Part 24 - bubur bayi dan mantan

394 24 0
                                    

Asylan memberhentikan motor yang dikendarainya secara mendadak tepat di depan rumah tingkat dua berwarna krem dengan pagar yang menjulang tinggi, membuat tubuh Asyila terdorong ke depan. Asylan meringis lalu memegang pinggang yang mungkin sekarang sudah memerah akibat cubitan yang sangat keras dari adik kembarannya itu.

"Bego lo!" pekik Asyila kesal. Cewek itu langsung turun dari motor dan berjalan ingin membuka gerbang rumah, baru satu langkah, ia dikejutkan oleh seseorang yang sudah berdiri di depan gerbang dengan berpakaian seragam lengkap yang sedang menatap Asyila tepat di manik matanya.

Asyila merasa keheranan. Untuk apa Lakas kesini? Cewek itu memilih diam saja membiarkan cowok itu berbicara lebih dulu. Selama lima menit, mereka saling tatap sampai-sampai ada yang mengacaukan semuanya dengan berteriak sangat keras untuk dibukakan gerbang. Asyila mendelik sinis ke arah kakak laki-lakinya itu, merasa terganggu karena teriakan sang Kakak. Jarang-jarang 'kan tatapan muka sama Mantan. Kalau tatap-tatapan kayak tadi, rasanya, jantung Asyila pengin copot karena berdetak saking cepatnya.

Melihat adiknya yang menatapnya dengan tatapan seperti itu, dan Asylan tersadar jika cewek itu tidak suka, Asylan nyengir kuda dan  langsung membuka suara tidak ingin disalahkan. "Jadi nyamuk terosss! ikhlas kok, Dedek ikhlas," ujar Asylan dengan raut menyedihkan. "Buruan bukain! Lama bat sih, lo!"

Asyila membuka pintu gerbang, dengan cepat Asylan langsung memasukkan motor ninja merah miliknya ke dalam. Asyila yang tersadar akan sesuatu langsung lari ke dalam menyusul kembarannya. Takut-takut jika cowok itu mengadu ke Mama karena melihat Asyila menatap seorang cowok begitu lama. Sebelum masuk, cewek itu menyuruh Lakas untuk masuk agar kakinya tidak pegal akibat kelamaan berdiri di luar rumah

Lakas masuk ke dalam dan memilih untuk menunggu Asyila di halaman. Disisi lain, Asyila menghampiri Asylan yang sedang memarkirkan motornya di garasi.

"Bang, jangan kasih tau Mama, ya?" pinta Asyila. Asylan mengernyit bingung, ngasih tau soal apa?

"Ngasih tau soal apa?" tanya Asylan.

"Itu yang tadi," jawab Asyila.

"Yang tadi mana?" tanya Asylan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Teringat akan sesuatu, cowok itu menatap Asyila penuh selidik kemudian tersadar apa yang dimaksud adik kembarnya itu. "Ooh, maksud lo yang tadi di luar 'kan? Kenapa emang? Lo takut? Emang dia siapa lo?" Pertanyaan yang dilontarkan Asylan sangat bejibun, ia menggoda Asyila dengan menaik turunkan alisnya.

Asyila menunduk karena tidak ingin ketahuan karena pipinya sudah memerah. "Bukan siapa-siapa elah."

"Oh gitu? Bener bukan siapa-siapa? Selama lo gak pacaran sama dia, gue gak bakal bilang ke Mama," ujar Asylan. Cowok itu tidak ingin adiknya terluka lagi  karena menyukai orang teramat  dalam. Dulu, pernah sekali Asyila patah hati sebab cowok yang ia  suka meninggalkannya tanpa alasan, cewek itu sampai tidak mau makan seharian. Asylan yang memang waktu itu lagi menetap di luar negeri, merasa khawatir dengan keadaan Asyila.

Asyila menggerutu dalam hati. 'Siapa juga yang pacaran, Kak! Dah putus!' batinnya.

"Syil, lo suka sama orang boleh aja, gue gak larang, tapi sukanya jangan berlebihan dan jangan pernah lo nyakitin diri sendiri karena perasaan lo itu. Sia-sia, sumpah gak guna." Asylan menasehati adiknya agar tidak terpuruk seperti dulu.

Asyila mengangguk-angguk lalu memeluk Asylan. "Makasih, Zeyeng. Gue bakal suka sewajarnya sesuai perkataan lo. Jangan khawatir ya ...," ujar Asyila meyakinkan Kakaknya agar tidak terlalu khawatir.

Asylan melepaskan pelukannya dan meminta Asyila untuk menyuruh Lakas masuk ke dalam rumah, kasihan juga 'kan soalnya Lakas dari tadi diam saja di halaman rumah. Tapi sebelum mengajak cowok itu untuk masuk, Asyila menanyakan hal apa yang membuatnya datang kesini.
Setelah tau maksud kedatangan cowok itu yang ingin mengatakan hal penting, Asyila mengajak Lakas masuk karena memang tidak enak ngomong diluar.

Asyila menciumi tangan sang Mama yang sedang duduk di ruang tamu, ia lagi menonton kartun Upin Ipin . Lakas ikut menyalimi tangan Mama mantan pacarnya itu. Yuli menatap ke arah Asyila dengan tatapan seolah bertanya 'siapa dia?'

"Saya Lakas, Tante," ujar Lakas memperkenalkan diri dengan menampilkan senyuman lebarnya. Senyuman yang bisa bikin siapa pun yang melihatnya klepek-klepek. Setelah meminta ijin, Lakas dan Asyila berjalan beriringan menuju dapur untuk ngambil minuman, dan makan bubur dari biskuit yang dicampur dengan air putih biasa.

Asyila membuka lemari penyimpanan untuk mengambil biskuit untuk ia makan nantinya setelah di sulap jadi bubur bayi. Ya, Asylan dan Asyila sering menyebutnya begitu. Cewek itu menuangkan lima biskuit ke dalam mangkuk kecil. Lakas yang melihat itu mengernyit keheranan. Ia milih untuk diam saja dan melihat saja tanpa banyak tanya. Setelah memasukkan biskuit itu ke dalam dua mangkuk kecil, Asyila mencampurkannya dengan air putih biasa biar lembek.

"Ilannn, lo mau bubur bayi, gak?" tanya Asyila dengan suara keras. Suaranya bisa terdengar sampai lantai atas. Asylan yang mendengar teriakan sang adik, langsung ngacir turun ke bawah. Tepat pada anak tangga terakhir, Asylan hilang keseimbangan hingga terjatuh. Namun, ia bangkit lagi dan berjalan menghampiri Asyila di dapur.

"Mana bubur bayi punya gue?" Asylan meminta jatah bubur bayi yang telah jadi. Asyila menyondorkan satu mangkuk milik kembarannya. Cowok itu langsung menerimanya lalu beranjak untuk mengambil susu kental manis.

Asyila juga memberikan satu mangkuk bubur bayi yang ia buat kepada Lakas. Cowok itu menerimanya dengan perasaan heran. Sebelumnya, ia tidak pernah memakan apa yang Asyila buat barusan. Lakas berjalan mengikuti Asyila dari belakang. Cewek itu berhenti tepat di samping meja makan lalu duduk dilantai mengikuti  Asylan yang sedang mencampurkan  bubur bayi miliknya dengan susu kental manis. Lakas ikut duduk dengan perasaan canggung. Ia merasa bersalah sudah menyakiti hati cewek yang sekarang memperlakukannya dengan baik.

Asylan mencampurkannya sangat banyak, membuat Asyila menelan ludah melihat Ilan melahap bubur bayi yang jika dibayangkan, manisnya tidak karuan. Asyila yang penasaran memilih untuk melahap bubur bayi milik Asylan, rasanya, wahhhhh, menakjubkan sekali. Sekarang mereka bertiga sibuk melahap bubur bayi masing-masing. Ketika mangkuk milik Asyila dan Lakas sudah habis, milik Asylan masih tersisa setengah. Kembarannya itu terlihat mual dan tidak sanggup untuk memakannya sampai habis.

Asylan menyondorkan mangkuk bubur miliknya ke arah Asyila. "Nih, habisin." Asyila langsung menggeleng menolak untuk menghabiskan bubur yang tersisa milik Abangnya. Bukan apa-apa, rasanya tidak enak.

Asylan langsung melahapnya sekaligus ketika melihat Asyila menolak untuk memakannya. Cowok itu mual dan setelahnya terbirit-birit menuju kamar mandi.

Tersisa dua orang disana. Suasana menjadi hening karena tidak ada yang membuka suara. Asyila yang tidak betah dengan situasi seperti ini, ia nemilih untuk membuka suara.

"Kakak mau bilang apa? Katanya penting,"ucap Asyila.

Lakas diam sejenak seperti sedang memikirkan sesuatu. "Gue minta maaf atas perlakuan gue sama lo," jelas Lakas tanpa melihat lawan bicaranya.

"Gapapa." Asyila tidak ingin memperpanjang masalah.

🌛🌛🌛

Maaf, Up nya lama. Ditengah jalan, tiba-tiba ga mood.

Jgn lupa Voment+kritsar nya gays! Itu sangat berarti buat aku🍇
Lovlov
Rifdah💗

LakasyilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang