Jam sepuluh pagi, Joon Hee beberapa kali menggeleng dan menghela napas. Menatap punggung jagoan kecilnya yang tak pernah bisa diam bahkan selalu melontarkan berbagai pertanyaan.
"Samchon suka es krim?" Mata itu menatap lembut.
"Heemm.." Ia terlihat berpikir membuat Sung Gyu menunggu dengan penasaran.
"Dia suka vodka, wine, anggur merah, soju dan rangkaian minuman sejenisnya." Jawab Joon Hee santai.
"Waow. Samchon alkoholic?" Mata itu menatap tak percaya.
BanKe tersenyum, menghela napas tipis,"sepertinya appa-mu begitu membenciku sampai setega itu menilaiku." Ia membelai lembut rambut Sung Gyu.
Joon Hee memutar bola matanya, melangkah pergi meninggalkan mereka berdua yang sedari kedatangan BanKe, anaknya itu mengabaikan keberadaannya. Menganggapnya hanya sebagai pengganggu.
Dihelanya napas, ia tak pernah berpikir liburnya yang pertama sejak ia bekerja di rumah sakit Korea dihiasi dengan keberadaan BanKe diantara mereka berdua.
"Entahlah, apa ini baik." Gumam Joon Hee.
Pada sisi lain ia menyukai kebersamaan mereka namun disisi lainnya ada banyak ketakutan yang ia pendam. Semua perasaan ngeri jika BanKe tahu seperti apa dirinya saat ini.
"Aku takut." Batin Joon Hee.
Perlahan ia mulai gemetar, membayangkan wajah jijik BanKe saat tahu bahwa dirinya laki-laki tak normal bahkan sekarang sama sekali tidak tertarik dengan perempuan.
Ia hanya tidak ingin menyakiti para wanita jika ia memilih jatuh cinta terhadap salah satu dari mereka. Karena ia sendiri tak pantas disebut laki-laki sejati.
"Eotteokae." Dirematnya kedua tangannya diisisi meja dapur.
"Mungkin dia mencintaiku namun mungkin akan berbeda saat tahu kalau aku tak normal." Ia memasang senyum sedih, kenyataan itu kembali memberinya jarak.
Perlahan harapannya luntur, ia tak ingin BanKe terlalu jauh melangkah selagi BanKe memiliki kesempatan untuk berjalan diarah yang benar, menjadi laki-laki normal.
Digelengkan kepalanya perlahan, mengusir pikiran iri bahwa suatu saat BanKe akan menjadi milik seorang wanita dengan kehidupan indah.
Tawa kecilnya kembali terkembang, ia tak percaya pemikiran itu membuatnya merasa kecewa. Hati dan logikanya berjalan tak beriringan. Ada sisi egois yang membuatnya berhak atas diri BanKe.
"Kau baik-baik saja?"
Suara bisikan ditelinga Joon Hee membuatnya terlonjak, menoleh dengan kekuatan maksimal namun berakhir mendaratkan bibirnya disuatu benda yang kenyal. Ya, bibir itu menempel dibibir BanKe.
Tak butuh waktu lama, Joon Hee merasakan bibir tipisnya dilumat dengan kelembutan yang luar biasa, membuat jantungnya berdetak tak karuan.
Dirematnya kemeja yang dikenakannya, menetralisir detak jantung yang perlahan membuatnya merasa sesak. Merasakan tangan kirinya sedikit gemetar.
Ada setetes air mata yang mengalir disudut pipinya dan itu tak luput dari pandangan BanKe, karena pemuda tampan itu seketika menghentikan ciumannya.
Tetes demi tetes air mengalir dari pipi Joon Hee, ia tak lagi dapat mengendalikan kegelisahannya. Hatinya terasa diiris sembilu saat sadar bahwa ia tak mampu sanggup membayangkan BanKe kembali menjadi normal.
Sisi egoisnya seakan memberontak bahwa dia berhak untuk bahagia, bahwa BanKe adalah miliknya dan bukan milik siapapun, hanya untuk dirinya.
"Mianhe, jeongmal mianhe." Gumam Joon Hee tanpa sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FLOBOY (END)
RomanceMY FLOBOY ADALAH LANJUTAN CERITA DARI THE BANKE. JADI BACA THE BANKE DULU YA BIAR KALIAN PAHAM DAN TAHU KARAKTER TOKOHNYA. KARENA DISINI SAYA TIDAK LAGI MENGGAMBARKAN KARAKTER PARA TOKOH. Kenangan memang selalu memiliki nilai tersendiri didalam kehi...