8. Tak Ada yang Berubah

445 58 2
                                    

"Bagaimana?" BanKe menaikkan sebelah alisnya. Menatap pak Kim yang kini berdiri tepat didepannya.

"Apa yang sudah kau dapatkan, sekretaris Kim?" Perjelas BanKe.

"Maaf seonsengnim, saya belum mendapatkan informasi apapun. Pihak sekolah tuan muda Sung Gyu juga menutup mulutnya rapat." Terangnya.

"Beri dia berapapun yang dia mau." Suara itu terdengar dingin.

"Sudah seonsengnim, tapi mereka tetap tutup mulut. Data mereka termasuk dalam perlindungan Badan Intelejen Internasional. Posisi tuan Lee Joon Hee sendiri berstatus warga negara Inggris." Terang pak Kim.

BanKe menggosok hidungnya, keningnya berkerut. "Begitu sulitkah mendapat data bocah itu?" Keluhnya. Ia menghela napas.

"Kita sudah sering mencari data seperti ini tapi sepertinya berbeda dengan tuan Lee." Pak Kim mencoba mengutarakan kesulitannya.

"Hem, aku tahu. Dia jenius. Aku tidak menyalahkanmu. Aku yakin, Joon Hee sudah memperkirakan semua ini sebelum menginjakkan kaki di Korea." Gumam BanKe. Senyum sinisnya terkembang.

"Kau mau bermain petak umpet denganku, Floboy." Seringainya. "Kita lihat, sampai dimana kau bisa mendominasi permainan ini." BanKe meremat-remat jemari kirinya.

"Cari informasi sebisamu pak Kim. Sisanya biar aku sendiri. Sepertinya aku tahu harus kemana mendapatkan informasi itu." Ia kembali menyeringai.

Wajah itu mengerikan, serigala didalam dirinya dibangunkan. BanKe tak akan tinggal diam. Ia harus memulihkan seluruh tubuhnya dan mulai melakukan penyerangan.

"Joon Hee akan kebal dengan cara halus. Dia semakin dewasa semakin pintar dan licik. Aku tak boleh terlalu bersantai menghadapi singa betina." Gumam BanKe.

"Ne, seonsengnim." Pak Kim mengambil kembali berkas yang sebelumnya telah selesai ditanda tangani.

"Awasi kegiatan mereka. Sabine bilang tiga hari ini dia libur." Perintah BanKe.

"Ne." Pak Kim mengangguk.

"Hem, pergilah. Aku ingin istirahat sebentar. Beri tahu hyeong aku akan menemuinya di bar." Jelas BanKe.

"Ne, seonsengnim. Geureom." Pamit pak Kim.

BanKe meluruhkan posisi duduknya, menengadah, menghela napas lembut. Otaknya berpikir. Mencari kemungkinan cela yang bisa ia dapatkan.

"Brengsek kau Joon Hee. Kau benar-benar menantangku!" Umpatnya.

"Kau tahu kalau aku tidak suka tantangan dan permainan. Tapi kau meminta itu dariku. Kita lihat, sampai kapan kau akan bertahan." Geramnya.

Hening, ruang CEO itu kembali hening. Ia menekuri waktu bersama dentangan jam didinding. Bermain dengan pikirannya sendiri. Sekali lagi napas itu terdengar berat dihembuskan.

"Sial!" Umpatnya.

Ia menyadari satu hal, Joon Hee sangat pandai memainkan perannya. Pemuda itu sangat keras kepala dan cukup tertutup. Sulit bagi BanKe untuk membaca pikirannya.

"Brengsek!" Entah berapa kali ia mengumpat.

Perlahan, namun pasti. Rasa rindunya menguar. Ia menekan dadanya, merasakan detak jantungnya bertalu. Bayangan wajah Joon Hee tak mampu ditepisnya.

"Ah Shit!" Ia beranjak bangun.

Jarak itu dekat, tapi ia tak bisa menyentuh pujaan hatinya. Hatinya gelisah, pikirannya bergejolak. Ia ingin Joon Hee. Menginginkan segalanya.

MY FLOBOY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang