Alunan musik jazz mengalun merdu memenuhi sebuah kafe yang letakknya tak jauh dari rumah sakit. Joon Hee menikmati segelas mocca latte dan sepiring waffel keju.
Chin Hwa sendiri memilih coklat hangat dan sepiring roti bakar. Ya, mereka memilih menu makanan asia tenggara. Joon Hee sendiri sudah lama ingin pergi ke kafe ini namun ia belum memiliki waktu yang pas untuk melakukannya.
"Aku tak menyangka seleramu bagus juga." Chin Hwa bahkan tak tahu ada restoran asia yang menyuguhkan hidangan ringan seperti itu.
"Beberapa orang merekomendasikannya padaku saat mereka kembali ketika aku masih di Jerman." Jelas Joon Hee.
"Hem, aku percaya itu. Orang Korea sendiri akan sedikit mengabaikan tempat seperti ini karena mereka berpikir menu disini tak cocok dengan lidah mereka." Chin Hwa mengangguk.
"Apa kau tahu kalau BanKe sangat menyukai buah-buahan yang berasal dari negara beriklim tropis?" Chin Hwa tersenyum tipis.
"Ne, dia suka buah mangga." Joon Hee mengangguk.
Tak lama kemudian mereka diam, sibuk dengan hidangan didepan mereka, memastikan jika mereka sangat menikmati makanan itu. Sesaat mata sipit Chin Hwa melirik kearah Joon Hee yang sibuk menyesapi mocca latte-nya.
"Apa sahabat-sahabat BanKe tak memberitahumu sesuatu?" Chin Hwa memulai pembicaraan.
"Annio. Kami tak sempat mengobrol lama. Aku terlalu sibuk disini." Joon Hee kembali meletakkan cangkirnya.
"Mereka bahkan sampai memohon padaku untuk menemui BanKe dan membantunya keluar dari keterpurukan." Mata itu mulai mengamati Joon Hee.
Namja cantik itu mengurungkan niatnya untuk menyuapkan waffel kedalam mulut, menatap Chin Hwa dengan kening berkerut.
"Dia benar-benar hancur. Aku bahkan sampai tak mengenalinya. Dia kehilangan jiwanya dan bahkan menggadaikan dirinya."
"Itukan pilihan dia."
Joon Hee mencoba untuk tenang, meski dalam hati ia mampu merasakan betapa beratnya kehidupan BanKe melihat sikap gilanya setelah bertemu Joon Hee di Jerman. Laki-laki itu tak mampu mengendalikan dirinya.
"Kau benar, itu resiko yang harus diambilnya setelah mengambil keputusan untuk mendepakmu dari kehidupannya." Chin Hwa tak bisa menyalahkan sikap dingin Joon Hee karena BanKe memang pantas mendapatkannya.
Senyum tipis Joon Hee terkembang, ia menikmati waffel-nya dan masih dengan ekspresi menjadi pendengar setia.
"Lalu apa alasanmu menghilang begitu saja?" Mata itu menunjukkan kekesalan.
"Karena aku hanya berpikir bagaimana caranya menghilang." Joon Hee mulai terlihat serius. Ia tak ingin dihakimi karena ia memang punya hak untuk melakukannya.
"Aku sahabatmu. Kenapa kau tak percaya padaku?" Chin Hwa sedikit tersinggung.
"Tapi kau sahabat terdekat BanKe." Protes Joon Hee.
"Tapi bukan berarti aku tak bisa menjaga rahasiamu." Mata itu mendelik.
"Jelas kau tak akan bisa menjaga rahasia itu, karena kau terlalu menyanyangi BanKe, Sunbae." Seru Joon Hee tajam.
Suasana kembali diam, Joon Hee sangat mengenali Chin Hwa dengan baik karena waktu mereka bersama terlalu lama hanya untuk sebuah sifat asli yang tersembunyi.
"Kau bahkan mengorbankan hoobae-mu ini untuknya." Suara Joon Hee melemah.
"Mainhe. Jeongmal mianhe." Chin Hwa mulai mengerti kemana arah pembicaraan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FLOBOY (END)
RomanceMY FLOBOY ADALAH LANJUTAN CERITA DARI THE BANKE. JADI BACA THE BANKE DULU YA BIAR KALIAN PAHAM DAN TAHU KARAKTER TOKOHNYA. KARENA DISINI SAYA TIDAK LAGI MENGGAMBARKAN KARAKTER PARA TOKOH. Kenangan memang selalu memiliki nilai tersendiri didalam kehi...