5. Sahabat

433 65 2
                                    

Hiruk pikuk, ruang pertemuan dokter terdengar ramai. Bong Cha mendapat hujanan pertanyaan. Ia hanya cengar-cengir, menjawab sebisanya.

Hening, seketika ruangan itu sepi. Semua mata bergerak menuju pintu, mengikuti setiap gerakan Joon Hee yang berjalan dengan ketua dokter ahli bedah dan pimpinan rumah sakit. Diikuti dua pegawai rumah sakit.

"Annyonghaseo." Sapa dr. Seo selaku kepala bagian dokter bedah.

Mereka duduk dikursi, dr. Seo membuka pertemuan dengan memperkenalkan Joon Hee sebagai seorang profesor yang akan menjadi kepala bagian UGD.

Bong Cha tersenyum, tak ada perubahan dalam diri Joon Hee selain sikapnya yang lebih dewasa dan terlihat lebih berani dan terbuka dari sebelumnya.

"Dia memang cocok jadi seorang dokter." Batinnya.

Hal bahagia lainnya, Bong Cha bersyukur penanganan sahabatnya BanKe diserahkan kepada Joon Hee. Itu sangat membuat Bong Cha bernapas lega.

Ia bahkan telah mengabari ketiga sahabatnya jika BanKe mengalami kecelakaan dan sudah melewati masa kritisnya.

"Dr. Bong Cha, dr Sabine dan dr. Kwan. Kalian akan langsung dibawah pengawasan prof. Lee sebagai patner operasi" Terang dr. Seo setelah Joon Hee selesai memperkenalkan dirinya.

"Ne, seonsaengnim." Jawab mereka serempak.

Dua jam berlalu, Joon Hee sedang menikmati sarapannya merangkap makan siang dengan pemandangan yang berbeda. Sesekali ia menggeleng, menghela napas pajang.

Bagaimana tidak? Jika ia ditatap empat pasang mata yang sedikitpun tak beranjak menatap Joon Hee intens. Mau tak mau Joon Hee berusaha mengabaikan keberadaan mereka.

"Sumpah, kau mengejutkanku. Caramu datang sungguh luar biasa." Bong Cha tersenyum, tapi pandangannya tak beralih sama sekali.

"Kau kemana saja? Kau menghilang begitu saja sampai-sampai kami tak tahu kemana lagi harus mencarimu." Bae-A menatap penuh rindu.

"BanKe menderita, selama hampir 9 tahun ini dia hidup seolah tak berjiwa." Won Bi berprosa.

"Hem, dia benar-benar menderita Joon Hee-ya." Yoon Be mempertegas.

Joon Hee menghela napas, menghentikan makannya. Menatap wajah-wajah itu bergantian. Menyelesaikan kunyahannya dan menelannya dengan sedikit buru-buru.

"Bagaiman aku bisa menjawab kalau kalian tidak berhenti bertanya, hah?" Joon Hee menatap kesal.

"Jawab saja apa yang ingin kami tahu." Bae-A terdengar tak sabar.

"Aku tinggal di Seoul selama satu tahun dan tahun berikutnya aku bersekolah di Jerman ambil kedokteran dan fokus di jurusan bedah umum, saraf dan anak." Terang Joon Hee.

"Hah? Setahun di Korea?" Pekik mereka koor. Namja cantik itu mengangguk.

"Lalu bagaimana kami bisa tak menemukanmu sama sekali?" Bong Cha mengerutkan kening.

Joon Hee tersenyum, mengedikkan bahu dan kembali menikmati makanannya. Mengabaikan rasa penasaran mereka. Ia masih lapar.

"Sayang, saat kau telah didepannya BanKe malah dalam kondisi begitu." Gumam Bong Cha.

"Tenang saja, kami sudah pernah bertemu sebelumnya di Jerman. Dan kurasa dia juga sudah tahu dimana aku akan bekerja." Terang Joon Hee.

Wajah mereka mengkerut, namun tak ada pertanyaan. Mereka sangat memahami sahabatnya BanKe. Tahu alasan kenapa akhir-akhir ini sang sangjanim begitu pendiam dan tertutup.

MY FLOBOY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang