Sudah dari tadi aku menantikan pesan dari Agma, namun tidak kunjung jua dia memberikan sebuah kabar, kemana dia?
Kemana???
kemana perginya dirimu??
Selat Sunda? Selat Malaka? Benua Afrika? Benua Asia? Samudera Hindia? Samudera Pasifik?
di Sabang atau di Marauke?
Ayolah katakan padaku,
jangan buatku untuk bertanya-tanya keberadaanmu,
jangan buatku penasaran akan kabarmu.
Kulihat jam tanganku sudah menunjukan jam dua lebih lima belas menit, namun tidak ada kabar juga darinya.Di mana dia sekarang?
Aku menunggunya di kantin dekat parkiran. Cuaca mulai mendung, tetes demi tetes langit mengguyurkan hujan ke bumi untuk mengobati kerinduan."Lea, belum ada kabar juga?" tanya Rara. Dia tetap menepati janjinya menungguku.
"Belum, kami pulang dulu deh, Ra. Ini sudah mulai gerimis Loh," tawarku pada Rara.
Rara hanya menggelengkan kepalanya, menandakan tidak mau.
"Nggak, Aku bakal tungguin kamu,""Ya udah yuk kita pulang aja ke Asrama, langitnya udah mendung gini," ajakku, aku tak tega jika Rara harus menungguku. Padahal belum jelas Agma akan datang.
"Lah teman kamu, Gimana?"
"Sepertinya dia ngga datang. Nanti Aku kabarin kalau aku pulang ke asrama," ucapku meyakinkan Rara.
Sesampai di Asrama, aku langsung mengecek handphoneku, namun ternyata nihil, masih tidak ada jawaban dari Agma.
Aku putuskan mematikan handphoneku karena hujan turun begitu lebat.
Aku mengkhawatirkan keberadaan Agma. Di mana dia sekarang? apakah dia baik-baik saja?
Tanpa sadar aku tertidur, saat ini jam menunjukan pukul lima sore.
Aku segera mengecek handphoneku, ternyata ada 16 pesan dan 20 paggilan masuk, semua dari agma.Agma lelaki aneh:
"Mba lea, maaf baru ngasih kabar. Tadi paketanku habis dan sekarang Ban motorku bocor,""Aku lagi tambal ban dulu, di daerah sini lagi hujan, mba Lea di mana??"
"mba lea masih di rumah sakit atau sudah di Asrama??"
"Mbak"
"mba Lea marah ya?"
"Ini hujannya mulai reda,"
"maafkan aku Mbak,"
Dan masih banyak lagi pesan yang di kirim Agma.
Aku kira dia membatalkan untuk bertemu denganku. Ternyata dia sedang berkorban di luar sana, Aku segera menelfon Agma.
"Asalamualaikum. maaf aku lupa ngabarin. Aku sudah di asrama. kamu di mana?" tanyaku pada si penerima telfon
"Waalaikumsalam. Mba kamu ngga marahkan? maafinn aku ya, sekarang aku udah di depan asrama mbak," jawab dari seseorang dari sebrang sana. Sejak kapan dia di depan Asrama, Pasti dia sudah kedinginan. Dan dengan bodoh Dia masih memikirkan keadaanku, Padahal di luar masih gerimis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengikhlaskanmu Di Ujung Senja (PROSES REVISI)
Teen FictionIkhlas. Bisakah aku mengikhlaskan kau pergi, sedangkan di lubuk hatiku, namamu masih bersemayam di hati. Ikhlas. Apakah aku bisa mengikhlaskanmu? Sedangkan rindu ini hanya untukmu. Ikhlas. Apa itu ikhlas? Apakah benar aku sudah mengikhlaskan kepergi...