Merindumu Seperti Candu

1.7K 99 10
                                    

Aku berjalan menuju kamarku dengan bahagia, rasanya bertemu Agma adalah sesuatu hal yang menyenangkan. Menurutku, dia lelaki yang baik, sopan, dan hebat.
Rasanya berbicara dengannya merupakan suatu kenyamanan tersendiri bagiku. Mungkinkah waktu akan menemukanku kembali dengannya?

"Cieeh yang habis kencan, mukannya merona bahagia gitu," ledek nisa saat bertemu di depan Asrama

"Siapa yang kencan, cuma makan aja kok," jawabku tersipu malu.

"Biasa, tapi wajahnya merah gitu neng," Nisa masih berusaha menggoda.

"Sudah yuk, masuk, Nih buat kalian," ucapku sambil memasuki kamar.

"Wah apa ini, Lea. Asik makanan," giran Sela, seperti tak pernah makan.

"tuh Nis, Lo kalau habis kencan kaya Lea, pulangnya bawa oleh-oleh," ejek Sela sambil mengunyah roti cokelat pemberian Agma.

"Iya besok, mau apa gue beliin. Tapi kalau cowo gua punya duit ya, ha ha ha," kata nisa sambil tertawa.

"Oke besok aku tagih. Makannya nyari cowo yang duitnya tebal," balas Sela.

"Yeeee.. yang harusnya nyari cowo tuh lo, ngejomblo aja ngga bosen, tuh partner jomblo lo aja habis kencan," celutuk nisa sambil menunjuk ke arahku.

"Lea lo tadi habis jalan sama siapa si?" tanya sela dengan keponnya. "jangan bilang sama mantan. Lo kan demen banget jalan sama mantan," sambung sela lagi.

Aku hanya senyum menanggapi kekepoan mereka, sungguh lucu wajah penasaran mereka.

"Ya Lea, gua ngga butuh senyum tapi jawaban," kata nisa dengan nada kesalnya.

"haahaa. Kepo kalian. Udah tinggal makan aja. Gua mau ngerjain Askep dulu, jangan di habisin rotinnya gua belum makan," ancamku pada mereka.

"yah Lea, lo kaga asik. Lo ngga cerita, roti ini gua habisin," ancaman balik dari nisa.

"Betul, lo kan tahu kalau nisa makannya banyak, pasti habis dia," kata Sela entah dia mendukung omongan nisa atau mengejek nisa.

"Gue cerita habis ngerjain askep, makanya kalian jangan berisik,"

"okeh deh oke kita anteng tuan putri," jawab sela.

*****

"Selesai juga akhirnyaaaaa," ucapku dengan bangga.

Lelah juga hari ini, lelah fisik, pikiran, lelah perasaan juga. Tapi bahagia si sudah bertemu Agma.

Aku mengaktifkan handphone-ku, tadi sehabis maghrib dia menghubungiku katanya sudah hampir nyampai rumah.
Dia mengabariku di jalan karena di area rumahnya susah sinyal.

"Besok, aku berangkat mba. Jangan rindu ya," ucapnya tadi padaku.

"iya tau kok rindukan berat," kataku menjiplak novel Dia adalah dilanku karya pidi baiq.

"Iya makanya jangan rindu. Ya udah aku lanjut jalan lagi ya. Besok aku berangkat pagi,"

"Iya hati-hati di jalan, jangan ngebut."

"Iya princessnya abang, Siap. Kita LDR lagi ya,"

"Iya tuan, Siap LDR-an kok."

"Jangan nakal ya, tunggu aku pulang, kita ketemu lagi,"

"Hmmmm, mau nakal deh biar kamu cepet pulang hahah,"

"Iya nanti aku cepet pulang, ya udah aku mau lanjut jalan nih. Asalamualaikum,"

"Iya, takecare. Waalaikumsalam,"

Rindu aku titip dia, jaga dia dikala jauh dariku.
Jarak, jangan pisahkan aku lebih jauh dengan dia, aku tak bisa menahan rinduku.
Malam, jaga dia, salamkan rinduku kepadannya.
merindumu seperti candu,
ingin bertemu, setiap saat, setiap hari, dan setiap waktu.

 Mengikhlaskanmu Di Ujung Senja (PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang