espresso 3

124 12 0
                                    

Dengan menyimpan rasa kesalnya diapun  pulang dan ketika sampai dirumah yang pertama Igari rasakan adalah kesepian

bukan maksud karena tidak ada orang disini tapi sepi karena dirumah itu hanya ada dirinya dan para maid saja, yang biasanya ketika dia pulang jika sedang dirumah lamanya dia pasti disambut dengan bawelnya ibunya yang menyakan keberadaannya dan keadaanya,

tapi disini semua menatapnya dengan segan tidak ada ibunya yang bawel ataupun neneknya yang sedikit cerewet.

"tuan muda anda mau makan dulu?, pesan dari tuan besar anda belum makan ketika pergi, jadi tuan besar khawatir anda kenapa-kenapa" tanya salah satu maidnya sambil membungkuk ke arah Igari.

"ciih....khawatir?"cibirnya, Igari tersenyum miris setelah itu dia meninggalkan maid itu tanpa menjawabnya.

Dia menaiki tangga menuju kamarnya. (fyi : kamar Igari dilantai 2)

Sampainya dikamar dia langsung mengunci pintunya dan membantingkan dengan keras badannya ke kasur, sejenak dia terdiam dia menatap langit-langit kamar, tiba-tiba dia teringat lagi kehidupannya di Jepang dia teringat akan ibunya juga neneknya

"sedang apa mereka" pikir igari, dia memejamkan matanya sejenak lalu membukanya lagi dia menghirup nafas dalam lalu menghembuskannya secara perlahan

masih dalam kondisinya yang tertidur air matanya jatuh setiap mengingat keluarganya

"kau cengeng kau itu laki-laki Igari" monolognya menguatkan hatinya sepersekian menit matanya pun tertutup.

Tok....tok...tok.....
Tedengar ketukan dari luar kamar Igari , matanya mengerjap mencoba mengumpulkan kesadarnnya kembali dia mengangkat tubuhya menggerakkan kepalanya setengah mencondong

dia melihat ke arah pintu itu hanya melihat tanpa mengubah posisinya sedikitpun  kemudian dia kembali berbaring dan memejamkan matanya kembali,

namun suara orang yang mengetuk pintunya kembali membuatnya tersadar dia menghembuskan nafasnya sambil berjalan kearah pintu dan

cklek... pintu itu terbuka

"Apa" tanya nya datar, tanpa menyuruh orang itu masuk, tangannya masih bertengger di kenop pintu satu tangannya dia masukkan ke saku.

"sudah jam berapa ini? Tadi bibi Ahn bilang kamu pulang siang dan tidak makan" kata ayahnya, ternyata orang yang mengetuk pintu itu ayahnya.

"apa peduli mu?" bukannya menjawab Igari malah bertanya balik.

"Igari, ayah tunggu kamu dimeja makan, kamu tahu ayah meninggalkan pekerjaan di kantor ayah khawatir karena kamu belum makan" jawab ayahnya dengan raut wajah memancarkan kekhawatiran

"aku tidak lapar, pergilah aku ingin istirahat, kalau aku mau aku akan makan nanti" jawab Igari dengan datar tanpa mengubah posisinya.

"dan aku tidak peduli" sambungnya lagi.

BLAM ..
Igari menutup pintunya tanpa menunggu jawaban dari ayahnya.

Igari melangkah lagi menuju ranjang nya dia duduk di tepi ranjang beberapa detik kemudian dia bangun dan mengambil foto ibunya yang dia pajang di meja belajarnya.

Di foto itu ada foto dia dan nenek juga ibunya dulu waktu Igari kelulusan. 

"ibu aku merindukanmu" sambil memeluk foto ibunya hingga tanpa terasa air matanya jatuh kembali.

Dia tersenyum membayangkan dulu ketika dia kecil

Flashback
Igari kecil jatuh dari sepeda yang menybabkan kulit sikutnya sedikit terkelupas dan dikedua kakinya sedikit membiru dan memar akibat benturan dengan aspal, Igari kecil menangis karena merasakan perih di sekitar sikutnya, ibunya menghampirinya dengan cepat dan memeluk anaknya untuk meredakan tangisnya.

Espresso Con PannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang