Asyila sedang duduk berada di sofa ruang tamu sembari menonton tv bersama kakak kembarannya. Mereka berdua menonton kartun Spongebob.
Patrick yang gila, tapi dia setia kawan.Asyila memasukkan keripik singkong ke dalam mulutnya. Dengan mulut yang penuh dengan keripik singkong, ia bertanya, "Lo ada PR, gak?"
Asylan menatap adiknya kembarannya sebentar, lalu mengalihkan fokusnya kembali ke layar tv. "Udah selesai," ucapnya santai.
Asyila membelalak tidak percaya. Matanya hampir keluar saking terkejutnya. "Mapel apaan?" tanya Asyila penasaran sebab kembarannya itu sangat rajin dan gercep mengerjakan tugas jika ada.
"Fisika," jawab Asylan.
Mata gadis tersebut berbinar mendengar ucapan Asylan. Kalau begini Asyila tidak usah repot-repot untuk berpikir dan membuka buku paketnya demi mencari rumus. Kali aja sama ye 'kan. "Eh, gue juga ada PR Fisika. Kira-kira sama gak, ya soalnya?" tanya Asyila.
"Gak tau."
"Lan, gue minjem buku fisika lo, ya." Pinta gadis tersebut yang ingin langsung berlari menuju kamar sang Kakak untuk mengambil buku fisika miliknya. Namun, ia terduduk kembali di sofa ruang tamu ketika Asylan menarik tangan gadis itu.
"Mau ngapain lo? Main nyontek tanpa tau cara ngisinya ya, percuma," ucap Asylan santai, tapi kalau dipikirkan kembali, ada benarnya juga.
"Yaudah, Ilan Ganteng. Lo ajarin gue, ya?" Pinta Asyila dengan menampilkan puppy eyes andalannya serta raut yang di melas-melaskan agar diajarkan.
"Nanti, lo ganggu gue nonton," ucap Asylan sebal karena acaranya terganggu dan ia tidak bisa fokus untuk menonton film kesukaannya karna Asyila sangat berisik. "Mending lo duduk manis, nonton tv, diem, jangan banyak tanya, entar gue ajarin."
Asyila mengangguk dan fokus ke layar televisi di depannya. "Lan, kok lo pinter banget, sih?" tanya Asyila, yang sebenarnya Asyila sudah tau jika kembarannya memang pintar.
"Yaiyalah, makannya belajar. Baca buku, tapi buku pelajaran. Bukan novel!" cibir Asylan. Gadis itu yang tersindir menggembungkan pipinya kesal.
"Sama aje, Lan. Lagian sama-sama buku," ucap Asyila.
"Ya bedalah bego. Yang namanya buku pelajaran itu isinya ya, materi penambah pengetahuan. Bukan novel yang isinya cinta, bucin, dan gak ada pelajaran yang bisa diambil."
"Dih, sok tau lo. Siapa bilang novel gak ada pelajaran?" tanya Asyila memberengut, ia menyilangkan tangannya di dada.
"Kata gue barusan."
"Ada pelajaran bego, lo aja yang males baca!"
"Kalau ada, sebutin ke gue, pelajaran apa yang lo ambil?" tanya Asylan.
"Banyak, ada keluargaan, persahabatan, tikungan teman, solidnya sahabat, dan tentang cinta juga kayak yang lo sebutin tadi," jawab Asyila.
"Mending gue baca buku pelajaran," ucap Asylan.
"Yaudah, terserah lo."
•|•
Lakas mengendarai motornya membelah jalan ibu kota yang sangat padat di sore hari. Hari ini, ia dan Asyila akan pergi ke suatu tempat. Intinya, Asyila tidak tau sebab Lakas tidak memberitahu akan kemana. Jam sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Tadinya, Lakas diajak oleh Melly untuk ikut dengan cewek tersebut, menemaninya belanja di Mall, tetapi Lakas menolak ajakan cewek itu.
Ketika hendak sampai, di pertengahan jalan, ada yang menghadang motor Lakas. Cowok itu menautkan kedua alisnya. Maksudnya apa? Tiga orang laki-laki berbadan tinggi besar keluar dari mobil tersebut. Wajahnya seperti preman saja. Ada keterkejutan yang ditampilkan pada wajah Lakas. Namun, ia berusaha untuk tetap tenang. Jalanan yang tadi Lakas dan Asyila lewati sepi tidak ada orang.
"Ngapain kalian ngehalangin jalan saya?" tanya Lakas. Namun, bukannya mendapatkan jawaban, tangan Lakas di tahan oleh kedua orang bertubuh besar dan berpakaian serba hitam itu. Satunya lagi, meninju cowok tersebut tepat di bagian perut. Asyila yang melihat itu, membulatkan matanya bingung harus apa. Ia ingin menyelamatkan kakak kelasnya, tetapi bagaimana caranya?
Ketiga pria bertubuh besar itu masih menahan Lakas dan meninjunya bertubi-tubi. Sampai-sampai ujung bibir cowok itu sobek dan berdarah. Ia pasrah saja sebab Lakas tau, jika orang yang sedang mengkroyokinya itu adalah orang suruhan Ayahnya. Tidak habis sampai situ, pria bertubuh besar itu mengeluarkan sabuk kulit lalu mencambuki berkali-kali sampai seluruh tubuh Lakas terdapat memar. Asyila berlari menuju ketiga pria itu, tetapi terjatuh ketika sampai sana sebab ia didorong agar tidak menyelamatkan Lakas.
Siapa pun, tolong selamatkan Lakas. Ketiga pria bertubuh besar itu menyudahi perlakuannya menyakiti Lakas ketika cowok itu sudah terkulai tidak berdaya. Ketiganya masuk ke dalam mobil yang tadi mereka bawa. Melihat mereka sudah pergi menjauh, Asyila langsung berlari, menepuk-nepuk pipi cowok itu. Berniat untuk menyadarkannya, melihat cowok itu tidak bangun-bangun, Asyila menelpon Hendra dan Nanda agar cepat datang kesini untuk membantunya.
Bukannya Nanda dan Hendra yang datang, ini yang datang seorang pria paruh baya menghampiri Asyila yang sedang panik. Ia diam saja, tidak ada niatan untuk membantu.
"Om, bantu saya Om. Tadi teman saya di kroyok sama orang yang gak dikenal." Mata gadis tersebut berkaca-kaca dan rasanya ingin menangis saja.
"Kamu Asyila?" tanya Edgar yang dibalas anggukan oleh Asyila. Cewek itu berpikir, bagaimana om-om di depannya ini bisa tau namanya?
"Om tau dari mana nama saya?" tanya Asyila kebingungan. Edgar diam saja tidak menjawab pertanyaan Asyila. Sorot matanya seolah-olah ada api yang terpancar dari sana. Edgar menendang tubuh Lakas dengan kencang lalu meninggalkannya begitu saja.
•|•
Ga kerasa udah Part 27,wkwk.
Santai ae, masih lama tamatnya😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakasyila
Novela JuvenilPinter? Iya. Ganteng? Wo ,ya, jelas. Tapi kenapa lo gak suka sama gue? - J. Lakas Perdana Pinter? Lah iya itu otak lo. Ganteng? Iya Ganteng, kata orang itu juga. Menurut gue, muka lo itu bad. Gak ada manis-manisnya. Tambah lagi, katanya lo Bintang s...