Part 37 - Penyesalan

448 28 1
                                    

Sasa meneteskan air matanya merasa menyesal dengan perlakuannya selama ini terhadap Asyila. Menjadi mata-mata Melly untuk memperhatikan Asyila selama di sekolah membuat ia merasa menjadi orang yang paling jahat di muka bumi.

Didepan Sasa, sudah berdiri Asyila dan Putri. Asyila menatap Sasa dengan tatapan yang sulit untuk diartikan sedangkan Putri menatap mereka berdua bingung sebab sudah satu Minggu Asyila dan Sasa menjaga jarak sampai-sampai Sasa meminta Putri untuk membawa Asyila kesini untuk bertemu dengan Sasa.

"Maaf, Syil. Udah jahat sama lo. Gue ngelakuin ini karena terpaksa, Syil. Gue diancam sama Melly kalau gue gak jadi mata-mata lo, dia bakal mecat Ibu gue yang jadi pembantu di rumahnya dan bakal ngehancurin hidup gue sama Ibu gue," ujar Sasa terisak saat menceritakan semuanya. Tidak ada reaksi dari Asyila. Gadis itu hanya menatap Sasa dengan tatapan datar nan dingin.

Putri yang dari tadi mendengarkan ucapan Sasa terkejut. "Lo jadi mata-mata Asyila? Si nenek lampir yang nyuruh? Wah parah ya si bangsat itu nyari masalah lagi sama gue."

"Maaf, Put, Syil. Setelah ini gue bakal menjauh dari kalian berdua asalkan kalian mau maafin gue, hiks. Gue gak pernah mau buat jahat sama lo, tapi kalian tau sendiri Melly gimana. Dia gak main-main sama ucapannya ditambah lagi keluarganya terpandang. Dengan gampang Ibu gue sama gue hancur dalam satu kali kedip kalau gak nurutin kemauannya, hiks. Maafin gue." Sasa sangat terisak dan merasakan sesak di dada membayangkan jika persahabatan yang telah dibangun oleh mereka bertiga harus hancur karena ulah Sasa.

"Kalau urusan nyakitin dan ngerjain lo, gue gak ikutan Syil. Gue cuma disuruh buat mantau apa yang lo lakuin selama di sekolah," lanjut Sasa masih sama seperti tadi. Terisak.

"Lo kenapa gak bilang dari awal? Kalau gue di posisi lo, gue juga akan melakukan hal yang sama," ujar Putri. Memang kekuasaan seseorang dapat membahayakan. Mereka dengan gampang menindas orang-orang yang menghalangi jalannya untuk sukses dalam suatu hal. Tidak berbeda seperti Melly. Demi mendapatkan Lakas, ia sampai bertindak sejauh ini dan membuat semua orang terluka.

Tanpa aba-aba Asyila langsung memeluk Sasa. Cewek itu mengelus-elus lembut rambut panjang Sasa. "Gue udah maafin lo. Kemaren-kemaren memang gue sempet marah dan kecewa sama lo, tapi sekarang enggak. Gue tahu lo merasa terancam. Gue tahu persis Melly gimana. Dia agresif ke Kak Lakas dan menghalalkan segala cara buat dapetin dia. Lo udah milih jalan yang benar, kok. Gak mungkin 'kan lo harus ngehancurin hidup lo sendiri gara-gara gak jadi mata-mata gue. Maafin gue, karena gue lo jadi gak aman gini."

Sasa membisu. Ia tidak tahu harus berkata-kata apa lagi.

"Cepcep, jangan nangis. Disini ada gue dan Putri. Lain kali kalau ada masalah tuh bilang-bilang. Emang dasar sengke ya lo," lanjut Asyila. Sasa terkekeh dan langsung mengusap air matanya.

"Emang dasar bocah pea," ujar Putri menggelitiki leher Sasa membuat gadis itu menggeliat geli.

"Apaan sih, Put. Geli tauk!"

Mereka bertiga tertawa dan bercanda gurau. Masalah diantara mereka sudah terselesaikan. Melly. Dia wanita iblis yang mau merebut Lakas dari Asyila dan menghancurkan persahabatan mereka bertiga.

Awalnya, Sasa pun tidak mengetahui jika sang ibu kerja di rumah Melly. Sasa mengetahuinya saat ingin meminta uang untuk bayaran sekolah dan datang langsung ke tempat dimana ibunya bekerja. Belum sempat menemui ibunya, Sasa berpas-pasan dengan Melly di ruang tamu. Melly yang punya ide jahat berniat dan menjadikan Sasa mata-matanya untuk mengawasi Asyila sebab Sasa adalah orang terdekat Asyila dan sahabatnya.

Karena Sasa tidak ingin mengkhianati persahabatannya dan berusaha untuk menjaga agar tidak terpecah belah, cewek itu menolak perintah Melly. Namun, apa daya Melly mengancamnya dan ia tidak bisa mengelak.

🍭🍭🍭

"

Makan apa, makan apa, makan apa sekarang. Sekarang makan apa, makan apa sekarang." Nanda melantunkan sebuah lagu yang ia ubah liriknya sembari memukul meja dengan ujung sendok dan garpu di kedua tangannya. Perut sudah berbunyi memberi sinyal untuk segera diisi.

"Lama banget, lama banget, masaknya kok lama? Nanda sudah tidak sabar untuk menyantap makanan." Mimik wajah Nanda memelas sebab lama sekali untuk mendapatkan makanan. Putri yang mendengar Nanda bernyanyi langsung berucap.

"Berisik elah. Lo ganggu kita-kita lagi masak tau gak?" Sinis Putri. Nanda cengengesan setelahnya memilih untuk diam. Hendra tertawa terbahak-bahak melihat temannya menciut ketika Putri membuka suaranya.

Asyila, Putri, Sasa, Hendra, Lakas dan Nanda sedang berkumpul di rumah Putri. Mereka memutuskan untuk liburan disini seharian selagi ini hari Minggu dan pastinya libur. Seperti biasa cewek-cewek sedang memasak sedangkan cowok-cowok menunggu masakan matang sembari bermain game.

"Ku ingin marah, melampiaskan, tapi ku hanyalah, sendiri disiniii." Nanda kembali bernyanyi dengan tangan yang dikepalai untuk dijadikan mikrofon.

Putri yang dari arah dapur menyahut ketika mendengar suara Nanda yang bernyanyi. "Apa? Kamu pengen marah gara-gara aku masaknya lama?"

Nanda menggeleng cepat. "Enggak, kok, Sayang. Aku cuma nyanyi, gabut. Kamu suuzan mereka, sih, sama aku. Aku tuh salah apa sih, sama kamu," ujar Nanda dengan nada yang seolah-olah ia paling tersakiti.

"Mending diem deh. Aku lagi Pms. Terus kamunya kayak gini. Ya, gimana aku gak sensi coba," ujar Putri mengaduk-aduk sop ayam di panci. Sebentar lagi masakan matang.

Hendra tertawa keras melihat aksi ribut dari Nanda dan Putri. Nanda mendelik sinis ke arah Hendra. "Diem lo bangsul. Nanti cewek gue marah."

"Kamu yang diem, Nan." Teriak Putri dari arah dapur. Hendra yang mendengar suara Putri keluar kembali memarahi sang pacar langsung terbahak membuat perutnya terasa sakit karena tidak bisa berhenti tertawa. Sedangkan Nanda, cowok itu kembali memelas. Lakas yang sedari tadi melihat aksi ketiganya diam saja memperhatikan.

Sepuluh menit kemudian, masakan sudah jadi. Para cewek membawa hasil masakan ke meja makan. Mereka hari ini memasak Sup Ayam, Telur Balado, serta tempe orek. Lakas, Hendra dan Nanda mengambil mangkuk berisi sup masing-masing. Mereka bertiga menyesap kuah supnya terlebih dahulu sebelum menyantap habis sup.

"Wah, supnya enak bener," ujar Nanda. Yang disetujui oleh Hendra dengan anggukan. Sedangkan Lakas terdiam merasa familiar dengan rasanya. Cowok itu mencoba mengingat-ingat siapa yang sebelumnya pernah memasak sup ini. Setelah lima menit berfikir, Lakas teringat. Ini sup rasanya sangat mirip seperti buatan ibunya.

"Siapa yang bikin sup ayam ini?" tanya Lakas. Kelima orang yang sedang asyik makan itu sampai menghentikan aktivitasnya.

"Gue yang bikin. Kenapa, Kak? Gak enak? Atau gak pas di lidah lo?" Asyila yang membuat sup itu menyahut.

Lakas menggeleng sebagai jawaban. "Enggak, enak kok masakan lo," ujar Lakas kembali melahap sup itu dibarengi dengan nasi lalu mengambil lauk yang lain untuk dimakannya juga.

🐰🐰🐰

Halo gayssssss! Setelah vakum nulis selama berbulan-bulan, aku update lagi. Maaf banget, ya baru update hari ini. Kemaren-kemaren otak buntu ga ada ide. Semoga suka:)

Jangan lupa tinggalkan jejak sayangi❤️😘

LakasyilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang