Gila!! Malu!! Benci!! Itu yang aku rasakan saat ini.
Bagaimana tidak, setelah kejadian tadi, aku dan si mulut pedas sedang berada di dalam kantor.
Andai saja tadi dia menurunkanku, pasti tidak begini jadinya, belum lagi rasa sakit di kakiku masih terasa linu, meski sedikit berkurang saat di urut olehnya, namun tetap saja perlakuannya tetap bikin malu!!
"Jadi ceritanya begitu, lain kali, hati-hati ya Lea. Dan Alif lain kali kalau menolong seseorang jangan bikin salah paham," ucap Pak Hadi selaku ketua di Panti ini.
"Iya pak," jawab kami serempak.
Aku berjalan menuju Asramaku, tadi pak Hadi menyuruhku untuk Istirahat lebih dahulu, tetapi mengapa harus dia yang menemaniku menuju Asrama, dan kini dia sedang berjalan di depanku, dasar cowok kasar, inikan karena ulahnya kakiku seperti ini.
"Mas Alif, Lea. Kalian ngga papa?" panggil Mbak Keira.
"Eh Mba Kei, aku gapapa kok. Maaf ya, aku jadi ngga ikut membantu kalian," sesalku
"Gapapa Lea, kan emang ada musibah tadi," ucap Mba Keira. "Kalian mau kemana?" tanya Mba Keira.
"Bukan urusanmu, yuk jalan," sahut Alif menggandeng tanganku.
Dasar si mulut pedas, sama temannya masih aja ketus. Kutarik tanganku, berusaha melepas genggamannya itu.
Aku melihat ada binar mata kesedihan yang di rasakan mba Keira, mungkinkah dia menyukai lelaki ini.
"Mau ke Asrama mbak. Maksudku tadi pak Hadi menyuruhku beristirahat, dan dia cuma mau mengantarku." Aku berkata jujur padanya, aku harap Mbak Keira tidak salah paham.
"Oh, kalau gitu, biar aku yang antar gimana, lagian cowok kan ngga boleh ke Asrama perempuan, Yuk Lea," pinta Mbak Keira.
"Boleh mbak, Ayok," jawabku dan setelah itu Aku melihat si lelaki jutek langsung pergi begitu saja.
Aku dan Mbak Keira hanya saling diam, aku merasa canggung berada di dekatnya.
"Sudah Mbak, sampai di sini saja, aku bisa ke kamarku sendirian, dan Mbak Keira sepertinya perlu istirahat juga," ucapku pada Mbak Keira.
"Lea, boleh bicara sesuatu?" tanya Mbak Keira. Aku hanya menganggukan kepalaku.
"Alif, aku mohon jangan dekat dengannya. Aku tak mau kamu terluka saat di dekatnya," ucap Mbak Keira, Lalu pergi begitu saja.
Aku yakin ada suatu hubungan antara mereka, namun mengapa aku harus terjebak di antara mereka? Sudahlah, tanpa di beri tahu Mbak Keira, aku pun tak akan berdekatan kembali dengan lelaki ketus itu.
Aku mengaktifkan Handphoneku ternyata ada pesan dari Agma. Dia mengirimku sebuah gambar bertuliskan semangat, sungguh bercengkrama dengan Agma selalu bisa membuatku melupakan masalah-masalahku.
*******
Pagi ini, aku mulai beraktivitas kembali. Rasa sakit di kakiku kini sudah menghilang, mungkin kemarin karena aku istirahat lebih cukup.
"Lea, kamu ngga papa?" Zizie bertanya lagi padaku, mungkin ini ke 10 kali dia bertanya seperti itu.
"Zie, Aku gapapa, lihat ini," tunjukku semberi berlompat ke
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengikhlaskanmu Di Ujung Senja (PROSES REVISI)
Teen FictionIkhlas. Bisakah aku mengikhlaskan kau pergi, sedangkan di lubuk hatiku, namamu masih bersemayam di hati. Ikhlas. Apakah aku bisa mengikhlaskanmu? Sedangkan rindu ini hanya untukmu. Ikhlas. Apa itu ikhlas? Apakah benar aku sudah mengikhlaskan kepergi...