J.Lakas Perdana

2K 86 30
                                    

PERHATIAN:
Sorry banget,alurnya terus berubah.Lagi nyari ide yang nyambung kedepan nya dan gak ngebosenin.Semoga kalian akan mengerti dan akan stay membaca LAKASYILA.

Yaudah nyok,baca versi baru.Gak semua di ubah kok.Yang bagian depan aja kuubah.Tetap baca ya...Loovyuu😘

•|•

Lakas menatap malas pria tua yang berdiri di depannya yang sedang berkacak pinggang. Demi keselamatannya, Lakas berusaha tersenyum semanis mungkin.

"Eh Bapak."

Pak Darmo menggeleng tak habis pikir. "Sudah kesekian kalinya kamu telat Lakas," ucap Pak Darmo seraya menjewer telinga muridnya itu.

Lakas tidak menanggapi ocehan itu membuat pria tua itu semakin kesal. Jeweran di telinga yang semakin kuat membuat Lakas meringis secara tidak sadar.

"Kenapa diam saja? Sudah berapa kali kamu telat, Lakas?"

"Entah, lupa, Pak," jawab Lakas dengan wajah tak berdosa.

Daun telinga Lakas kembali berdenyut sebab kembali di putar oleh Pak Darmo. "Jawaban macam apa itu?"

"Yang penting udah jawab, ribet amat dah, Pak," jawab Lakas.

"Jangan banyak bicara! Cepat pergi ke lapangan dan hormat tiang bendera!" perintah Pak Darmo. Namun, ekspresi yang ditampilkan Lakas santai membuat Pak Darmo geram.

"Siapa yang banyak bicara, Pak? Tadi Bapak sendiri yang nanya sama saya. Kalau gak dijawab, nanti telinga saya dipelintir 'kan sakit," ucap Lakas.

Pak Darmo menatap Lakas penuh amarah. "Kamu punya telinga tidak? Kamu tidak dengar tadi saya nyuruh apa?"

Lakas menunjukkan telinganya yang dipelintir dua kali oleh Pak Darmo. "Saya gak dengar tuh, Pak. Salah Bapak nih, tadi jewer saya."

"ALASAN MULU YA KAMU! CEPAT KE LAPANGAN!" Pak Darmo mengeraskan suaranya. Ia tidak bisa menahan amarahnya lebih lama lagi.

"Ogah, Pak. Mending saya ke kelas, belajar dengan baik dan benar. Gak perlu panas-panasan, pakai AC lagi," tutur Lakas sebelum meninggalkan guru itu di lorong sendirian. Ia berlari kemana saja demi menghindari Pak Darmo yang kemungkinan akan mengejarnya. Bagi Lakas gurunya itu kurang pekerjaan. Entah karena niat atau memang benci dengan dirinya, Pak Darmo rela berlari kesana-sini hanya demi menghukumnya. Padahal yang seharusnya memberi hukuman adalah guru BK.

"LAKAS PERDANA!" teriak Pak Darmo ikut berlari mengejar anak muridnya itu. Pak Darmo walaupun sudah tua, fisik masih muda. Lakas, satu-satunya penyebab Pak Darmo selalu merasa muda karna berlari-larian jika diberi hukuman.

Lakas bersembunyi di balik pintu kelas X IPA-6, karna kelas itu satu-satunya kelas yang pintunya terbuka. Disana siswa-siswi sudah terduduk rapi. Lakas tidak menyadari jika disana ada Bu Ning— guru terkiller di SMA Nusa Bangsa— sedang mengajar di kelas itu.

Bu Ning pun sama, ia tak sadar jika ada seorang murid yang menyelinap masuk. Seisi kelas bungkam karena menyadari kehadiran Lakas yang notabenenya adalah siswa kelas sebelas. Sebagian dari mereka ada yang tau kalau Lakas itu bintang sekolah yang sangat dikagumi oleh kaum hawa.

Pak Darmo berhenti di depan sebuah kelas. Napas guru itu tak teratur, terlihat dari pundaknya yang turun naik. Ia mengistirahatkan sejenak seraya mencari kearah mana Lakas berlari. Lorong itu tampak sepi karena bel masuk sudah berbunyi sejak tadi, seharusnya ia tak kehilangan jejak murid badungnya itu. Ia menoleh ke kiri, tampak sang pujaan hati yang tengah duduk di meja guru. Tanpa berpikir panjang, ia memasuki ruangan itu. Ruang kelas X IPA-6 adalah tulisan yang menyapanya di dinding belakang sana.

LakasyilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang