Alhamdulillah ujian telah berakhir, dan semua lancar tanpa halangan. Tak terasa dua minggu aku praktik di rumah sakit ini, saatnya memberikan waktu untuk beristirahat, berlibur dan berkumpul dengan teman dan keluarga.
Rindu, aku sangat merindukan rumah, terutama rindu kepada Ayah dan Bunda."Lea, kamu gila ya ketawa-ketawa sendiri dari tadi, kamu ngga kesambet penunggu rumah sakit ini 'kan Lea?" tanya zeizei temanku yang paling cerewet seantero kampus.
Suarannya yang cempreng bisa mengalahkan suara bajai bututnya pak slamet.
"Lea, kamu kok tambah horor gitu, kamu sehatkan," ucap Zei sambil memegang dahiku.
"Ya elah apa-an si Zie, aku sehatlah. Aku cuma lagi senang aja, akhirnya praktik kita selesai juga. Sekarang waktunya pembalesan, kita harus refreshing dan hibernasi yang lamaaaaaaa," teriakku pada Ziezie. Bodo amat deh, ada yang dengar, lagi pula parkiran sudah cukup sepi di sini.
"Yee sarap kamu ya!! teriak-teriak di jalan, minggir jangan dekat-dekat, Aku malu punya teman kaya kau. Eh Lea, aku mau kasih tau ke kamu ya barang kali aja kamu lupa, kalau satu minggu lagi kita masih ada praktik di Puskesmas Nusantara dan 3 hari lagi kita ada bimbingan dan pembekalan di kampus tahu," terang Ziezie membuat semangatku menurun.
Oh my god!!! kenapa aku bisa lupa!! gini nih pasti ulah si agma-agma itu yang mengganggu kehidupanku.
"Zeizei kenapa kamu harus inget-in si!! Argh ngga mau tahu pokoknya kamu harus bantu aku bisa lupa lagi. Ayo bikin aku gagar otak, lupa ingatan, amnesia pokoknya Zie," rajukku pada Ziezie. Dan aku melihat Ziezie hanya tertawa di atas penderitaanku.
*******
Memang tempat paling nyaman adalah rumah sendiri, walaupun sederhana, namun bisa membuat kita lebih nyaman.
Aku merebahkan tubuh di kasur,
lelah rasanya setelah menempuh perjalanan jauh. Belum lagi, tadi aku membawa barang-barang dari kosku. Nasib mahasiswa keperawatan gini, harus pindah-pindah kos di manapun praktiknya nanti.Di saat aku ingin memejamkan mata, dering ponselku berbunyi.
"astagfirullah, siapa si yang telfon awas aja kalau salah sambung oh sungguh mengganggu," keluhku.
Aku mengangkat telfon tanpa melihat nama yang tertera.
"Asalamu'alaikum, dengan ambar di sini, mau bicara dengan siapa ya," ucapku dengan suara yang menahan ngantuk. Tidak ada jawaban yang kudengar di sebrang sana.
"mas, mba, bapak, ibu, atau siapa yah kalau mau telfon jangan cuma diam, kalau ngga mau ngomong saya matikan. asalamu'alaikum," ancamku entah kepada siapa, hanya nomor tidak kukenal yang tertera di layar hpku.
" Tung-gu Lea, A-a-ku intan," ucap seseorang dari seberang sana.
Suara terbatanya bisa ku dengar sangat jelas.Kubulatkan mataku, sial kenapa juga aku harus mengangkat telfon dari wanita itu. Wanita yang sudah berhasil merusak persahabatanku dengan Leon.
"Ada apa? aku ngantuk mau tidur, kalau kamu mau ngomong masalah Aku dengan Leon, Kamu ta perlu khawatir, tenang aja Leon lebih memilih percaya dengan kamu dari pada sama sahabatnya sendiri," sindirku pada perempuan itu.
Tidak ada balasan suara lagi dari sebrang sana. Ingin sekali aku langsung mematikan panggilannya sebelum dia menjawab.
"Le-a, Aku minta maaf, dan aku cuma mau bilang kalau Leon kecelakaan," terangnya dengan suara menahan tangis.
Apa Leon kecelakan? kenapa bisa?
"Leon," ucapku lirihku.
Entah kenapa ada rasa yang tidak enak menerpa hatiku."Leon dirawat di rumah sakit Citra Medika, keadaannya masih kritis Lea. Aku harap kamu mau jenguk dia di sini," pinta Intan padaku.
Ada keinginan untuk segera tiba ke sana, namun aku sudah janji ke Leon, aku ngga akan menunjukan batang hidungku kembali.
"Ya Allah tolong selamatkan Leon," doaku didalam hati
"Lea. Aku tau, Aku salah. Aku sudah miemisahkan kamu dengan Leon, tapi Aku harap kamu bisa jenguk Leon," ucap inta dengan menarik nafas kasar. "Lea, Leon sebenernya sayang sama kamu Lea," terang Intan dengan suara menahan tangis.
Aku tau Intan sangat menyukai Leon. Dulu Intan orangnya rame, lucu, gemes dan easy going. Kita bertiga biasa nongkrong, jalan, makan bersama, meluangkan waktu luang kita untuk berkumpul bersama.
Aku tau Intan menyukai Leon, dari tatapan matanya, perhatianya, cara dia berbicara ke Leon sudah sangat jelas dia menyukainya. Namun Intan berubah dingin padaku setelah Leon lebih perhatian padaku. Hingga sampai Intan tega memfitnahku sehingga Aku dan Leo bertengkar."maaf aku ngga bisa, masih sibuk!" tolakku dan segera kututup telfonnya.
Aku ingin pergi kesana, menjaga Leon, menemaninya tapi aku tidak bisa. Biarlah, saat ini ada Intan yang akan menjaga Leon, hanya doa yang kupanjatkan semoga Leon bisa segera sehat kembali.
Teruntuk kamu sahabatku,
ku lantunkan doaku untukmu,
semoga Allah akan menghapuskan rasa sakitmu.Teruntuk kamu teman semasa kecilku,
semoga kau lekas sembuh,
karena ada hati yang amat tersakiti melihat kau berbaring lemah kesakitan.Teruntuk kamu teman lelakiku, maafkan aku yang tak bisa berada di sisimu, karena aku harus menjaga hatinya yang amat mencintaimu.
---------------------------
gimana sama ceritanya. maafkan ceritaku yang semakin nggak jelas ini.
Ayo jangan lupa kasih vote dan komenya ya guys
love you
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengikhlaskanmu Di Ujung Senja (PROSES REVISI)
Teen FictionIkhlas. Bisakah aku mengikhlaskan kau pergi, sedangkan di lubuk hatiku, namamu masih bersemayam di hati. Ikhlas. Apakah aku bisa mengikhlaskanmu? Sedangkan rindu ini hanya untukmu. Ikhlas. Apa itu ikhlas? Apakah benar aku sudah mengikhlaskan kepergi...