2. Saranghaeyeo, Jeongmal.

499 69 12
                                    

Joon Hee melangkah begitu saja, mengabaikan wajah syok bercampur bingung serta hancur berkeping-keping dibelakangnya, tanpa sedikitpun menoleh.

"Itu BanKe kan?" Suara Lee Je-Hoon terkesan ragu karena adiknya melewati pemuda itu begitu saja.

"Ne, hyeong." Jawab Joon Hee mempererat gendongan anaknya.

"Lalu kenapa kau mengabaikannya?" Ia mengerutkan kening.

"Percepat langkahmu hyeong, aku tak mau dia mengejar kita." Pinta Joon Hee.

Je-Hoon menuruti, memperpanjang langkahnya dan mereka berakhir ditempat parkir mobil Joon Hee. Masuk dengan sedikit buru-buru.

"Bukannya kau mengharapkan dia mencarimu? Dia sudah disini, JunHi?!" Je-Hoon mengerutkan kening.

"Setelah melihatnya aku berubah pikiran. Aku marah karena dia baru muncul sekarang." Jawabnya sembari menghidupkan mesin mobil.

Digerakkan kemudi, melaju meninggalkan rumah sakit. Sesaat dipandanginya BanKe dari spion, melihat tubuh itu tak beranjak dari tempatnya sedikitpun.

Senyum tipis Joon Hee terkembang, ia berhasil membalas dendam. Mengusik ketenangan BanKe adalah hal utama yang ingin dilakukannya saat ini.

"Aku tak pernah tahu kalau kau bisa sekejam ini, Joon Hee-ya." Je-Hoon menggeleng, bergidik ngeri melihat senyum devil adiknya.

"Delapan tahun hyeong. Selama delapan tahun aku berjuang sendiri. Dan dia baru datang sekarang, berharap segalanya seperti dulu?" Joon Hee masih konsentrasi menyetir.

"Nope." Ia menggeleng. "Tidak semudah itu, ia harus merasakan penderitaannya seolah tak ada harapan bagi BanKe untuk mendapatkanku." Lanjutnya.

Je-Hoon mengangah, berkedip tak percaya mendengar penjelasan adiknya. Sumpah, begitu kekanak-kanankan. Namun ucapan itu tak sepenuhnya salah.

"Terserah. Kuharap dia tidak benar-benar putus asa dan berakhir mencari perempuan lain dan menikah."

"Ciiiitt!!!" Joon Hee mengerem mendadak membuat Je-Hoon hampir terjungkal begitu juga Sung Gyu.

"JunHi?!" Pekik Je-Hoon, mengingatkan adiknya. "Kau tak apa-apa Sung Gyu-ya?" Ia beralih menoleh kebelakang. Menatap cokha-nya yang syok.

"Ne, samchon." Sung Gyu mengangguk.

"Mianhe, jeongmal mianhe." Ia buru-buru menatap anaknya.

"Kau tak apa-apa, sayang?" Sung Gyu mengangguk.

"Syukurlah. Eomma minta maaf." Joon Hee mencoba tersenyum.

"Ne eomma, Sung Gyu tahu eomma sedang marah dengan appa." Ia mengangguk penuh semangat, tersenyum memperlihatkan barisan gigi susunya.

"Anak sama eomma-nya sama saja." Gerutu Je-Hoon menggeleng melihat ekspresi muka Sung Gyu yang terkesan mendukung Joon Hee.

"Keluar, biar aku yang menyetir. Kau juga terlihat lelah." Je-Hoon turun dari mobil, Joon Hee menuruti.

Kendali mobil berpindah alih, Je-Hoon kembali melajukan mobil. Joon Hee merebahkan diri disandaran kursi penumpang, memejamkan mata. Mencoba tidur.

Perlahan ia tersenyum, pada akhirnya ia melihat wajah tampan itu secara langsung. Tak ada yang berubah, masih tetap seperti dulu. Tatapan yang penuh cinta saat menatap dirinya.

"Aku merindukannya, sangat merindukannya." Gumam Joon Hee.

"Tapi kau mendulukan gengsi dan egomu." Timpal Je-Hoon.

MY FLOBOY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang