6. BanKe

459 64 3
                                    

BanKe terdiam, menatap atap langit kamar menerawang. Ia benar-benar mendengar suara anak kecil memanggilnya appa. Merasakan kekuatan cinta dari suara itu.

Kamarnya sepi, ia seorang diri bersama rangkaian pemikirannya. Ia tahu keempat sahabatnya berjaga diluar, dan mungkin sedang mencari makam malam.

Dua jam telah berlalu bersama otaknya yang terangkai kusut. Rasa penasaran membuatnya tetap terjaga. Bahkan hati itu bergemuruh, suara anak kecil memanggil appa menghantuinya.

"Apa mungkin?" Gumamnya.

Ia menggeleng, menghela napas panjang. Sekali lagi menelan ludah. Panggilan itu tak mampu diabaikannya. Ia memang tidak tuli. Pendengarannya sangat bagus, luar biasa bagus malah.

"Tapi bagaimana aku menjadi seorang ayah? Aku hanya tidur dengan Joon Hee?" Gumamnya. Kepalanya berdenyut hebat.

"Ah molla." BanKe menggeleng. Kembali dihelanya napas panjang.

Ia berusaha tidur, memejamkan mata sebisanya. Mengabaikan suara pintu yang dibuka. Langkah itu terdengar kalem tanpa sebuah suara.

BanKe mendengarkan dengan baik, ia tahu itu Joon Hee dan itu alasan utama untuknya berpura-pura tidur. Dipasang telinganya tajam, ia tak mengerti apa yang dikatakan Joon Hee.

Namja cantiknya sedang menerima telepon dengan menggunakan bahasa Jerman seperti yang ia tahu pernah Sabine ucapkan saat mengobrol dengan ayahnya.

BanKe berusaha menahan sakit saat infus dilengannya terasa ditarik, seperti sebelumnya Joon Hee memberikan suntikan obat didalam selang infusnya.

"Aku lega kau baik-baik saja." Ucap Joon Hee membenarkan bantalan kepala BanKe.

"Mungkin noona benar, aku tak pernah bisa benar-benar membenci atau marah padamu." Joon Hee mengganti perban di lengan BanKe.

Diraihnya pembersih luka dan mulai membersihkannya, membalutnya dengan perban setelah diolesinya obat. Joon Hee kembali merapikan peralatannya.

"Yeoboseyeo?" Diangkatnya ponsel.

"Eomma?!" Panggil suara diseberang.

"Kenapa kau belum tidur, sayang?" Joon Hee menghentikan kesibukannya. Duduk dikursi samping brankar.

"Appa sudah tidur? Eomma jaga appa dengan baik kan?" Rangkaian pertanyaan memberondongi Joon Hee.

Ia tersenyum, menggeleng mendapat pertanyaan yang penuh rasa khawatir itu. Dipandanginya BanKe yang terlelap. Tangannya terulur untuk merapikan rambut berantakan BanKe.

"Hem, tentu saja eomma akan menjaga appa dengan baik. Sudah malam, little moster eomma ini harus tidur. Besok kan sekolah." Terang Joon Hee.

"Hem, ne eomma. Selamat malam. Saranghae eomma." Ucapnya.

"Nado saranghae Sung Gyu-ya. Eemmmuuuaahhh." Joon Hee mematikan ponselnya. Kembali merapikan pakaian BanKe.

"Mimpi yang indah, Soo Hyuk." Ucap Joon Hee menepuk pipi itu lembut.

Srruuuukkk! Blam!
Pintu ditutup, BanKe membuka mata perlahan. Menyeka setetes air mata yang mengalir disudut matanya. Menerawang menatap langit kamar.

"FloBoy, aku tak mengerti dengan sikapmu. Kau tetap lembut dan perhatian seperti dulu." Batinnya.

"Itu berlaku untukku sebagai BanKe atau hanya sebagai pasienmu?" Air matanya kembali mengalir.

MY FLOBOY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang