☠️ Arena 1.2

145 9 0
                                    

Play on music : Jonas Blue ft William Singe - Mama

•••

"GO!"

Dua mobil melaju kencang, sampai detik ini Bianca masih memimpin di depan di ikuti mobil Elang yang terus mengekor di belakangnya.

Pertandingan sudah separuh jalan, tapi sang Black Rose belum mampu melepaskan diri. Keahlian Bianca menjauh dengan memanfaatkan tikungan. Sialnya harus gagal, karena Elang bisa mengimbangi.

"Nggak seburuk yang gue pikirin, tapi gue akuin, cukup merepotkan." gumam Elang sambil berkosentrasi memperhatikan mobil di depannya .

"Ckk, rupanya itu strategi lo, tikungan berikutnya bakal gue tunjukkan siapa Black Rose." gumam Bianca sambil menyeringai.

Bianca menekan pedal gasnya lebih dalam, ia mulai merencanakan strategi untuk lepas dari pemuda yang cukup merepotkan.

Di tikungan ini ia sedikit melebarkan jarak, sehingga cukup untuk di lewati satu mobil. Seperti dugaannya, Elang akan menyalip bila ada kesempatan.

Tanpa di duga, Elang begitu dalam posisi menikung. Ternyata Bianca langsung memacu kencang mobilnya di sertai aksi memotong jalan milik Elang, sehingga mau tidak mau Elang harus menurunkan kecepatan mobilnya.

Gila memang, tapi itu adalah salah satu teknik Bianca yang terkenal.

Senyum manis Bianca merekah begitu lepas dari Elang. Menurut perhitungannya jarak dua mobil antara dia dan Elang sudah cukup untuk memberinya kemenangan.

"Awesome!" takjub Savannah tepat setelah Bianca turun dari mobilnya.

"Cukup menarik, tapi dia perlu belajar lagi kalau ingin mengalahkan gue." ucap Bianca bangga.

Beberapa detik kemudian, mobil Elang sampai di garis finish. Dia langsung keluar dari mobilnya.

"Bangsat!" umpat Elang sambil membanting pintu mobilnya.

"Alah, temen gue menang pasti!" ucap Megan sambil bertepuk tangan, di ikuti oleh Emma dan Charlina yang hanya tersenyum menatap Bianca.

Charlina mengalihkan pandangannya kearah Jack yang ada di seberang jalan dan melemparkan senyum remeh.

Jack yang melihatnya hanya diam dan memalingkan wajahnya.

Mereka bertos ria untuk merayakan kemenangan Bianca malam ini. Namun tiba-tiba sebuah kunci melayang kearah Bianca. Dengan refleks yang bagus, Bianca langsung menangkap kunci tersebut dan menatap heran kearah sang pelempar.

"Ambil mobil gue." ucap datar sang pelempar tadi yang ternyata Elang.

Bianca menolehkan kepalanya kearah Elang. Dan kembali melempar kunci yang tadi di lemparkan Elang.

"Gue nggak butuh mobil lo."

Elang mengerutkan keningnya bingung. "Terus apa yang lo mau?"

"Apa yang gue mau? Tentu saja sesuai perjanjian awal kita. Lo nggak amnesia kan gara-gara kalah dari gue?" ucap Bianca sarkas.

Elang menggeram marah di tempatnya, ia merasa harga dirinya di permalukan. Dan untuk pertama kalinya ia di kalahkan dan parahnya oleh seorang gadis.

Bianca menatap Elang dalam, tidak sampai disitu, Bianca mulai melangkahkan kakinya mendekat kearah Elang.

Saat sudah tepat di depan Elang yang menjulang tinggi, "Well, gue mau harga diri lo." ucap Bianca sambil menelusuri dada bidang milik Elang menggunakan jarinya.

Tanpa sadar Elang menghela napas kasar dan langsung menangkap jari mungil itu yang dengan nakalnya menyentuh dadanya.

Elang menundukkan sedikit wajahnya kearah Bianca. "Terus apa yang lo mau sekarang?" tanya Elang dengan suara berat.

"Easy, gue cuma mau lo cium kaki gue sekarang!" ucap Bianca enteng.

Sontak hal itu membuat semua orang yang berada disana tercengang mendengar permintaan Bianca.

"Cewek sinting." cecar Charlina pelan sambil mengalihkan wajahnya.

"Gue nggak habis pikir sama lo, Bia. Lo ngedatengin bahaya buat diri lo sendiri." batin Emma sambil menatap Bianca dalam.

"Woy Lang! Lo dengar nggak yang di suruh teman gue, cepet lakuin!" provokasi Megan dengan lantang.

Elang yang mendengarnya sontak menoleh kearah Megan dengan tatapan membunuh. Megan yang melihat itu malah balik menatap Elang angkuh.

"Tunggu apalagi, hmm?"

Elang mengembalikan perhatiannya kearah Bianca. Wajahnya datar. Sarat akan kemarahan yang terpendam.

Tanpa rasa takut, Bianca menatap Elang seolah menunggu.

Sesaat hanya hening yang mencekam. Tanpa di duga Elang bersimpuh di depan Bianca dan mencium paha mulus Bianca yang tidak tertutup apapun.

Bianca tersentak dan memundurkan langkahnya ke belakang. "What are you doing!"

"Kenapa? Lo cuma bilang cium kaki lo, dan paha masih termasuk bagian kaki bukan?" ucap Elang tenang sambil bangkit dari posisinya.

Refleks semua orang yang ada disana menahan napas, karena atmosfir yang mencekam.

"Hahahaha, pintar juga, harusnya lain kali gue bilangnya lebih spesifik lagi." canda Bianca.

"Tapi gue belum puas, mau balapan lagi?" tawar Bianca dengan smirk andalannya.

"Gue nggak tertarik." sahut Elang dingin.

"Dan lo harus ingat, ini semua baru awal kehancuran lo, Black Rose." lanjut Elang memperingati.

Dan tanpa buang waktu, Elang segera memasuki mobilnya. Sedetik kemudian mobil melaju kencang meninggalkan arena.

"Benar kan?" batin Emma khawatir.

Bianca hanya menatap datar kepergian Elang. Baginya perkataan Elang sama sekali bukan ancaman baginya.

•••

Aduh lemes ngetiknya dan perlu kalian tau, Author mesti belajar ekstra ketik scan kebut-kebutan. Karena ini yang pertama kali buat Author. Dan sejujurnya Author terinspirasi dari salah satu cerita, tapi bukan dari Wattpad hehehe.

Maaf kalau banyak kesalahan🙏

Don't forget comment and vote⚔️

See u next chapter~

INTER PRAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang