Btw, yang di mulmed seragam mereka berempat. Kenapa berempat? Karena Savannah udah lulus.
•••
"Anjir gue telat!" teriak Megan sambil berlari menelusuri trotoar, dengan penampilan acak-acakan, bahkan dua kancing teratas kemejanya belum terkait. Untungnya jalanan saat itu sedang sepi, karena waktu memang sudah menunjukkan jam masuk sekolah.
Matanya membulat melihat gerbang yang sebentar lagi akan tertutup. "OYY! DON'T CLOSE, DON'T CLOSE!" teriak Megan histeris.
Satpam yang melihat Megan hanya berdecak malas. Dan menghentikan gerakan tangannya yang hendak menutup gerbang.
"Huhh, gue bilang don't close juga, lu dengerkan nggak budeg?" ucap Megan terengah menatap sengit kearah satpam.
"Nona harusnya lebih pagi lagi datangnya, saya kan hanya menjalankan tugas." jelas satpam tadi sopan.
Megan memutar kedua bola matanya malas. "Yaudah sih, gue telat hari ini doang."
"Memangnya besok nona tidak akan telat?"
"Nggak tau juga." sahut Megan acuh sambil melangkah meninggalkan satpam yang hanya menatap sebal kearah Megan.
"Kids jaman now."
•••
"Sepada, aku datang kawan!" sambut Bianca riang langsung mendudukan bokongnya di salah satu bangku kantin.
"Sarap lu ya? Jam berapa ini, Bia?" tanya Emma seraya melihat jam yang menunjukkan pukul 10 AM.
"Itu juga masih mending dateng jam segini, biasanya malah jam 12 kan dia dateng." lanjut Charlina menyeruput milkshake stawberry miliknya.
"Ahh, besok gue mau kayak Bianca aja." sahut Megan mengunyah permen karet.
"Yaiyalah, lo nggak tau, gue kan yang punya sekolah jadi santai aja." tanggap Bianca dengan nada bangga sambil mengangkat tangannya. "Pesen es teh manis satu sama nasi goreng seafood satu." pesan Bianca kepada waiters lelaki yang langsung mengangguk.
"Di tunggu sebentar, nona."
"Alah, yang punya sekolah, sampai rok lo robek lagi kayak waktu itu nggak bakal gue bantuin." hardik Charlina kesal yang hanya di balas kekehan dari Bianca.
"Lo nggak sarapan emang? Bentar lagi masuk gila." peringat Emma.
"Hei, gue tuh baru bangun, dan belum sarapan. Nanti kalau gue pingsan di kelas gimana?"
"Ya lempar, kan badan lo kecil." sahut Megan enteng yang membuat Bianca mendelik tidak suka.
"Iya kecil, tapi bogemannya bukan lagi." ucap Charlina bangkit berdiri.
"Temen gue, lo mau kemana deh?"
"Mau ngena-ngena."
"Anjing, gue mau ke toilet." jelas Charlina malas. Emma yang melihatnya ikut bangkit. "Bareng deh sama gue."
"Es teh manis satu, nasi goreng seafood satu, silahkan menikmati, nona." Bianca menatap lapar kearah makanan miliknya.
"Thanks." ucap Bianca sambil tersenyum yang membuat sang waiters merasa kikuk. "Welcome."
Tanpa babibu, Bianca segera melahap makanan miliknya dengan cuek. Emma dan Charlina mulai melangkah keluar kantin. Namun langkahnya terhenti, melihat segerombolan lelaki berwajah familiar.
Charlina mengernyit bingung. "Emm, kayaknya ada yang nggak beres."
"Kayaknya sih gitu." sahut Emma menghentikan langkahnya di ikuti Charlina.
Saat segerombolan lelaki tadi melewati tempat Charlina dan Emma, sayup-sayup mereka mendengar nama Bianca.
Brakkk!
"Benerkan?" pikir keduanya.
Bianca yang sedang makan, sontak saja tersedak. Dan langsung melayangkan tatapan tajam. Megan yang melihatnya langsung berdiri.
"Mau apalagi lo?" tantang Megan.
Salah satu lelaki maju mendekat, sepertinya pimpinannya. Tanpa di duga, menghempaskan bahu Megan cukup keras.
"Gue nggak punya urusan sama lo, jadi lo diem." ucap lelaki tersebut yang ternyata bernama Richard, ketua geng black mask.
Sekilas info, geng black mask bukan sekali ini membuat masalah. Entah apa faktornya, tapi mereka seolah selalu mencari masalah dengan Inprav.
"Weiss, jangan kasar dong sama cewek, lo banci?" sinis Bianca bangkit dari duduknya. Tanpa rasa takut menatap dingin kearah Richard. Walaupun Richard menjulang tinggi di hadapannya, tapi Bianca sama sekali tidak merasa terintimidasi.
Richard mengangkat sebelah alisnya dengan wajah memuakkan. "Jaga mulutmu nona, perkataanmu bisa saja tidak menyenangkan."
Bianca mendengus malas. "Gue nggak suruh semua orang buat suka sama gue. Karena gue cuma ngelakuin apa yang gue suka. Jadi ada urusan apa lo kesini?"
Richard tersenyum meremehkan. "Lo orang yang tadi pagi motong jalan gue?"
"Ya terus?"
"Gue nggak suka."
Emma dan Charlina yang sejak tadi memperhatikan, berpandangan sejenak. Charlina ingin menghampiri, namun sebuah tangan menahannya untuk tetap tinggal. "Stop, biarin Bianca ngurusin masalahnya sendiri."
Charlina menatap ragu kearah Emma. "Nggak kita bantuin aja?"
"Nggak usah, biarin aja."
"Heh, kenapa?" tanya seorang lelaki mengejutkan Charlina, refleks Charlina menepuk bahu lelaki tadi keras.
"Roy, lo bikin gue kaget ya."
"Sorry, sengaja." sahut Roy terkekeh.
Ternyata bukan hanya Roy yang datang, ia di temani seorang lelaki tampan berwajah manis.
"Bianca kenapa?" tanya lelaki berwajah manis tadi.
Tanpa menunggu jawaban, lelaki berparas manis tadi melangkah kearah Bianca dan Megan berada.
"Gue nggak bakal biarin dia kenapa napa."
•••
Itu siapa lagi? Jangan serakah, sisainlah stok cogan buat Author wkwkwk.
Don't forget comment and vote⚔️
See u next chapter~
KAMU SEDANG MEMBACA
INTER PRAVA
RomansaIni hanya kisah 5 gadis biasa yang mungkin mewakili segala keburukan dunia. Queen of Street Queen of Club Queen of Alcoholic Queen of Smoke Queen of Guns Masalah dengan mereka berarti tragis. Jangan terkecoh dengan tampang bak malaikat milik merek...