rasa benci ketika dia mengingat kejadian itu lagi.
Seakan sebuah kaset yang berputar di kepala Igari yang memutarkan kejadian lalu yang tak pernah dia lupakan.
Bersamaan dengan kuatnya kepalan tangan, Igari menahan emosi yang siap meluap saat itu juga.
"ngapain kamu kesini?" tanya Igari sarkatis.
Matanya sangat tajam memandang orang yang berdiri diambang pintu itu dengan rasa kebecian
Dia, sosok itu, suara itu adalah suara ayahnya, ayah yang sangat Igari benci ,ayah kandungnya."aku selesai bu aku mau ke kamar " kata Igari, tanpa mendengar jawaban persetujuan dari ibunya dia langsung berlari kearah kamarnya.
Sang ayah terdiam tanpa mencegah anak laki-laki itu pergi, di dalam lubuk hatinya dia bahagia sekaligus bersedih
Dia bahagia karena anak laki-laki yang dia tinggalkan dulu kini ia sudah beranjak remaja
Dan dia sedih karena setiap tatapan itu memancarkan rasa kebencian"Appa jangan pergi appa, bagaimana dengan aku dan eomma appa jahat, eomma jangan biarkan ayah pergi eomma"
Igari kecil meronta di pangkuan sang ibu
Lolos sudah air mata dari laki-laki berusia 48 tahun itu dan dengan cepat dia menyekanya, dia tersenyum sambil melangkah masuk menemui orang yang berstatus mantan istrinya itu.
***
Ternyata kedatangan ayahnya membuat Igari harus berpisah dengan Ibu dan neneknya
karena dengan tiba-tiba ayahnya membujuk ibu Igari , agar Igari bersekolah di Seoul Korea Selatan yang mana adalah Negara kelahirannya,
KAMU SEDANG MEMBACA
Espresso Con Panna
Fanfictionterima kasih telah mengenalkanku arti sebuah kebencian dan juga sebuah airmata. #kyungsoo visual *author disini sebagai sudut pandang orang ketiga ya hanya menceritakan.