Hari ini aku dan yang lain pamit untuk kembali ke rumah masing-masing, Aku melihat ada raut sedih yang terpancar dari para Mbah-mbah.
"Nak Lea, jaga diri ya, kalau ada waktu mainlah," ucap Mbah Darti.
"Iya mbah, kalau ada waktu Lea pasti main,"
"Jangan sering jatuh dan hati-hati, habis ini kan jauh dari mas Alif, Mbah harap kalian berjodoh nanti," sahut Mbah Sani.
"Aamiin mbah, tapi sepertinya Lea, ngga suka sama saya," ucap seseorang tiba-tiba.
"Emang, lagian kamu itu pria bermulut pedas, mana mau aku sama kamu," celetukku.
"Jadi kamu mau aku bersikap manis? Oke aku bakal buktiin ke kamu kalau aku bisa berubah," ucap Alif lalu pergi begitu saja.
"Dasar lelaki menyebalkan!!"
Aku kembali melanjutkan aktifitas harianku, kuliah dan praktik kembali.
Alif? entahlah bagiku bertemu dengannya adalah sesuatu yang menyenangkan, aku bisa belajar, apa itu kehati-hatian, ya kali ini aku lebih sering berhati-hati.
Hey Alif, semoga harimu menyenangkan, semoga kau mendapatkan cinta yang kau impikan.
Agma? hanya sebatas teman maya dan dia semakin perhatian pastinya.
Kulihat hujan belum juga reda sedari tadi.
Angin bertiup kesana kemari, membuat tubuhku sedikit terguncang.Kupelankan kecepatan motor yang sedang kukendarai. Andai saja tidak ada jadwal praktik hari ini, pasti aku sudah terlelap di ..kasur kesayanganku.
"Rara," panggilku saat tiba di koridor rumah sakit.
"hey, Lea lo baru berangkat?" tanyanya.
"iya tadi aku mampir ke asrama dulu. Kami jadi tidur di asramakan?"
Aku dan Rara sudah niat tidur di asrama kampus agar efektif waktu dan uang.
Jarak tempuh ke rumah sakit juga tidak terlalu jauh."Iya jadi, Lea. Tenang aku temenin kamu kok di asrama, kamu kan takut tidur sendirian," ejek Rara.
Tapi benar juga si ucapan Rara. Aku takut tidur sendirian. Tapi untung aja di asrama ada Sela dan Nisa teman kamarku, namun beda tempat praktek denganku.
~~~~
"Baru juga pindah ruangan udah di suruh bikin askep aja, tulis tangan lagi," gerutu Rara.
"Sudah biasa kali, Ra. Nikmatin aja. Kamu udah dapat pasien belum?"
Kulihat rara cuma menggelengkan kepalannya.
"Belum, tapi Aku tadi udah nemuin pasien buat interview tugas akhir," sahut rara dengan girang."Kamu si enak, sedangkan Aku harus ke rumah sakit jiwa dulu buat penelitiannya," keluhku.
"Tenangkan masih ada waktu buat cari pasien. Bukannya besok setelah ini, kamu praktek di rumah sakit indrayana?? disitukan ada bangsal jiwannya jadi bisa sekalian nyari pasien, Lea," ucap Rara berusaha menenangkanku.
"Aku, niatnya memang begitu, Ra. Tapi kalau ada waktu senggang. Kamu-kan tau ramainya pengunjung di sana bagaimana,"
"Iya, Lea, di sana pasiennya banyak. Belum lagi tugas-tugas yang harus kita kerjakan. Bisa tambah kurus nih badan," keluh rara sambil melihat badannya.
akan yang banyak, Kamu kalau makan ngga pernah habis, gimana mau gemuk" suruhku pada Rara, eh si rara tanggapannya hanya melemparkan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengikhlaskanmu Di Ujung Senja (PROSES REVISI)
Teen FictionIkhlas. Bisakah aku mengikhlaskan kau pergi, sedangkan di lubuk hatiku, namamu masih bersemayam di hati. Ikhlas. Apakah aku bisa mengikhlaskanmu? Sedangkan rindu ini hanya untukmu. Ikhlas. Apa itu ikhlas? Apakah benar aku sudah mengikhlaskan kepergi...