"LO LAMA BAT SI ELAH," teriak Nanda greget. "BURUAN, NYET!"
"BACOT!" Sambungan telepon itu terputus setelah Lakas berbicara, membuat Nanda yang belum bersuara menahan kesal.
Putri yang melihat ekspresi Nanda akhirnya mendekat. "Siapa, sih, By?" tanya Putri.
"Ini si--" Ucapan Nanda terpotong oleh suara Hendra.
"Si Nanda tukang ngegas," sambar Hendra.
Tak menunggu lama, Asyila kembali dengan membawa masakan yang ia buat tadi, nasi goreng.
"Nasi goreng datanggg!" teriak Asyila seraya mengangkat wadah bulat itu.
Aroma yang menguar membuat Hendra, Nanda, Putri, dan Sasa tak dapat menahan rasa lapar. Langsung saja mereka menyerbu nasi goreng bikinan Asyila yang terlihat sangat lezat. Rasa lapar yang mereka tahan sejak tadi akhirnya akan musnah, para cacing yang berdemo pun akan segera reda.
Mereka semua terpaku ketika suara seseorang terdengar, lalu kompak menolehkan kepala ke arah orang itu.
Mata Sasa dan Putri melebar. Bagaimana Lakas bisa disini?
"Ngapain lo kesini?" tanya Putri ketus. Ia kesal jika mengingat Lakas mengakhiri hubungannya dengan Asyila hanya karena Melly.
"Pacar lo ngundang," jawab Lakas singkat dengan tatapan datarnya. Putri memelotot, dan mencubit lengan Nanda sangat keras membuat cowok itu meringis kesakitan.
"Ngapain lo undang sih?" tanya Putri dengan nada marah dan tidak terima.
"Gapapa, By. Lakas sahabat gue, masa iya kaga boleh diundang," kata Nanda tidak merasa bersalah. Ia tidak tau permasalahannya seperti apa dan bagaimana.
Asyila menatap Putri, memberi isyarat untuk membiarkan cowok itu disini ketika Putri ingin mengomel dan mengeluarkan unek-uneknya. Melihat Asyila seperti itu, Putri tidak melanjutkannya.
Melihat Lakas yang diam saja. Asyila memilih membuka suara lebih dulu. Cewek itu mengajak Lakas untuk ikut bergabung di meja makan dan makan bersama. Meski mantan, ia tidak akan mempermasalahkannya. Tidak ada untungnya dendam, yang lalu biarlah berlalu. Gak usah diungkit-ungkit, apalagi sampai bilang 'Buanglah mantan pada tempatnya'.
Mantan. Terdengar aneh memang dan Asyila tidak menyangka jika ia punya selembar kisah yang berisi kenangan. Bukan kenangan, karna selama ini mereka berdua tidak pernah akur.
Sasa memelotot kearah Asyila merasa tidak percaya apa yang dilakukan cewek itu. Bukannya mengusir, malah mengajak mantannya itu makan.
Lakas berjalan mendekat ke arah meja makan dengan ragu-ragu. Ada rasa tidak enak di hatinya.
"Santai aje kali Kas. Lo kaku bener dah," ucap Hendra terkekeh karna melihat Lakas tidak santai.
Acara makan-makan berlangsung dengan keadaan hening. Aura yang dikeluarkan Putri sangat tidak mengenakkan.
"Kamu tuh kenapa sih By?" tanya Nanda merasa keanehan pada pacarnya. Putri membalas pertanyaan Nanda dengan gelengan kepala.
Setelah selesai menyantap makanan, Putri dan Sasa langsung mengumpulkan piring-piring kotor dan membawanya ke westafel untuk dicuci.
"Kalian main aja." Putri berjalan menuju dapur dan meninggalkan Nanda bersama Hendra di ruang tamu.
"Pacar gue ngapa dah." Nanda bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Kenapa bisa pacarnya semarah itu melihat kehadiran Lakas dirumahnya.
Hendra yang mendengarnya langsung tertawa. "Lo sih nyari gara-gara mulu," ucap Hendra.
Nanda mendelik sinis ke arah Hendra. "Gak usah ketawa Nyet!"
Lakas berfikir jika kehadirannya sangat menggangu dan mengacaukan semuanya. Cowok itu berjalan keluar untuk pulang. Nanda yang menyadari itu langsung menahannya dengan menanyakan kemana sahabatnya akan pergi.
