"Gue udah nyiapin private room plus banyak vodka buat kita, terutama buat lo, Char!" sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda kearah Charlina.
Charlina yang mendengarnya hanya terkekeh. "Oh yeah! You always know what I whant."
"Kita berangkat sekarang saja kali ya, nanti keburu tutup lagi." ucap Bianca sambil melihat jam Rolex yang melingkar manis di pergelangan tangannya, menunjukkan pukul 02.30 AM. Setelahnya ia langsung melangkah memasuki mobil di ikuti Savannah yang ikut memasuki mobil Bianca. Di susul dengan Charlina, Megan dan Emma yang memasuki mobil Megan.
At High Club - San Fransisco
Sesampainya di Club, mereka berlima langsung di sambut dengan suara dentuman musik yang sangat memekikkan telinga dan bau minuman alkohol juga asap rokok.
Saat ingin menaiki lift, Charlina berbicara yang langsung menghentikkan langkah yang lainnya. "Guys, kalian duluan aja keatas, gue mau minta dulu."
"Yaelah, sudah banyak kali di atas!"
"Lo semua tahu, pasti segitu bagi gue kurang, gue masih butuh Grey Goose dan Whiskey!" sahut Charlina santai.
"Whatever, Char!" ucap Emma sambil memutar kedua bola matanya bosan.
Mereka mulai melanjutkan langkahnya tanpa Charlina.
Ting!
Setelah sampai di lantai 2, mereka mulai keluar dari lift di pimpin Savannah yang langsung menuju salah satu ruangan di pojok koridor.
"Lantai dua mulu, nggak mau ke lantai 3 gitu?" tanya Megan sambil menaikkan satu alisnya.
"Otak lo, bokep mulu!" sahut Bianca cepat sambil menoyor kepala Megan yang hanya terkekeh.
Savannah dan Emma yang mendengarnya hanya mendengus malas.
Savannah segera menempelkan kartu di samping handle pintu. Sedetik kemudian, pintu bergeser secara otomatis.
Tanpa buang waktu, mereka segera memasuki ruangan.
Megan langsung menghempaskan tubuhnya di salah satu sofa di susul Bianca di sampingnya. Sedangkan Savannah langsung melenggang kearah toilet.
Beda lagi dengan Emma, yang malah mengecek handphone dengan dahi mengernyit.
"Lah ngapa muka lo?" bingung Megan sambil mengeluarkan bungkus rokok dari saku jaketnya.
Emma yang mendengarnya mendongak. "Nggak, biasalah klien." sahut Emma salah tingkah, dan langsung melemparkan handphone miliknya keatas meja kaca.
Bianca dan Megan yang mendengarnya hanya saling menatap heran.
Pintu terbuka di susul dengan Charlina yang melangkah masuk sambil membawa segelas minuman di tangannya.
Ceklek.
Beberapa detik kemudian Savannah keluar dari toilet dan langsung menempatkan tubuhnya di atas sofa single.
Sejenak keadaan menjadi hening...
Namun gerakan tangan Bianca yang hendak meraih gelas minuman, mendadak suasana kacau.
Dengan cepat Savannah segera merebut gelas yang sedang di pegang Bianca. "Eitsss! Ngapain lo?"
"Minumlah," sahut Bianca cepat.
"Nggak ada."
"Sudahlah Sav, kasih saja segelas." ucap Charlina.
"Kasih saja sih!" tambah Megan.
"Nggak-nggak, jangan di kasih Sav, rese nih anak kalau minum." peringat Emma.
"Jahad!"
"Sudah deh nggak usah bacot, mending nonton saja sono lo!" ucap Savannah seraya bangkit menuju laci mengambil parfume, setelah itu ia langsung menyemprotkan ke tubuhnya.
"Lo nggak ke lantai?" tanya Emma yang melihat Savannah memakai parfume.
"Iyalah! Yekali gue nggak kesana. Ada yang mau ikut? Kecuali lo ya, Bi."
"Parah banget! Gue kan pengen ngerayain kemenangan gue malam ini. Boleh ya?"
"Sekali gue bilang nggak ya nggak! Terakhir lo ke lantai, bikin teman gue koma."
"Alah, baru koma belum mati!" ucap Megan sambil menghembuskan asap rokok ke udara.
"Right! Belum mati ini, Sav." tambah Emma memainkan pisau lipat di tangannya.
"Sav, gue ikut ke bawah deh, gue sekalian mau pesan minum di bawah." tanggap Charlina sambil bangkit dari duduknya.
"Yaudah ayo."
"Pilih kasih parah. Gue pulang!."
"Bacot!"
"Sudahlah sini saja, Bia, temenin gue disini. Lo nggak takut gue di cabulin sama si Megan?"
"Bangsat! Gue masih suka cowok anjir."
"Siapa yang tahu, lo pengen coba hal baru."
"Najis goblok! Paling nggak gue bakal cari yang lebih cantik dari lo pada."
"Hahahaha!"
"Oke, sudah ya, gue ke bawah dulu. Ayo, Char!" ajak Savannah sambil melangkahkan kaki jenjangnya keluar ruangan.
Setelah Savannah dan Charlina keluar, sekarang hanya tinggal Bianca, Megan juga Emma, yang sedang menatap kearah pintu.
"Jadi?" ucap Megan memulai percakapan.
Emma hanya menyederkan tubuhnya di kepala sofa. "Serah lo saja, gue ngantuk."
"Nonton saja yuk!" ajak Megan sambil menyeringai.
"Boleh, tapi no ena-ena." tanggap Bianca sambil melangkah kearah sound sistem.
Bianca mulai melihat koleksi CD yang ada, namun matanya langsung tertuju kepada satu film.
"Nonton ini saja oke!" beritahu Bianca mulai memasukkan CD ke dalam DVD.
Sedetik kemudian, film di mulai.
"Anjir Bi, itu tempatnya nggak enak banget di atas kap."
"Yaudahlah ya, yang penting cumbuannya." sahut Bianca sambil terkekeh.
"Bangsat, sok tahu banget, ngerasain saja belum." hardik Megan sambil tertawa puas.
"Emang lu sudah? Kita semua tuh sama saja, sama-sama belum tersentuh laki-laki."
"BANGSAT!"
•••
Percaya nggak kalau mereka belum pernah tersentuh? Cobain gihh.. tapi awas, nanti koma.
Don't forget comment and vote⚔️
See u next chapter~
KAMU SEDANG MEMBACA
INTER PRAVA
RomanceIni hanya kisah 5 gadis biasa yang mungkin mewakili segala keburukan dunia. Queen of Street Queen of Club Queen of Alcoholic Queen of Smoke Queen of Guns Masalah dengan mereka berarti tragis. Jangan terkecoh dengan tampang bak malaikat milik merek...