Ruang kamar itu temaram bahkan mendekati gelap. BanKe merenung, bersama sebotol wiski yang belum tersentuh. Ia kembali mendesah, menerawang menatap malam.
"Kau belum tidur?" Suara itu memecah sunyi.
BanKe menoleh, meneteskan air mata saat tahu siapa yang kini berdiri didepannya. Sosok yang sudah lama ingin ia temui, tempat untuknya mengadu.
"Kau kemana saja hyung?" Rengek BanKe, melihat si jangkung Chin Hwa berdiri tepat didepannya.
"Hem, kemarilah." Ia meraih kepala itu, mendekapnya hangat.
"Kau bilang kalau aku membutuhkanmu, aku bisa mencarimu." Suaranya terdengar putus asa.
"Aigoo BanKe, mianhe. Jeongmal mianhe." Didekapnya lebih erat wajah itu. Ia mendengar suara isak tangis disana.
Chin Hwa menghabiskan waktunya selama delapan tahun untuk kuliah di Oxford sembari mengikuti kegiatan sosial untuk menyelamatkan dunia, yang artinya selama itu pula ia tak kembali.
"Aku merindukannya, hyung. Sangat merindukannya." Ia melingkarkan kedua tangannya dipinggang Chin Hwa.
Wajah tampan itu hanya diam, menunggu BanKe tenang. Mendengar suara tangis itu yang terdengar menyedihkan. Ada lelah disana, ada putus asa dan ada ribuan penyesalan.
"Kau benar hyung, seharusnya aku lebih hati-hati dalam mengambil keputusan dan bertanya dulu padanya." Ia melepaskan pelukannya.
Chin Hwa duduk diatas kasur, menatap wajah itu yang tertutup temaram, dan itu cukup membuat Chin Hwa bersyukur karena ia sendiri tak sanggup menatap wajah putus asa sahabatnya.
"Aku sudah melakukan semua usahaku untuk mencarinya." Ia menatap Chin Hwa menyerah.
"BanKe?!" Panggil Chin Hwa sembari menghela napas panjang. "Sebelum itu kau lakukan, kau harus pastikan dirimu yang dulu kembali." Chin Hwa tersenyum tipis.
"Kau harus jernihkan pikiranmu. Dan berhenti minum." Diraihnya botol wiski dari tangan BanKe.
"Bagaimana bisa kau menemukan Joon Hee kalau kau sendiri sedang kacau begini. Gunakan pikiranmu." Nasehatnya.
"Kau bilang ingin memajukan perusahaan. Kalau kau seperti ini bukan hanya hidupmu yang hancur tapi peninggalan haraboji-mu juga akan hancur."
BanKe terdiam, dipandanginya tubuh jangkung yang duduk didepannya. Ucapan itu terlalu benar untuk diabaikan. Perlahan, BanKe menghela napas panjang.
Ia mendapat tamparan, Chin Hwa benar, ia lupa akan tanggung jawabnya menjaga titipan haraboji dan eomma-nya. Ia mengabaikan hal penting lainnya.
"Kembalilah, jernihkan kepalamu. Kalau perlu beristirahatlah sejenak dari kerjaan dan Joon Hee. Tata kembali masa depanmu." Pinta Chin Hwa.
"Ne, hyung." BanKe mengangguk.
"Dan ingat ini, kalau jodoh tak akan kemana." Chin Hwa mencondongkan tubuhnya, menepuk pundak BanKe.
"Ne, gomawo hyung." BanKe tersenyum.
Ia menemukan ketenangan, nasehat itu cukup menyadarkan dirinya untuk sadar bahwa ia tetap harus bertahan hidup. Berjuang untuk segalanya.
"Berpikirlah lebih dewasa dan tenang. Kau bisa mencarinya pelan-pelan karena tak selamanya Joon Hee akan bersembunyi. Pasti nanti akan ada saatnya kamu bisa menemukannya." Chin Hwa membuka tutup botol wiski. Meneguknya.
"Sepertinya tugasku akan sangat menumpuk." Keluh BanKe.
Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dirinya akan baik-baik saja, menjaga cintanya dan menjalani hidup sembari menunggu sang waktu menggerakkan keajaibannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FLOBOY (END)
RomanceMY FLOBOY ADALAH LANJUTAN CERITA DARI THE BANKE. JADI BACA THE BANKE DULU YA BIAR KALIAN PAHAM DAN TAHU KARAKTER TOKOHNYA. KARENA DISINI SAYA TIDAK LAGI MENGGAMBARKAN KARAKTER PARA TOKOH. Kenangan memang selalu memiliki nilai tersendiri didalam kehi...