Sebelum menjawab, Hendra berbicara lebih dulu. "Lo mau jalan-jalan keliling komplek ini kan ye? Ajak Syila sono, dari tadi die jadi kacang plus nyamuk."
Asyila yang mendengarnya memelotot. Apa ia tidak salah dengar? Sementara itu Lakas menatap Asyila dan membuat cewek itu menunduk.
"Buruan deh Syil. Mumpung kita-kita baik ngasih kesempatan buat lo berduaan sama Lakas," ucap Nanda.
Hendra menjitak kepala Nanda. "Ye gapapa oon. Gausah ijin juga mereka bisa jalan-jalan lah. Kan udah pacaran Bego," balas Hendra.
"Yaudeh biasa aja keles," ucap Nanda dengan muka sok ngambek.
"Buruan elah Syil." Nanda tidak sabaran.
Asyila hanya bisa diam membeku. Kakinya tidak bisa di gerakkan untuk berjalan ke arah Lakas. Namun, tidak disangka-sangka, Lakas menghampiri Asyila dan menggenggam tangannya.
Detak jantung Asyila berdetak lebih cepat. Asyila gugup setengah mati. Lakas membisikkan sesuatu ke telinga Nanda, yang mengatakan jika ia akan mengajak Asyila keluar.
Lakas benar-benar membawa Asyila jalan-jalan disekitaran komplek. Kecanggungan terjadi diantara mereka berdua. Suasana hening dan tidak ada yang berani membuka suara.
💛💛💛
Lorong sekolah khusus kelas sepuluh dipadati oleh banyak siswi yang berkumpul di luar kelas. Asyila merasa keheranan, kira-kira ada apa sampai-sampai pagi ini sangat ramai. Ada banyak sekali siswi-siswi yang menatap Asyila dengan tatapan tidak suka. Cewek itu tidak memperdulikannya dan berjalan menuju kelas.
PLAK!
Langkahnya terhenti, ia memegangi kepala yang dilempari oleh telur dengan sengaja. Bau amis tercium oleh penciumannya, Asyila menggeledah, kira-kira siapa yang dengan beraninya melempar telur itu. Terlihat seorang wanita yang ia yakini sebagai pacar barunya Lakas. Siapa lagi kalau bukan Melly. Cewek itu menghampiri Asyila dengan tertawa sinis.
"Gimana? Enak? Atau kurang?" tanya Melly meremehkan. Ia memecahkan satu butir telur lagi di kepala Asyila membuat cewek itu menahan amarahnya dan dengan begitu tidak akan ada kegaduhan yang akan berakhir di ruang BK. Tidak lama, ada yang menarik tangan Asyila untuk segera menjauh dari keributan yang dilakukan oleh Melly. Ya, Putri yang melihat Asyila diperlakukan seperti itu ketika ia ingin pergi ke kantin untuk membeli makanan langsung menarik Asyila menuju kelas.
"Bego banget sih lo? Kenapa diam aja hah?" Kesal Putri melihat temannya yang hanya diam saja diperlakukan seperti itu. Asyila menggenggam tangan Putri bermaksud untuk menenangkannya.
"Elah, itu rame. Gue gak mungkin lah marah-marah, dan jenggut-jenggutan disana. Yang ada gue masuk BK. Paling juga tuh si curut minta gue buat jauhin Lakas." Asyila mengajak Putri duduk di kursi yang biasa ia tempati. Nafas Putri naik turun dan rasanya ingin menarik rambut cewek centil yang merebut pacar sahabatnya.
Sebelum bel masuk berbunyi, Asyila keluar kelas untuk membersihkan rambutnya di toilet ditemani oleh Putri. Masih tersisa waktu lima belas menit sebelum pelajaran dimulai. Sangat tidak enak belajar dengan kondisi seperti itu, dan pastinya akan mengundang pertanyaan dari guru yang akan mengajar di kelasnya.
''''
Kritik dan saran dari kalian sangat berarti buat aku💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakasyila
Novela JuvenilPinter? Iya. Ganteng? Wo ,ya, jelas. Tapi kenapa lo gak suka sama gue? - J. Lakas Perdana Pinter? Lah iya itu otak lo. Ganteng? Iya Ganteng, kata orang itu juga. Menurut gue, muka lo itu bad. Gak ada manis-manisnya. Tambah lagi, katanya lo Bintang s...