"cie yang habis kencan, pipinya merona gitu" Tanya Heni saat aku baru masuk ke kamar.
"Nggak kencan cuma makan malem doang. Oh ya nih buat kalian"
"aseek, sering-sering jaln aja deh Lea, biar pulang bawa oleh-oleh hehe" kata Sisy dengan tawanya
Sebelum pulang, Agma mampir beli martabak manis.
Aku kira dia mau beli buat oleh-oleh keluarganya."Mau rasa apa" tawarnya
"Ngga usah aku udah kenyang" jawabku
"Bukan buat kamu, buat temenmu"
"Ngga usah mereka ngga doyan" Dustaku, padaal mereka suka makanan apa aja.
"Bang, beli cokelat keju satu ya" Pesen agma
"Beli buat siapa?Keluargamu?"
"Buat temenmu, mereka pasti mau kok"
"Ngga usah, katanya mau nabung"
"Engga papa tadi aku dapet rezeki. Lagian uangnya bukan dari orang tuaku. Masa aku jajanin kamu masih pake duit orang tua ya ngga keren" Jawabnya sambil tertawa
Aku hanya diam, bingung sama dia. Tapi aku kagum juga sama dia, dia kerja keras, rajin kuliah, rajin belajar, baik, sopan, ngg perhitungan, dan yang lebih penting dia terbuka sama aku.
Namun aku mencintai dia bukan karena itu semua.
Aku mencintai dia karena dia adalah Agma, lelaki aneh yang mampu menghipnotisku untuk mencintainya.~~~~~
"Asalamualaikum" ucapku saat masuk ke kosanku.
"Pintu ngga dikunci kok ngga ada orang" tanyaku dalam hati
"DOORRrrrrrrr" teriak tami
"Astagfirullah Tami, loh tu ya kalau gua jantungan gimana!!" Gerutuku pada tami
"Maaf maaf" jawabnya tak berdosa
"Lo habis kemana, keluar pintu kaga dikunci"
"Gua habis ke kamarnya sinta, minjem buku gadar. Kan deket ngapain di kunci"
"Lo tuh ya, di bilangin bandel amet. Gua mau pergi sama Agma"
"Ya elah jalan terus, semalem jadi kencan?"
"Iya jadi, cuma makan doang"
"Irit dong lo, nanti juga jalan makan bareng lagi"
"Alhamdulilah anak sholehah, Udah gua mau mandi dulu. Kalau ada Agma suruh unggu bentar ya"
"Iya iya, gua mau minta oleh-oleh ke Agma"
Ku dengar ada suara di luar, mungkin Agma sudah datang.
"LEAaaa buruan Agma udah nungguin nihh!!" Teriak Tami
Dasar tuh bocah suara kaya toa banget.
"Iya, ngga usah teriak ini bukan hutan" Sahutku dan keluar dari kamar mandi
"Habis lo mandi lama banget noh udah dari tadi pangeran lo nunggu"
"Baru sebentar, Agma udah disuruh duduk?"
"Udahlah, noh bocahnya diluar"
Kulihat dari jendela, iya dia udah didepan kamar. Aku langsung memakai jilbabku dan memakai bedak tipis-tipis.
"Udah lama?" Tegurku pada Agma
"Engga kok barusan. Udah siap?"
"Iya udah kok. Jalan sekarang?"
"Ayok keburu sore"
"Tam, gua pergi dulu" Pamitku pada Tami
"Iya hati-hati. Bang Agma jagain noh sahabat gua, pulang jangan kemalemen, jangan sampe lecet ye" pesan Tami seolah-olah dia seperti orang tuaku
"Siap mba, Bakal aku jagain terus kok, ya udah aku pinjem temenya dulu ya" sahut Agma
"Oke, pulang jangan lupa bawa oleh-oleh hehe" jawab tami dengan girang. Dasar Tami dia malu-maluin aja.
"Iya gampang mba" sahut Agma
"Ngga usah dengerin Tami mah. Udah yuk kita jalan aja" Sahutku
"Tam gua jalan dulu Asalamualaikum" pamitku
"Iya waalaikumsalam, hati-hati"
~~~~
Perjalanan ke pantai nuansa indah cukup jauh, menghabiskan waktu tempuh sekitar 2 jan setengah dari kos-kosanku.
Aku ngga tau harus bilang apa ke Agma dia harus putar balik gara-gara menjemputku, padahal menuju lokasi pantai harus melewati kota kelahiranya dahulu."Kamu ngga cape bolak-balik?" pertanyaan konyol yang aku ajukan ke dia. Padahal jelaslah dia cape.
"Engga kok, sama kamu capekku hilang" jawabnya, aku tahu pasti dia bohong.
"Itu kesana jalan kerumahku, besok-besok aku ajak main kerumah" Tunjuk Agma
"Kamu dulu yang main kerumahku" jawabku
"Iya besok-besok kalau ada waktu aku main kerumahmu"
"beneran??"
"Iya serius bawel"
Perjalan jauh tak membuatku lelah, padahal biasanya sehabis pulang ngesift aku langsung tepar. Kami bercerita panjang lebar dari cerita penting sampai engga penting, lalu dia bernyanyi untuk mengilangkan kebosanan, aku suka suaranya walaupun lebih bagus penyanyi Aslinya si, tapi tetap aku suka mendengarkan suaranya dengan menikmati pemandangan yang luar biasa indah.
Tak terasa kami hampir sampai ke pantai nuansa indah, Akhirnya aku menginjakkan kakiku juga kesini. Ternyata pemandangan disini lebih indah dari foto-foto yang pernah kulihat dia media sosial. Suasananya cukup ramai mungkin karena weekend.
Agma membawaku menuju batu-batu karang yang menghadap ke laut. Kami duduk diperbatuan besar.
Aku melihat sekelilingku banyak anak-anak muda mungkin mereka sepasang kemasih. Sedangkan Aku dan Agma entah hubungan apa yang sedang kita jalani."Gimana udah ngga penasarankan main kesini" Tanyanya
"Iya udah engga. Kamu sering main kesini ya, kan lumayan deket dari rumahmu"
"Ngga sering kok, Pernah beberapa kali aja. Temenku juga ada yang rumahnya deket sini"
"Bagus tempatnya masih asri"
"Iya indah, tapi lebih indah wanita yang disampingku"
"Oh wanita itu yang di sampingmu, Emang cantik" Jawabku ketus, padahal aku tahu yang di maksud Agma aku, tapi disamping kanan dia emang ada perempuan lain.
"Iya dia emang cantik, tapi samping kiriku lebih cantik"
"Gombal. belajar dari siapa si?"
"Di bilang aku ngga pinter gombal, aku bilang fakta, dia emang cantik tapi cantiknya ngga natural, lebih cantik kamu yang tanpa makeup dan apa adanya"
Dia emang paling bisa bikin aku blushing, Emang aku ngga pernah terlalu memikirkan penampilan, ngga terlalu suka dandan yang berlebih, aku juga ngga bisa memakai makeup apa lagi buat alis yang kaya sincan begitu aku ngga bisa.
"Jangan bikin aku baper" jawabku
"Aku suka bikin kamu baper, itu tandanya kamu ada rasa juga sama aku"
Rasa bagaimana yang kau miliki, bahkan aku tak pernah tau perasaanmu sesungguhnya, kamu tak pernah menyatakan perasaanmu, yang kau sering bilang bahwa kau nyaman di dekatku. Sebenarnya kau menganggap aku itu apa??
"Rasa, Emang kamu punya rasa apa ke aku???"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Seperti biasa jangan lupa tinggalkan vote dan komen guys.
Maafkan cerita yang makin gaje ya guys.
Ayook dong kritik dan sarannya aku tunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengikhlaskanmu Di Ujung Senja (PROSES REVISI)
Teen FictionIkhlas. Bisakah aku mengikhlaskan kau pergi, sedangkan di lubuk hatiku, namamu masih bersemayam di hati. Ikhlas. Apakah aku bisa mengikhlaskanmu? Sedangkan rindu ini hanya untukmu. Ikhlas. Apa itu ikhlas? Apakah benar aku sudah mengikhlaskan kepergi...