"Rasa?Emang kamu punya rasa apa ke aku??" tanyaku dalam hati.
Aku tak ingin ribut jika harus membahas masalah status, Nanti malah merusakp moment yang harusnya menyenangkan."Kamu pernah kesini sama mantanmu itu?" tanyaku, Entah kenapa aku malah ingin membahas tentang mantannya.
"Pernah sekali, tapi sama temen-temen juga"
"Sayang ya udah 5 tahun harus putus ya"
Agma emang pernah cerita punya mantan, mereka udah pacaran 5 tahun tapi putus karena wanitanya ngga kuat ngejalanin ldr.
"Nggalah udah takdir, kalau aku belum putus aku ngga bakal ketemu kamu, kan ada hikmahnya juga aku putus jadi bisa kenal mba Azelea Ratna Sachi" jawabnya sambil tersenyum ke arahku.
Benar juga katanya, untung aja dia udah putus ya, jahat banget si aku. Agma juga cerita sebelum dekat denganku dia pernah deket sama dua wanita, yang satu anak Universitas Malang, dan satunya lagi satu angkatan dengan dia. Aku sempat cemburu saat Agma menceritakan mereka, namun tidak masalah aku suka dengan dia yang begitu, tidak ada yang ditutup-tutupin dariku.
"Lalu kenapa ngga jadi sama sarah, kan satu kampus enak kalau jadian" kataku
"Enggalah, aku tahu dia bukan wanita baik, dulu pas aku deketin dia katanya dia belum pengin pacaran, pas di deketin seniorku dia mau sama seniorku. Mungkin dia emang bukan jodohku. Ngga enak juga pacaran satu kampus, ngga ada rasa kangen nanti, terus juga boros, aku masih kuliah, masih pake uang orang tua masa iya tiap hari nanti harus jajanin dia dikantin". jawabnya panjang lebar
"Lah kamu jajanin aku juga paje uang orang tua kan?"
"ke kamu lain, aku kan bilang kadang aku kerja sambilan. Lagian jajanin kamu ngga tiap hari, jadi ngga papalah" jawabnya
"Maafin aku, kamu jadi ngeluarin uang kalau jalan sama aku"
"Lelaki harus berani ngeluarin uangkan, yang penting jangan minta ke orang tua kalau mau ngajak jalan cewenya"
Aku bahagia kenal dengan Agma, walaupun dia lebih muda, sikapnya lebih dewasa, dia bisa momong aku juga.
"Udah mau maghrib pulang yuk, kita cari masjid lebih dahulu" Ajaknya.
"Foto dulu dong" Ajaku
Agma paling benci kalau di suruh foto, katanya kurang PD atau gimana. Tapi dengan paksaanku akhirnya dia mau juga.
"Ih aku jelek banget kalau di foto, hapus aja deh hapus" Rengeknya
"Engga, ganteng kok. Pokoknya jangan dihapus" Ancamku
"Ya udah sini kamu foto sendiri, aku fotoin" tawar Agma
"Nanti aja lah, aku mau foto dijembatan merah yang sebelah sana ya"
"Ya udah ayok kita kesana" Ajaknya sambil menggandeng tanganku.
Ada rasa begitu nyaman saat berjalan bersamanya
Kami berjalan beriringan, menikmati nuansa senja yang sangat menakjubkan. Lain kali aku ingin kesini lagi.
"Yah Lagi buat foto prewed" keluhku
"Ya udah besok-besok aja ya kita kesini lagi"
"Tapikan pengin foto di situ" rengekku
"Udah mau maghrib, kan foto prewed lama, besok-besok deh aku janji bakal ngajak kamu kesini lagi" ucapnya agar aku tak kecewa
"Janji yah" kataku meyakinkannya
"Iya janji. Ya udah kita foto disebelah sana ya ngga kalah bagus kok" tawarnya menghilangkan kekecewaanku
"Iya udah ayuk"
Hal menyenangkan adalah saat berjalan Disampingmu,
Bergandengan tangan, menyematkan jari-jarimu dan jari-jariku..Hal menyenangkan adalah saat berada disisimu,
Membuatku merasa aman dan nyaman..Hal menyenangkan adalah saat bersamamu, membuatku tak ingin berpisah darimu..
Dan hal paling menyenangkan adalah saat mengenalmu, membuat hidupku lebih berwarna...
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Terimakasih yang udah ikutin ceritaku.
Maaf juga telat upload, maafin ya maaf.
Semoga kalian tetap menyukai kisah Agma dan Lea ya, walauoun makin gaje jalan ceritanya.Yuk seperti biasa jangan lupa tinggalkan vote dan komen kalian.
Kritik dan saran sangat penting buatku. Thanks.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengikhlaskanmu Di Ujung Senja (PROSES REVISI)
Teen FictionIkhlas. Bisakah aku mengikhlaskan kau pergi, sedangkan di lubuk hatiku, namamu masih bersemayam di hati. Ikhlas. Apakah aku bisa mengikhlaskanmu? Sedangkan rindu ini hanya untukmu. Ikhlas. Apa itu ikhlas? Apakah benar aku sudah mengikhlaskan kepergi...