20. Kebenaran

629 70 14
                                    

Direbahkan tubuh ringkih itu hati-hati diatas kasur, membenarkan posisi bantalnya. Dipandanginya wajah cantik itu sendu, bergerak mendekat perlahan.

"Aku tidak tahu kalau kau selama ini begitu menderita hanya karena keputusan bodohku yang seperti bocah." Gumamnya lirih, merapikan anakan rambut yang mendarat dikening Joon Hee.

"Aku bahkan tidak yakin apa kata maaf cukup untuk membuatku berhenti merasa bersalah dengan semua kesulitan yang kau hadapi selama hampir sembilan tahun ini karena keegoisanku." Setetes air mata lolos dari pelupuknya, meluncur menetes dipipi Joon Hee.

"Jeongmal. Jeongmal mianhe." Ia mencium kening itu lamat. Meraihnya dalam dekapan. Menyeka setetes air mata dari wajah mulus Joon Hee.

"Aku akan menebus semua kesalahan yang telah aku perbuat, Joon Hee-ya. Aku bahkan tak akan marah jika kau masih membenciku karena keputusanku yang membawamu dan Sung Gyu dalam kesulitan yang besar." Ia mempererat pelukannya.

Detik berikutnya BanKe merasakan sebuah tangan memeluknya erat, merasakan sebuah gerakan semakin merambat padanya, merasakan wajah Joon Hee yang dibenamkan didada bidangnya.

Sunyi, itu berjalan beberapa detik sampai akhirnya sebuah tangis pilu menyayat hatinya, semakin membuat BanKe terjun bebas terhadap rasa bersalahnya. Membuat dadanya terhimpit hebat hingga ia lupa bagaimana caranya bernapas.

"Mianhe." Gumam BanKe dengan suara tercekat.

Tenggorokannya benar-benar terasa kering bak kemarau digurun pasir. Ia menenangkan tubuh bergetar Joon Hee yang menangis didalam pelukannya.

"Aku hanya takut." Suara itu benar-benar parau dalam tangis.

"Kau tak percaya padaku?" Tanya BanKe.

"Ne."

Kejujuran itu menampar BanKe, tentu saja ia sadar kenapa Joon Hee tidak mempercayainya. Karena ia tak mampu melihat besar dan dalamnya cinta Joon Hee kepada dirinya. Mata itu berbicara namun ia mengabaikannya begitu saja.

Ketakutannya membuatnya tak mampu menyelami mata indah itu hanya sekedar untuk melihat bahwa ada cinta dari balik kilatan tegasnya.

"Arrayeo." Ia tersenyum kecut. Tak bisa menyalahkan segalanya pada sang namja cantik karena semua ini murni kesalahannya sendiri.

"Kembalilah, kau tahu aku menunggumu. Tempatmu disini, bersamaku dan kembalilah mengisi hatiku yang aku sendiri tak mampu menutupi lubang hitam itu selain kau yang melakukannya, Lee Joon Hee."

"Hem." Joon Hee mengangguk.

"Maafkan aku dan aku tidak bisa hidup tanpamu. Aku mencintaimu dan aku juga mencintai Sung Gyu anak kita." 

Getaran tangis itu semakin hebat di dada bidang BanKe. Ia mempererat pelukannya yang tadi sempat longgar. Mungkin ia harus memberi kekasihnya ruang untuk menenangkan kesedihannya.

Joon Hee sadar, ia memang tidak bisa hidup tanpa BanKe. Dan rahasia besarnya sudah ketahuan jika dirinya adalah seorang laki-laki yang tidak normal karena bisa mengandung.

Saat ia menyadari jika dirinya sudah jatuh cinta dalam semua keputusan dan sikap semena-mena BanKe, ia tahu jika dirinya tak akan pernah mencintai laki-laki atau perempuan manapun.

"Saranghae." Bisik Joon Hee.

Ia sadar jika dirinya tidak pernah mengatakan seperti apa perasaannya kepada namja tampan yang saat ini sedang mendekapnya erat.

"Gowamo. Nado saranghae." BanKe tersenyum hangat, ia bahagia akhirnya mendengar kata-kata syarat akan kejujuran dan kedalaman hati itu keluar dari bibir seksi namja cantiknya.

MY FLOBOY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang