Berjuang? Gak salah 'kan?
Jam sudah menunjukkan pukul 17.00. Langit yang agak menghitam menandakan hujan akan segera turun ditambah lagi dengan angin sore, sangat pas saja sama perasaan Asyila yang sedang duduk di halte bus tanpa tujuan, menunduk merenungkan Lakas yang memutuskan hubungannya tanpa alasan. Cewek itu memainkan jemarinya bersamaan dengan kaki yang menyentak- nyentak permukaan tanah. Suasana hatinya sedang buruk, maaf yang bilang ini alay atau semacamnya karena ini tuh emang sakit. Gak percaya? Coba aja sendiri! Minta pacarmu buat mutusin kamu, dan rasain apa rasanya diputusin pacar! Rasa Strawberry kah? Atau Cappucino?
Hujan turun turun turut mendukung perasaannya yang sudah hancur menjadi lebih hancur lagi. Asyila melirik arloji ditangan kirinya, dirasa sudah sangat sore, ia berdiri dan berjalan dengan mencabuti tumbuhan yang tumbuh di pinggir jalan. Cewek itu membiarkan tubuhnya basah diguyur oleh hujan.
^^^
Asyila mengerjapkan matanya. Kepalanya pening. Ia menjelajahi ruangan untuk memastikan sekarang ia dimana. Cewek itu memijit kepalanya yang berdenyut.
"Gue dimana?" tanya Asyila dengan raut serius bertanya.
Asylan memasang raut khawatir. "Ini kamar lo. Lo gapapa?" tanya Asylan khawatir.
"Aduh kepala gue sakit. Kayaknya gue lupa ingatan," ucap Asyila sedikit ngaur. Soal kepalanya sakit itu memang benar, tapi soal lupa ingatan, ia hanya bercanda. Hanya ingin membuat Anda khawatir.
Asylan mendekatkan dirinya ke arah Asyila. "Gue siapa?" tanya Asylan memastikan jika adiknya tidak apa-apa.
Asyila memasang mimik kebingungan dan seperti orang linglung. "Lo siapa? Gue siapa?" tanya Asyila sembari memegangi kepalanya.
"Ini gue dimana?" tanya Asyila, "ahhhh, kepala gue." Asyila meringis.
Asylan benar-benar khawatir sekarang. Dengan cepat ia menelpon Mamanya. Namun, tangan Asyila merebut ponsel Asylan dan memutuskan panggilan.
"Anjerr, gue bercanda pea. Lo malah telpon Mama," ucap Asyila memajukan bibirnya.
"Kok lo tau gue telpon Mama?" tanya Asylan.
Asyila memutar bola matanya malas. "Yaiya lah. Lo mau nelpon siapa lagi kalau bukan Mama? Kan Papa lagi diluar kota."
"Gue cuma akting tadi Asyalan. Kayak di sinetron gitu," ucap Asyila tertawa keras.
"Oh," ucap Asylan dengan tampang tak berdosanya dan setelahnya memasang ekspresi kebingungan. Ia mengetuk dagunya pertanda bingung. "Berarti lo pingsan bohongan?" tanya Asylan.
Asyila menjitak kepala kakaknya. "Ya enggak lah bego. Kurang kerjaan kali gue tiduran di tanah, terusan basah-basahan," ucap Asyila, "yang itu beneran. Pas bangun, sedikit di hias biar lo panik."
Asylan menjitak kepala kembarannya. Asyila mengaduh. "Sakit njirr. Kakak kezam lo. Bego, sialan. Nambah sakit nih kepala gue," ucap Asyila mengusap-usap kepalanya.
Asylan mengusap-usap kepala Asyila dengan sayang. "Uluh, jangan marah ye dedek kuh. Gue ambil obat dulu. Tiduran sono." Asylan melangkahkan kakinya keluar kamar Asyila untuk mengambil obat.
Setelah Asylan keluar dari kamar, Asyila memukul kepalanya dengan keras berkali-kali. "Bego. Lo bego! Gak usah nyakitin diri sendiri! Gue benci sama lo!" ucap Asyila kepada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakasyila
Novela JuvenilPinter? Iya. Ganteng? Wo ,ya, jelas. Tapi kenapa lo gak suka sama gue? - J. Lakas Perdana Pinter? Lah iya itu otak lo. Ganteng? Iya Ganteng, kata orang itu juga. Menurut gue, muka lo itu bad. Gak ada manis-manisnya. Tambah lagi, katanya lo Bintang s...